《 chapter 34: who am i?》

47 10 0
                                    

Aneh. Ji Sung merasa aneh, bahkan sebenarnya keanehan yang dirasa itu bukan lagi sesuatu yang sebatas perasaan. Kenyataannya Ji Sung telah berubah. Ji Sung tidak lagi merasa seperti dirinya sendiri. Sebenarnya dulu sifatnya seperti apa, sih? Dulu dia orang yang bagaimana? Apakah dia selalu seperti ini sejak dulu?

Seingat Ji Sung, dulu dia anak yang heboh, senang bergaul, fleksibel. Namun, ada apa dengan dirinya sekarang? Malu untuk tersenyum, takut untuk tertawa, terlalu nyaman dengan kesedihan, selalu dirundung bimbang, dan rasa bersalah selalu memenuhi setiap sudut hatinya. Bagian dirinya yang dulu bahkan tidak lagi nampak di permukaan.

Semenjak masa kelam di SMP, Ji Sung tidak lagi merasa seperti dirinya. Rasanya seperti dosa besar menjadi seorang Han Ji Sung yang periang, karena Han Ji Sung itu yang telah membuatnya kesulitan selama beberapa waktu lalu. Seandainya Han Ji Sung itu meminta maaf saja, seandainya dia lebih hati-hati dan tidak ceroboh. Pasti hidupnya saat ini baik-baik saja, menikmati masa SMA layaknya anak-anak kebanyakan. Ketika tawa lepas bukan lagi sebuah dosa dan menangis hanya terjadi karena tekanan ujian dan masalah asmara.

Bukankah itu yang seharusnya dirasakan oleh seorang anak SMA? Ji Sung membatin setiap harinya.

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Gangnam Elite High School, Gangnam, Seoul
7 April 2015
Pukul 10.22

Han Ji Sung dan Shin Yu Na tengah mengobrol di sebuah tangga darurat yang sepi. Tidak ada ketegangan di antaranya, sedikit banyak Ji Sung menyampaikan perasaan dan ditanggapi anggukan kecil oleh Yu Na.

Yu na yang biasa selalu ingin didengar, untuk kali ini mencoba menjadi seorang pendengar. Bahkan Ji Sung diam-diam terkejut dengan sikap Yu Na, tidak biasa-biasanya gadis itu bisa memberikan respon yang bersahabat.

"Gue gak nyangka ternyata masalah ini bisa buat lo sampai segitunya. Gue juga minta maaf, ya." Yu Na menggigit bibir bawahnya.

Senyum Ji Sung sedikit mengembang mendengar pernyataan maaf dari Yu Na. "Iya, gak apa-apa, Na. Maaf juga udah bikin situasi jadi kurang enak."

Yu Na mengangguk.

"Ji, ke depannya kalau ada yang kurang nyaman bilang aja. Belum tentu semua orang tuh tau apa yang lo mau. Sebagai temen kita pasti akan coba mengerti."

Ji Sung sedikit terkejut dengan ucapan Yu Na barusan. Walaupun raut wajah gadis itu tetap angkuh seperti biasa, tetapi ucapan barusan cukup bersimpati untuk seseorang sepertinya.

Hening untuk beberapa saat di antara Yu Na dan Ji Sung. Hening yang canggung terasa lama walau hanya berlangsung selama beberapa detik. Untuk menghindari situasi canggung semakin lama, Yu Na kembali membuka suara. Melontarkan pertanyaan yang sebenarnya agak membuatnya bertanya-tanya selama ini. "Tapi, ya, Ji, kenapa lo cuman bisa ketawa lepas di depan Felix? Nanya aja."

Mendengar pertanyaan itu dari Yu Na malah membuat Ji Sung jadi tidak enak hati. Beruntung pemuda itu menemukan kata-kata yang tepat tidak terlalu lama setelahnya.

"O-oh ... soalnya, gimana ya, mmm ... gue udah anggep Felix semacam saudara gue, sih. Ulang tahun kita cuman beda sehari, kadang-kadang sifat kita juga mirip, dan gue ngerasa ada koneksi aja gitu sama Felix. Tanpa dia ngomong pun, gue tau apa yang lagi dia rasa atau pikirin," terang Ji Sung hati-hati. Takut ia tidak sengaja membuka masa lalunya.

Yu Na mengangguk. "Oh ... gue kira karena emang lo kurang mau aja temenan sama kita-kita."

"Nggak, kok! Gak mungkin itu! Gue seneng banget punya temen kayak kalian, emang gue gak terlalu ekspresif aja soal itu." Ji Sung mengusap tengkuknya sambil tersenyum.

Truth or Die Donde viven las historias. Descúbrelo ahora