8

306 71 7
                                    

Jihyo benar-benar berjalan ke arah mobil Jeongyeon. Mengetuk pintu kemudian tersenyum sekilas ketika Jeongyeon membuka jendela "Hey Jeong, kenapa nggak masuk?"

Jeongyeon tersenyum. Gadis itu bergegas mematikan mobil lalu turun dan berjalan ke arah Jihyo.

"Ini mau masuk" ujar Jeongyeon. Ia memilih bertingkah biasa saja. Pikiran-pikiran buruknya ia buang entah kemana.

Bukan Jeongyeon tidak sedih. Bukan Jeongyeon tidak overthinking, bukan Jeongyeon tidak mau menyampaikan apa isi hatinya. Bukan, benar-benar bukan. Hanya saja ia ingin Jihyo menikmati jalan-jalan mereka kali ini. Ia ingin Jihyo nyaman dulu.

Lagipula tujuannya dari awal memang itu kan? Menemani Jihyo. Jadi kalau ia patah hati di tengah jalan begini bukan siapa-siapa yang harus disalahkan selain dirinya sendiri.

"Kamu nggak bilang mau bawa mobil" ujar Jihyo.

"Kamu nggak nanya" Jeongyeon mengerling jahil. Jihyo mendengus seraya mencopot sendalnya, mereka masuk ke dalam kamar kos Jihyo.

"Rapi banget kayak mau pindahan" komentar Jeongyeon seraya duduk di kursi belajar Jihyo. Sang pemilik kamar duduk di ranjang.

"Abis jalan sama kamu saya mau pulang soalnya, biar langsung gitu nggak perlu beres-beres lagi"

"Kemana?" Tanya Jeongyeon pura-pura tidak tau Jihyo tinggal di mana.

"Ke Bali. Rumah saya di sana"

"Ayo saya anter" tawar Jeongyeon tiba-tiba. Bercanda tapi serius. Iseng-iseng berhadiah.

Jihyo terkekeh dengan tawaran spontan Jeongyeon, ia menyahuti dengan candaan "Naik sepeda ya?"

"Ya enggak. Naik si Lanang lah"

"Siapa Lanang?" Tanya Jihyo bingung. Dalam Bahasa Jawa, Lanang berarti laki-laki.

"Itu mobil kuning di parkiran"

"Lah siapa yang ngasih nama?"

"Temen saya, si Momo. Katanya mobil saya keliatan kayak laki-laki Jawa"

Jihyo tertawa. Teman Jeongyeon yang bernama Momo itu ada benarnya. Mobil Jeongyeon memang terlihat seperti laki-laki Jawa. Sulit dideskripsikan tapi memang terlihat seperti itu.

"Gimana mau nggak saya anter?" Tanya Jeongyeon sekali lagi. Tidak sabar seperti biasanya. Sebenarnya tidak sabarnya itu lebih ke arah tidak mau menahan debaran jantung lama-lama.

"Kamu emang nggak mau pulang kampung?"

"Enggak, males"

"Kenapa deh?"

"Ceritanya panjang. Nanti aja jangan sekarang" Jihyo tampak berpikir lagi. Jeongyeon menatap nya seraya menanti jawaban. Menatap dengan pandangan serius yang membuat jantung Jihyo ikut berdegup kencang.

"Boleh saya tau hari ini kamu mau ngajak saya kemana?" Tanya Jihyo lagi. Barangkali jawabannya bisa jadi pertimbangan mencari keputusan.

"Ke Gunung Kidul. Saya mau ngajak kamu camp in campervan"

Jihyo tersenyum. Hilal tiba-tiba muncul di kepalanya. Ia baru saja mendapatkan keputusan.

"Ide camping mu di-cancel aja gimana? Kita berangkat ke Bali sekarang. Uang bensin dan tol biar saya yang nanggung"

Jeongyeon tercengang, tidak menyangka Jihyo bisa sespontan ini. Tadi ia hanya iseng lho, tapi ternyata isengnya benar-benar berhadiah.

Gadis itu lantas tersenyum, tau bahwa keputusan Jihyo barusan menunjukkan bahwa Jihyo tidak akan pulang bersama sang mantan.

"Ayo, siapa takut"

****

Jalanan sore kota Yogyakarta padat merayap. Jam sibuk, orang-orang memang berlomba-lomba untuk pulang. Jihyo di sebelah Jeongyeon hanya diam sembari menikmati alunan musik dari tape mobil Jeongyeon. Sang pengemudi mobil juga demikian.

"Kalau capek gantian saya aja yang nyetir" ujar Jihyo. Lawan bicaranya terkekeh dibuatnya.

"Belum juga keluar dari Jogja masa udah capek"

"Ya saya cuma nawarin. Kalau belum capek ya udah" dumal Jihyo. Lalu kembali asik memperhatikan jalan.

"Jeong nanti di depan kalau ada mini market belok ya"

"Mau beli cemilan?" Tanya Jeongyeon. Jihyo mengangguk.

"Itu di belakang ada, saya semalem udah beli banyak, di box yang ketiga. Ambil aja"

"Berenti dulu dong masa saya mau lompat ke belakang"

"Ya lompat aja kenapa sih?"

"Nggak sopan lah di mobil orang"

"Ya elah Ji.... Sama saya doang kayak sama orang asing"

Jihyo terkekeh lalu sedetik kemudian lompat ke belakang, membuka ruang penyimpanan seperti yang Jeongyeon arahkan lalu mengambil sekantung kresek besar cemilan.

Setelah mendapat apa yang ia cari, Jihyo kembali ke sebelah Jeongyeon. Wajah cerianya terpampang.

"Saya buka yang ini ya?" Jihyo meminta izin. Jeongyeon mengangguk.

"Tadi Tzuyu dateng" Ucap Jihyo seraya menyuap makanan ringan ke mulutnya. "Mau?" Jihyo menyodorkan makanan ringan itu juga ke mulut Jeongyeon dan dilahapnya. Jeongyeon ikut makan disuapi Jihyo.

"Ngapain dia?" Tanya Jeongyeon.

"Dia nanya apa saya mau pulang, saya jawab; saya masih ada urusan nanti pulang sendiri aja"

"Tapi kamu sekarang malah pulang nih"

"Ya kan urusannya udah selesai, jalan-jalan kita nggak jadi. Mobil kamu juga asik buat dipake perjalanan jauh"

"Okay okay... Terus dia bales gimana?"

"Dia bilang saya nggak pernah berubah, selalu nolak tawaran dia. Terus ternyata dia tau kamu, dia bandingin diri sendiri dengan kamu. Dia sedih nggak bisa seperti kamu yang pernah nganter saya beberapa kali. Dia juga bilang hubungannya sama Sana selesai"

"Kamunya respon gimana?"

"Ya saya kenalin kamu aja sekalian ke dia. Dia titip salam. Terus saya bilang semoga dapet orang yang bisa dampingi dia ke depannya, gantiin Sana gitu"

Jeongyeon terkekeh, lantas kembali bertanya dengan senyuman jahil "Emang kamu kenalin saya sebagai apa?"

Jihyo mendengus. Gadis itu memilih untuk mengalihkan pembicaraan "Terus udah deh dia pulang. Kayaknya naik pesawat kayak biasanya"

"Pertanyaan saya nggak dijawab" kerlingan jahil masih Jeongyeon tunjukkan. Jihyo mendengus lagi, sebal karena hari ini malah dirinya yang diejek Jeongyeon. Meski sebal, gadis berambut pendek itu tetap menyuapi Jeongyeon makanan ringan. Tetap menyuapi dirinya sendiri juga.

Jeongyeon terkekeh, kemudian memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaannya "Ya udah, salam balik ya ke Tzuyu. Bilangin kapan-kapan ngopi sama saya gitu"

"Dia nggak suka kopi" ujar Jihyo spontan. Jeongyeon melirik Jihyo dengan tajam.

"Iya deh yang paling tau soal mantan"

Kali ini Jihyo yang tertawa. Tangannya tiba-tiba mengatur suhu AC menjadi lebih rendah.

"Saya gedein ya Jeong ACnya, soalnya kayaknya ada yang kepanasan" Jeongyeon melirik Jihyo lagi dengan jengkel. Sementara Jihyo sedang tertawa puas.

Ya, Jeongyeon memang panas, namun dengan adanya Jihyo di sampingnya begini, panasnya mereda. Jeongyeon rasa begini saja sudah cukup. Jihyo mau bercerita tanpa perlu ia tanya itu sudah lebih dari apa yang ia harapkan.

Entahlah apapun itu dan bagaimanapun ke depannya, setidaknya perjalanan panjang bersama Jihyo ini harus dinikmati.

____________
10-01-2022

Your Clown (Jeonghyo)Where stories live. Discover now