5

350 80 32
                                    

"Mau makan apa?" Tanya Jeongyeon dengan badan sedikit condong ke belakang. Berharap Jihyo bisa mendengar dengan baik pertanyaannya meski sedang di motor.

"Soto" Jawab Jihyo

"Hah soto? Panas-panas gini mau makan soto?" Tanya Jeongyeon sewot.

"Harusnya kamu bersyukur saya tadi nggak jawab terserah" balas Jihyo

"Ya udah kamu mau makan apa selain soto?" Tanya Jeongyeon lagi. Kali ini nadanya lebih lembut dari yang pertama kali.

"Terserah" Jawab Jihyo tanpa dosa. Jeongyeon mengernyit bingung. Bukan kah barusan Jihyo bilang seharusnya Jeongyeon bersyukur Jihyo tidak menjawab terserah?

"Kok terserah sih? Tadi yang pertama kamu mau jawab, kok yang sekarang jadi terserah?"

"Iya abisnya kamu kurang bersyukur sih yang tadi"

"Jihyo..." Jeongyeon mulai geram.

"Iyaa ampun, saya bercanda. Makan ayam penyet aja yuk. Saya tau tempat yang enak"

"Okay. Pasti di depan belok kiri kan?" Tebak Jeongyeon asal. Rasa kesalnya hilang begitu saja. Jihyo memang berdampak aneh bagi psikis dan juga kesehatan mentalnya.

"Salah, belok kanan!"

"Nah yaudah berarti di depannya lagi baru belok kiri"

"Salah dong, abis itu lurus"

"Ya udah berarti enggak bakal belok kiri kan?"

"Ya belok kiri, habis lurus kan belok kiri"

"......."

Jihyo terkekeh kala melihat wajah sebal Jeongyeon. Jihyo tau Jeongyeon tipe orang yang tidak mau kalah dan barusan ia sama saja mengalahkan Jeongyeon.

"Jangan marah, jalannya emang kayak gitu! Kamu kan nggak hapal jalan jadi nurut aja ya..." Jeongyeon mendengus. Jihyo lagi-lagi mengejeknya.

"Kamu tuh beneran ngeselin gini ya?"

"Udah tau saya ngeselin masih diajak makan siang ya?"

"Ya... Itu kan...." Jeongyeon mati kutu. Bingung harus jawab apa. "Saya pass deh, kalau salah ngomong nanti kamu ejek lagi"

"Hahahaha ya ampun gemes" Jihyo tertawa puas. Jeongyeon jadi salah tingkah sendiri karena kata 'gemas' yang keluar dari mulut Jihyo. Entah Jihyo baru saja gemas dengan tingkahnya atau dengan apapun itu yang jelas sekarang Jeongyeon sedang dalam mode kegeeran, rasa kesalnya karena diejek hilang entah kemana.

Apalagi Jihyo daritadi melirik-lirik dirinya dari kaca spion. Mata keduanya beberapa kali tidak sengaja bersitatap. Membuat suasana semakin terasa menyenangkan.

"Ngomong-ngomong gimana kabar kamu Jihyo?" Tanya Jeongyeon memecah keheningan. Ia tidak mau dadanya mendadak meletus karena kegiatan lirik-lirikan itu. Makanya ia harus mencari topik pembicaraan. Setidaknya mereka mengobrol, bukan lihat-lihatan.

"Kalau saya sakit nggak mungkin dong saya duduk di belakang kamu sekarang"

"Ya bener sih. Tapi maksudnya secara lahir dan batin, bukan cuma secara fisik"

"Ya lumayan. Ini lebih baik daripada kemarin-kemarin. Seenggaknya saya sekarang nggak perlu pura-pura berusaha berpikir positif terus padahal jelas-jelas nggak ada positif-positifnya sama sekali"

Jeongyeon terkekeh mendengarnya. Jihyo dengan kejujuran akan perasaannya sekarang membuat dirinya tak kuasa menahan tawa. Apalagi kalimat yang Jihyo lontarkan itu terdengar ruwet. Lucu sekali pokoknya bagi Jeongyeon gadis di belakangnya ini.

Your Clown (Jeonghyo)Where stories live. Discover now