bagian 4.

356 40 14
                                    

Pintu apartemen terbuka, malam mulai terlihat setelah matahari tenggelam di ufuk barat. Kyuhyun menurunkan Hoon dari gendongannya dan anak itu berlari menuju ruang tamu. Melompat-lompat begitu senang seraya menunjuk bingkisan yang Papanya bawa. Kyuhyun tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tertawa.

"Baiklah, sabar, Sayang. Kita cuci tangan dulu, ganti baju, lalu makan malam. Oke?"

Hoon mengangguk semangat, lantas menuju kamarnya yang berada tepat di depan kamar milik orang tuanya, bersebelahan dengan kamar mandi. Kyuhyun membantu anak itu untuk mandi dengan air hangat, mengingat dia pulang agak lebih terlambat, jadi mandinya tidak bisa terlalu lama. Usai memakaikan pakaian untuk Hoon, Kyuhyun mandi secepat mungkin.

Sebelumnya dia sudah mengajarkan Hoon untuk menjadi sabar.

"Jangan dibuka makanannya sebelum papa selesai mandi, oke, Hoon?" Kyuhyun tunjuk si bingkisan di atas meja, lalu membuat tanda silang besar dari tangannya.

Anak itu diam berusaha mengingat tindakan Papanya tadi. Lalu mengikuti ucapan Kyuhyun tentang tidak boleh membuka bingkisan makan malam mereka hari ini. Dia ikut Kyuhyun naik bus untuk membeli ayam pedas, meski dia akan makan yang original saja. Anak satu tahun itu merunduk, menatap setiap huruf yang tertera di bungkusannya.

Meraba apakah masih lama Papanya di kamar mandi atau tidak. Namun sekali lagi, dia sentuh bungkusan itu. Masih sangat hangat, baru matang. Begitu sedap dengan nasi yang dipanaskan. Kaki Hoon bergerak seirama detik jam dinding, matanya tak lepas dari pandangan ayam yang akan masuk ke dalam perutnya beberapa saat lagi.

Kyuhyun kembali dengan kaus biru dan celana pendek selutut. Dia agak tertawa kecil mengetahui putranya begitu cerdas mengikuti sarannya.

"Tidak Hoon buka?"

Hoon tidak sabar menunjuk bungkusannya.

Kyuhyun mengacak rambut anak itu. "Papa panaskan nasi dulu, ya. Hoon minum air putih dulu sini."

Hoon digandeng menuju dapur dan duduk di meja makan. Kakinya yang bergantung kembali digoyangkan, tatkala dia rasakan dinginnya air masuk ke kerongkongan. Belum lagi Kyuhyun yang menghangatkan nasi siap makan di dalam microwave agar menjadi teman makan malam yang lebih nikmat. Kyuhyun sekali lagi tertawa renyah melihat binaran bulat bersinar dari kedua bola mata anaknya, melihat dia membuka bungkusan makan malam dan nampaknya tiga potong ayam dengan jenis berbeda.

Dua pedas, dan satunya original.

Hoon sudah meronta meminta piring khususnya diletakkan. Kyuhyun bergerak cepat, menyusun peralatan makan dan duduk di sebelah anaknya. Memotong ayam itu menjadi lebih kecil agar Hoon tidak berantakan saat makan nanti.

Hoon menyendok satu suapan hanya ayam dengan nasi hangat. Mulutnya bergerak gelisah menandakan jika panas berkumpul di mulutnya tersebut. Kyuhyun terbahak.

"Pelan-pelan, masih panas semuanya." Hoon menuruti Papanya.

Kyuhyun ikut makan malam meski porsinya lebih sedikit. Selagi matanya melirik ponsel, tidak ada notifikasi dari Gaeun apakah pulang untuk makan malam atau tidak. Terakhir pesannya dibalas pukul 12 siang. Gaeun hanya bilang jika ada kemungkinan pulangnya terlambat.

Kyuhyun menghela. Dan tersenyum pada Hoon saja. Sejujurnya kepala Kyuhyun berdenyut sejak tadi, pikiran tentang pabrik tempatnya bekerja, Hoon yang tidak kunjung bicara, hingga apa yang akan Gaeun katakan selepas ini. Jika ada kemungkinan dia tidak punya pekerjaan.

"Hoon gimana tadi di daycare? Seru?"

Hoon diam.

"Tadi papa hampir telat kerja, soalnya busnya lama datangnya. Papa nunggu 15 menit mungkin."

Janji Suci - ENDWhere stories live. Discover now