bab 31.

3.8K 315 12
                                    

Nasi goreng dengan omelet di atasnya sudah tersaji, sedang Pathmew terus menempel pada Gulfie bergelayut di lengannya.

“Udah nih, ayok Phi. Sampai kapan kau seperti ini? Katanya lapar.” Membawa suaminya duduk namun Pathmew meraihnya untuk duduk di atas pangkuannya.

“Phi, bagaimana mau makan kalau posisinya gini?”

“Bisa kok, kan tanganmu bisa megang sendok dari depan, Phi cuma mau peluk.” Semakin merapatkan diri.

Gulfie mengela napasnya meraih piring tersebut lalu menyendoknya.

“Aaa!” suap Gulfie pada suaminya.

“Kok Phi lagi?” Ketika suapan berikutnya.

“Gupi tak makan, Sayang. kan lagi diet.”

“Hah! Sejak kapan?”

“Sejak Phi bilang perut Gupi embul. A lagi,” suap Gulfie.

“Gak bisa ya, apaan diet, gak boleh! Awas saja itu hilang dari perutmu!”

Pathmew mengambil alih sendok itu dari tangan Gulfie lalu menyuapi istrinya dengan kesal. Padahal sebelumnya dia begitu takut untuk menolak makanan istrinya karena juga takut gendut namun karena menghargai sang istri ia rela makanan berat tersebut.

“Phi, Gupi gak mau!” tolak Gulfie menutup mulut hingga keduanya terkikik karena gemas Pathmew menggelitik Gulfie.

“Nanti kita olahraga di kasur, Sayang. Aaa,” suap Pathmew masih memaksa Gulfie.

“Itu olahraga buatmu sendiri, Phi … bukan untuk Gupi. Bakalan semakin gendut perut Gupi kau siram terus sama itu.” Membuat Pathmew semakin terkikik gemas menguyel Gulfie kegelian diendus suaminya.

“Udah Phi, udah ya, sampai jatuh-jatuh itu.”

“Olahraga, yuk,” bisik Pathmew kembali mesum dengan alis turun naik.

“Memang tak pernah absen ambil jatah.” Ketika Gulfie sudah digendong seperti bayi kuala.

Pathmew tak sabar mempercepat langkahnya tak sabaran. Gulfie begitu bahagia setelah Pathmew menarik napas panjang menumpahkan benihnya di dalam Gulfie. Gulfie mengusap punggung Pathmew yang ambruk di atasnya. Kemudian Pathmew mencabut pelan belalainya lalu baring di samping Gulfie memeluknya hangat.

“Kita tidur ya, Sayang? Gupi pasti sangat lelah.” Pathmew mengusap Gulfie lembut.

Gulfie mengangguk, menangkap bibir suaminya untuk mengantar tidur mereka setelah olahraga yang lumayan menguras keringat keduanya. Gulfie terbangun seperti biasa jam 5 pagi, meski tidur telat tadi malam.

“Aku mencintaimu, Phi. Teruslah untuk mencintaiku selamanya agar kita saling bahagia,” bisik Gulfie lembut pada Pathmew yang terlelap, masih setia dengan tidurnya sambil bibirnya dikecup sedikit.

“Kenapa, Sayang?” Sedikit terusik Pathmew menggeliat dengan mata setengah terpicing.

“Uh? Maafin Gupi, apa aku membangunkanmu? Tidurlah lagi, masih jam 5.”

Gulfie hendak bangun dari tidurnya untuk melanjutkan aktivitas paginya seketika ditarik oleh Pathmew kemudian membalikan badannya sedang Gulfie di bawahnya.

“Kalau sudah bangun mana bisa tidur lagi, Sayang.”

Pathmew melumat habis bibir Gulfie rakus lalu menjelajahi area leher Gulfie, kembali meninggalkan tanda kepemilikannya di sana. Ciuman Pathmew terus turun menjelajahi nipple Gulfie sebelah kiri, menyedotnya kuat, sedang yang sebelahnya dipelintir-pelintir olehnya.

“Ah, Phi ...,” desah Gulfie menggigit bibir bawahnya.

Setelah puas menyusu ciumannya turun menari-nari di perut gembul Gulfie.

MEW'S WIFE |BL| (SUDAH TERBIT) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora