bagian 8.

224 45 15
                                    

Tentu saja berita kehamilan Soo Ji amat dirahasiakan. Siapa yang bisa terima jika keluarga Lee yang amat terhormat mendapatkan putri bungsunya kedapatan hamil duluan. Di saat pesta pernikahan belum juga dilaksanakan. Mungkin bagi orang lain, kehamilan sebelum menikah adalah hal yang sudah maklum terjadi di Korea. Namun itu tetap saja sebuah perbuatan yang tidak bermoral sesungguhnya.

Hamil duluan, meski kini Soo Ji jelas tahu siapa bapak dari anak yang dia kandung, namun Mirae bersikukuh menyembunyikan kandungan Soo Ji hingga setelah menikah nanti. Rapat mendadak dilakukan di pagi hari usai malam pertunangan. Richard dan Soo Ji disandingkan meski tidak disudutkan oleh pertanyaan dari Sungho atau pun Mirae.

"Kalian berdua harus tutup mulut soal kehamilan ini. Tidak mungkin kita buka, bisa-bisa kita jadi bahan omongan keluarga besar. Apalagi Bibimu, dia orang yang harus kau hindari, Soo Ji." perkataan Sungho memang terdengar agak menyakitkan, namun itu juga karena adanya bisnis yang tengah dia rintis.

Dan tidak boleh ada berita yang tidak enak yang mungkin saja menghancurkan bisnisnya.

Soo Ji mengangguk. Sejujurnya ini adalah pertama kali Ayah dan Ibunya berbicara amat serius seperti ini. Sebelumnya tidak pernah, dia amat dimanja memang. Maka ini cukup membuatnya takut.

Juhyun memandang kasihan sesungguhnya, tapi juga tak habis pikir dengan ucapan Mirae yang tidak ingin kehamilan putrinya diketahui orang-orang.

Tidak mau anaknya hamil duluan, tapi diperbolehkan sekamar. Omong kosong macam apa ini? batin Juhyun mendengus.

"Kita akan majukan pernikahannya supaya terlihat wajar kehamilanmu ini, Soo Ji. Dan lagi, Richard hanya punya seorang kakak, jadi segera beritahu kakakmu itu untuk menyiapkan mahar yang cukup. Lagi pula, pernikahan ini semua dengan biaya dari keluarga kami."

Juhyun mengalihkan matanya menatap Richard yang hanya bisa mengangguk. Persis dirinya dulu.

"Jadi, kau hanya anak dari dokter jantung?"

Juhyun tersenyum manis. "Iya, Nyonya."

Mirae melirik suaminya yang mengedikkan bahu saja. "Kau pasti tidak punya cukup uang untuk pernikahan ini. Biaya dari kami semua, kau cukup siapkan diri saja. Lagi pula, pestanya akan sangat meriah. Undang secukupnya dari pihakmu. Banyak teman kantor Ayahnya Junghwan, dan Junghwan sendiri."

Juhyun diam seribu bisu.

Kini, dia seakan melihat dirinya dulu di mata Richard.

"Kau istirahat sana, Soo Ji." tambah Mirae. Membuat Soo Ji dan Richard segera keluar dari rapat tersebut. Mirae menghela panjang.

"Rapatnya sudah selesai, Bu? Aku mau berangkat ke kantor."

"Tumben pagi sekali."

"Iya, aku harus menyambut sekretaris pengganti Sekretaris Ko."

Sungho menatap putranya. "Sudah ada penggantinya ternyata."

"Iya, Ayah. Kalau begitu aku berangkat dulu."

Juhyun ikut berdiri untuk mengantar sang suami hingga depan pintu rumah.

"Jadi, pengganti Sekretaris Ko laki-laki atau perempuan?"

Junghwan tertawa mendengar pertanyaan istrinya. Kini mereka berhadapan dengan pembatas garis pintu besar rumah orang tua mereka.

"Kalau perempuan apa yang akan kau lakukan?"

Juhyun mendekat, mengusap dada suaminya naik turun, agak menggoda. "Kalau perempuan, akan kusuruh kau tutup matamu."

"Kenapa aku?"

Janji Suci - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang