prolog

40 38 46
                                    

Hallo para readers Erick
Udah siap menghalu bersama Thor?

Happy reading ....
.
.
.
.    .    .    .    .    .    .

Gemuruh siswa-siswi SMA cita rasa terdengar begitu keras, mereka berkumpul di sebuah kantin yang lumayan luas.

Kursi-kursi yang sudah tidak beraturan tersimpan di mana-mana secara acak, hampir semua meja bundar di penuhi berbagai makanan dan dikelilingi oleh para siswa-siswi.

Di sebelah pojok kantin terlihat seorang siswi yang tengah duduk disamping seorang siswa berjaket hitam yang sedang asik menyantap baksonya tanpa memperdulikan tatapan siswi itu.

"Kita mending putus aja deh, dari pada kayak gini Mulu!" bentak siswi itu.

Ucapan itu membuat siswa yang tadi tengah asik menyantap bakso, kini menatap siswi itu dengan tatapan datarnya.

Setelah beberapa detik mereka beradu tatapan, siswa itu pun memalingkan wajahnya lalu kembali menyantap baksonya lagi tanpa memberi jawaban satu katapun pada siswi itu.

"Ish!" desis siswi tersebut dengan wajah kesalnya, lalu berdiri dari duduknya hendak pergi meninggalkan siswa itu bersama teman-temannya yang lain.

"Ca, mau kemana?" tanya seorang siswa yang ikut duduk bersama.

"Ke kelas!" jawab siswi itu lalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

"Rik, Lo nggak cegah dia?" tanya Wildan pada Erick yang masih asik menyantap baksonya.

"Buat apa?" tanyanya dingin.

"Ya kan dia blom makan," jawab Wildan.

"Oh."

"Parah bet Lo, Rik!" hardik Wildan, seketika Erick menghentikan makannya dan menatap Wildan dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Lo suka sama cewek gua?!" tanya Erick.

Wildan membalas tatapan Erick, "gua cuman kasian aja."

"Oh gitu? Yakin Lu?" tanya Erick dengan tatapan nyalang nya.

"Yakin lah, ngapain juga gua suka sama Eca, kan dia cewek Lo."

Erick tidak mempedulikan ucapan Wildan, ia berdiri dari duduknya, mengimpan selembar uang senilai seratus ribu rupiah diatas meja bundar itu lalu pergi meninggalkan temen-temennya.

"Erick, Erick, Lo pikir semua bisa dibayar pake uang?" celetuk Wildan menggelengkan kepalanya.

"Ya bisa lah bangsut!" pekik Bobi yang duduk di sebelah Wildan.

"Nggak semua!" kekeh Wildan.

"Apa yang kagak bisa?" tanya Bobi.

"Lu!" jawab Erick.

"Eist! Gua mah bisa! Kasih duit jalan!" jawab Bobi dengan tampang kalemnya.

"Eyy, itu elu! Murahan!" pekik Wildan.

"Emang ada cowok murahan?" tanya Bobi.

"Yakan lu, bab-" Bobi menutup mulut Wildan dengan tangannya.

"Wlek! Apa sih lu! Bau tangan lu, basah lagi, jorok lu! Wlek!" gerutu Wildan sambil mengulurkan lidahnya dan menekan hidungnya.

Bobi mencium tangannya sendiri, "wlek, kok bisa bau yah?" tanyanya.

"Bhaha, muka lu Napa, Wil? Kek badut, merah gitu, haha," gelak tawa dua siswa teman Wildan yang ikut duduk dimeja bundar itu.

Wildan menyeka hidungnya, "njirr! Apa ini, wlek! Pasti tadi tangan lu ada saosnya kan? Gila lu!" amarah Wildan pada Bobi.

"Kenapa gua?" tanya Bobi heran.

ErickWhere stories live. Discover now