(6) • Release

7.8K 1.3K 1.5K
                                    

Spam vote and comment

Davenziel meringis saat mendapati ibunya yang kini duduk di atas kasurnya tengah menatap tajam dirinya

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Davenziel meringis saat mendapati ibunya yang kini duduk di atas kasurnya tengah menatap tajam dirinya. Tapi menurutnya, ibunya tidak terlihat galak sama sekali. Karena, dari segi wajahnya, wanita itu sangat lembut dan penuh perasaan. Berbeda dengan ayahnya yang dingin itu. Dan dia yang--sedikit bermasalah.

"Kenapa seragam kamu banyak banget?" Tanya Tania dengan nada menuntut, sembari melirik lemari yang terdapat beberapa seragam sekolah yang menggantung disana.

"Setiap hari ganti," Jawabnya. Ia mengusap hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal.

Dev baru saja selesai mandi, karena mau berangkat sekolah. Tapi sepertinya ia akan terlambat, melihat ibunya yang sepertinya kesal kepadanya. Ia juga tidak ingin melewatkan raut kesal ibunya, yang jarang sekali ditunjukkan kepadanya.

Tania mengerutkan keningnya. "Itu di total ada sepuluh lebih, kamu sekolah cuma lima hari. Sekolah mana yang tiap hari ganti seragam?"

"Setiap mata pelajaran ada seragamnya, ya jadi gitu," Dev menundukkan kepalanya, menatap sandal hitam dari brand ternama yang ia kenakan baru-baru ini.

Ibu dari Dev itu tampak ingin tertawa mendengar jawaban asal itu, namun ditahan.

Tingkahnya seperti anak kecil yang tengah dimarahi oleh ibunya. Tapi untuk saat ini, terlihat aneh jika Dev yang berusia tujuh belas tahun yang melakukannya. Apalagi melihat tampilan Davenziel yang mengenakan kaos dan celana pendek bewarna hitam.

"Terus kenapa lambang sekolahnya beda-beda, hm?" Wanita itu lalu menyuruh Dev untuk mendekat.

Yang dipatuhi anak itu dengan cepat. Saat ia akan duduk--

"Siapa yang suruh kamu duduk?"

Dev menatap ibunya dengan pandangan bingung. Memilih mengalah, ia lebih baik berdiri. Menikmati wajah kesal ibunya yang jarang ia lihat. Apalagi sorot mata itu terus saja menatapnya. Tatapan yang selama ini ia rindukan.

"Kenapa pindah-pindah sekolah?"

"Bosan."

"Ziel..." Suara Tania terdengar melembut dan menuntut.

Dev menghela napas pasrah. "Emang bener aku bosan. Jadi pindah-pindah,"

"Ziel buat salah di sekolahnya?" Tania bertanya dengan nada lirih.

Setelah itu tiba-tiba Alex masuk ke dalam dan menatap istri dan anaknya secara bergantian. Ia lalu berjalan mendekati istrinya, dan mengecup kening wanita itu sekilas. Setelah itu ia duduk disamping Tania dengan tenang.

"Ada beberapa sekolah yang memang nggak cocok untuk anak aktif seperti Davenziel. Kamu tenang aja, sekarang anak nakal itu sudah ada disekolah yang tepat." Ucap Alex tiba-tiba.

DavenzielUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum