Prolog

3.2K 550 25
                                    

"Lisa."

"Apa?"

"Gue mau ngomong serius."

Tangan Lisa berhenti mengetik, dia menatap temannya dengan bingung. "Ngomong apa?"

Luda--temannya Lisa menunjukan sebuah kalung dilehernya. "Ini pemberian dari Winwin."

"Iya tau, terus?"

"Gue suka sama Winwin."

Here we go again.

"Tapi dia pacar gue, Lud."

Luda menarik tangan Lisa kegenggamannya, matanya menatap Lisa dengan memohon. "Putusin dia buat gue, please."

Lisa menarik tangannya sambil menggeleng. "Gak mau, gue sayang sama dia Lud."

Luda berdecih.

"Tapi dia lebih serung habisin waktunya sama gue, kita bahkan sering pegangan tangan. Winwin lebih nyaman ke gue, Lis. Harusnya lo sadar sama itu."

Senyuman kecil terbentuk dibibir Lisa. "Kalo gitu bilang sama Winwin, suruh putusin gue malam ini." ucap Lisa dengan santai, lalu membereskan laptopnya dan bergegas pergi dari perpustakaan.

Setelah diluar, Lisa menghentikan langkahnya. Cewek itu menghirup udara sebanyak-banyaknya agar rasa sesak di dadanya menghilang.

Lisa menepuk bahunya pelan.

"Gak apa-apa, Sa. Hal ini kan udah biasa terjadi." bisiknya pada diri sendiri, tapi tidak bisa dipungkiri jika hatinya masih belum terbiasa. Rasanya masih sama seperti pertama kali. Sakit.

Lagi-lagi Lisa disakiti dengan hal yang sama.

❇❇❇

"Apa?"

"Luda ngomong apa aja ke kamu?"

Lisa menghela nafasnya, dia menyandarkan kepalanya pada pintu. Mereka berdua ada di depan pintu kosan Lisa dan cewek itu tidak berniat untuk mengajak Winwin masuk ke dalam.

"Kasusnya kayak biasa."

Winwin hendak meraih tangan Lisa, tapi cewek itu langsung menghinar. Lisa menggeleng pelan, "jangan sekarang."

"Kenapa?"

"Aku lagi cape banyak tugas, dan karena ulah kamu aku jadi susah buat fokus."

"Aku ban---"

"Win, please."

Tatapan datar Lisa berubah menjadi sendu.

"Aku mau sendiri. Jadi tolong banget, jangan ganggu aku dulu."

Winwin memejamkan matanya sebentar, lalu mengangguk. Tangannya terulur mengusap pipi Lisa dengan lembut. "Nanti kabarin aku."

Lisa mengangguk, dia hendak menutup pintu kosannya tapi ia urungkan. Lisa mantap Winwin yang juga menatapnya.

"Win."

"Apa?"

"Jangan temen aku lagi ya? Aku udah kehilangan dua temen aku karena kamu."

"Aku gak janji."

Lisa tersenyum miris. Ya, Winwin tetaplah Winwin.

"Ya, terserah."

"Gitu aja terus sampe aku bener-bener cape, dan akhirnya bisa kamu tebak gimana kita jadinya nanti."

Brak








❇❇❇

Ga tau, lagi pengen buat cerita yg toxic relationshop hehe




Alisa Ananta

Winwin Nandana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Winwin Nandana

Winwin Nandana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kita dan Titik ✔Where stories live. Discover now