Awalnya Joshua menyebut sebuah tempat pemakaman modern yang mewah untuk tempat pemakaman yang dia inginkan, tapi kemudian dia merubah keinginannya karena tempat pemakaman yang satu itu terkenal cukup mahal.
"Gak jadi di situ deh, buang-buang uang."
Dia bilang begitu pada akhirnya.
Tapi Papa tetap memilih tempat pemakaman yang Joshua inginkan tanpa melihat harganya. Itu persembahan terakhir yang bisa dia beri, dari seorang ayah untuk putranya.
--
Edgar awalnya tak menangis, dia hanya tak lepas dari Gabriel. Tapi di keesokan harinya saat pemakaman, tiba-tiba tangisnya pecah.
"Edgar itu kalo nangis, kayak udah disiksa. Lebay banget."
Joshua pernah bilang seperti itu. Dan Benar adanya. Edgar menangis kencang di sana sampai urat lehernya terlihat, saat peti Joshua mulai dimasukkan ke dalam liang. Dia tersiksa melihat itu. Papa terus berusaha meredakan tangis putra bungsunya.
"Josh, nanti marah," ucap papa. Edgar menggeleng-gelengkan kepala rusuh.
"Gak mau ... gak mauu ...!!! JANGAAANN!!!"
Edgar tetap melanjutkan tangisnya, malah semakin kencang. Papa memeluknya. Punggungnya diusap-usap Gabriel. Mama juga ikut turun tangan menenangkan.
"Josh, gak boleh dimasukkin ke sana."
Semuanya mencoba memberikan pengertian kepada Edgar. Sampai tangis Edgar akhirnya mereda di saat permintaan terakhir Joshua dilaksanakan. Dia ingin selagi tubuhnya mulai ditutupi tanah, lantunan beberapa lagu-lagu rohani yang dia sukai mengiringi. Edgar langsung terdiam saat itu. Keluarga, saudara, dan teman, yang ada di acara pemakaman ikut menyanyi bersama dalam pilu.
Makamnya indah, dihiasi bunga-bunga, dan bingkai foto yang Joshua juga pilih sendiri waktu itu. Dan ... selesai. Joshua sudah tertidur damai di dalam sana dengan senyumannya.
🌷

YOU ARE READING
Goodbye World (Selesai)
Short Story**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Ini hanya cerita pendek yang biasa, tentang seseorang yang pergi sebelum tahun berganti kemarin. Tadinya Desember ke Januari ini akan menjadi pengalaman tahun baru terakhirnya dengan keinginan ... malam tahun...