Epilog

631 74 9
                                    

(Nanon PoV)

Sudah 2 tahun sejak kepergian ayah. Aku, Nanon yang saat itu menangis meratapi kepergian ayah, Kini telah tumbuh menjadi seorang remaja yang sibuk menggarap skripsi.

Aku tumbuh bersama Om Off dan Om Gun. Untuk anak yatim piatu sepertiku, Kehadiran mereka berdua benar benar membantu. Meskipun kami tak sedekat dulu, Aku mencoba memaafkan kesalahan Om Off di masa lalu.

Mereka merawatku dengan baik. Namun aku tak bisa selamanya jadi benalu. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah lama dan melanjutkan hidup disana. Sudah lama aku tak menengok rumah itu. Aku terlalu nyaman dengan kehidupanku yang sekarang.

Begitu aku masuk, Debu langsung berhamburan. Rumah ini sudah tak terawat sejak ayah meninggal. Sejak hari itu aku memang benar benar tinggal di rumah Om Off.

Namun tadi malam ayah mampir ke mimpiku. Di mimpiku ia meminta aku untuk pulang karena ia merindukanku. Dan ajaibnya di mimpi aku yang masih SMA benar benar menjadi anak yang penurut. Aku berjanji pada ayah untuk pulang. Dan kini aku benar benar pulang.

Seorang diri aku merapikan rumah. Pertama tama ku sapu kamar ayah. Ruangan itu memang ruangan yang pertama kali aku tuju. Aku menyempatkan waktu untuk duduk di ranjang yang biasanya digunakan ayah untuk beristirahat.

Iseng, Tanganku merogoh pinggiran kasur. Dan tanpa sengaja jariku menyentuh sebuah kertas. Segera saja kutarik kertas itu dan ternyata aku menemukan surat. Surat yang ditulis oleh tangan ayah.

        Napasku tercekat membaca surat dari ayah

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Napasku tercekat membaca surat dari ayah. Aku seolah berbicara langsung dan dinasehati oleh ayah. Tanpa kusadari, Untuk kesekian kalinya aku menangis lagi. Tiba tiba terputar di kepalaku bagaimana aku berteriak, Memaki dan berharap ayah hilang. Terdengar jeritanku, Nada bicaraku yang meninggi dan bantingan daun pintu yang dahulu selalu menjadi santapan sehari hari ayah.

"Ayah, Aku minta maaf. Entah ini yang ke berapa. Aku yakin ayah maafin aku, Tapi aku ngga yakin dosaku bisa diampuni. Hidup aku ngga pernah bahagia sejak kepergian ayah. Hidup tanpa ayah ngga segampang yang aku bayangin. Aku salah. Semoga Tuhan memberi malaikat sebaik ayah tempat yang terindah. Ayah udah ngga kesepian kan? Sekarang udah ketemu sama ibu. Ayah jangan ngadu ke ibu kalo aku nakal ya. Cerita yang baik baik aja, Itupun kalo ada."

Kenyataannya aku memang tak pernah memiliki kenangan baik dengan ayah. Sebagian besar hari kami dihabiskan dengan pertengkaran, Atau lebih tepatnya kedurhakaanku.

"Ayah, Ada penulis amatir yang tertarik sama cerita kita. Aku izinin dia buat nulis ini. Ngga papa kan yah? Abis ini aku mau ketemu dia. Aku juga bakal tinggal disini, Nemenin ayah."

Aku tersenyum menatap lembar kertas yang sudah mulai menguning. Kucium dan kusimpan dalam dekapan, Berharap aku bisa merasakan kehangatan ayah dalam secarik kertas.

- END -

Hai bestie, Buat kalian yang udah baca sampe sini, Aku mau ngucapin terimakasih banyak. Dan buat kalian yang setia ninggalin komen, Ngasih vote atau cuma sekedar jadi silent readers, I LOVE YOU SO MUCH!!! Mohon maaf yang sebesar besarnya kalo ada kesalahan dalam penulisan, Aku juga masih belajar dan sorry kalo ceritanya ngga sesuai ekspektasi kalian

See u next time!!!!kalo aku ga mager hehehe

MALAIKAT BERKAKI SATU (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя