《 chapter 8: the betrayed girl 》

81 22 30
                                    

Hahoe Villa, Kaki Gunung Hwasa, Cabang Gunung Taebaek (20 Kilometer dari Desa Hahoe)
Jumat, 13 Agustus 2021
Pukul 21.15

Ruang Tengah

Min Ho terdiam membeku. Terlambat. Dia tidak bisa menghentikan Yu Na, gadis itu sudah di penghujung cerita.

"Eh? Min Ho masih hidup?" Jeong In bertanya polos setelah melihat pemuda itu baru saja bergabung dalam panggilan.

"Syukurlah ... kirain udah dua yang mati." Hyun Jin mengembuskan napas.

"Woi, diem dulu!" omel Chae Ryeong.

Min Ho tidak menanggapi komentar teman-temannya, karena yang paling penting saat ini giliran Seung Min buka suara tentang kebenaran yang ada.

"Iya, gue gak percaya mereka mau ke toko kue, jadi ... gue ikutin mereka dan ternyata ... mereka ke tempat aborsi ilegal."

"KIM SEUNG MIN! DARI DULU LO GAK PERNAH NGURUSIN HIDUP LO SENDIRI, HAH?" Min Ho berteriak marah hingga beranjak dari duduknya. "MANA LO? SINI!"

Teman-temannya mulai mengeluh. Pertengkaran akan kembali meletus. Kali ini, Jeong In berinisiatif menahan Min Ho. Mereka tidak ingin kejadian Chan dan Ryu Jin kembali terulang. "Min Ho, sabar dulu!"

"DI MANA KIM SEUNG MIN?"

"Min Ho, jangan gegabah!" Yu Na menegurnya dari ujung sana, namun sia-sia karena Min Ho tetap bertindak menurut kehendaknya.

Jeong In sampai di ruang tengah tepat waktu, dia buru-buru menahan Min Ho. "Min Ho, jangan sembarangan, jangan--"

"MINGGIR!" Pemuda Lee itu spontan menonjok Jeong In.

Jeong In naik pitam, ia meraih kerah Min Ho dan memukulnya beberapa kali. "Lo diem! Dengerin gue!"

Min Ho menatap Jeong In terperanjat. Pemuda bermata rubah itu tidak pernah berlaku kasar selama yang Min Ho kenal. Walau begitu, sorot ketakutan terpancar jelas melalui kedua netra Jeong In. Di sela-sela keheningan yang mencekam, Jeong In menyuruh Min Ho untuk mematikan mic panggilan, begitu juga dengannya.

"Denger! Ji Sung yang kita liat hari ini, bukan Ji Sung yang kita kenal."

"Maksud lo?"

"Kita kira Ji Sung punya kepribadian ganda, tapi bukan itu masalahnya. Nyatanya, gak se-simple itu," ucap Jeong In sedikit berbisik, "gue minta, lo jangan tersulut. Tadi Chan tersulut dan Ryu Jin mati, pokoknya, apapun yang terjadi, apapun yang lo denger, jangan terpancing!"

"Ryu Jin mati?!"

Jeong In mengangguk dengan berat hati.

"Bajingan!"

Min Ho mengeraskan rahangnya. Masih sulit mempercayai Jeong In mengingat dirinya skeptis terhadap hal-hal mistis. Namun, mendengar Ryu Jin telah tiada benar-benar menyulut emosinya.

"Jangan mikir untuk kabur, jangan bohong, ikutin permainan sampe jam tujuh pagi. Kali ini aja, tolong jangan semau lo." Jeong In melepaskan cengkramannya dari kerah Min Ho.

"Jeong In ... lo baik banget udah jelasin aturan main ke Min Ho, gak nyangka gue yang hatinya halus kayak lo tega nonjok orang, tapi-- Ji Sung bukan kepribadian ganda, ya ... nyerempet lah ...." Ji Sung terkikik.

Min Ho menatap ponselnya ngeri. Jelas-jelas kedua mic panggilan mereka mati.

"Paham maksud gue?"

Wajah Min Ho memucat, dia mengangguk.

"Bagus." Jeong In menepuk ringan pundak Min Ho dan menuntunnya menuju gudang.

Truth or Die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang