Terbaik

570 87 5
                                    

Selamat malam 😊
.
Up Mbak Kowad Cantik
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment  juga boleh, biar author makin semangat 😊
.
Happy reading 😘
.
.
.
.

Abella Dwi Dharma

"dokter Abella! Ternyata kau di sini, ada pasien baru, tugasmu di sini bukan untuk duduk manis seperti seorang putri!"

"Siap, salah." Jawabku langsung berdiri, menatap dokter Ari selaku penanggung jawab rumah sakit darurat dimana aku berada saat ini, aku segera mematikan panggilan yang masih berlangsung dengan pacar baruku, dosen yang sudah membuatku jatuh cinta begitu dalamnya dan tak lagi ingin membuka hati untuk pria manapun lagi.

"Jangan hanya bisa siap salah, setiap kali kena tegur! Ingat jauh - jauh anda dikirim ke tanah Lebanon ini bukan untuk bersenang - senang, tapi bertugas demi kamanusiaan, di sini anda bukan seorang putri pengusaha atau tunangan seorang pengusaha, anda tak bisa seenaknya dokter Abella."

Aku mengepalkan tanganku menahan emosi, apa kata dia? Putri seorang pengusaha dan tunangan seorang pengusaha? Rasanya aku ingin sekali tertawa, putri mana yang dibiarkan seorang diri saat akan berangkat satgas, bahkan saat berpamitan pun tak ada sepatah katapun keluar dari bibir papah, begitu juga dengan pria yang konon katanya tunanganku, dia diam membisu.

Di tengah lautan manusia di bandara, hatiku benar - benar sakit, menyaksikan rekan - rekanku di antar keluarga mereka, di iringi tangisan karena akan terpisah lama, tapi aku? Aku seorang diri, hidupku benar - benar sebatang kara, tak ada satu pun keluarga yang mengantarku, hanya satu pria yang namanya abadi di dalam hatiku, dia datang menjelang keberangkatanku.

Dia datang tepat saat aku benar - benar membutuhkan pelukan untuk menentramkan hatiku, dia pak Reno Surya Pranoto, dosen tampan yang pada akhirnya mengungkapkan perasaannya padaku, cinta yang aku pikir kembali bertepuk sebelah tangan, akhirnya bersambut juga, aku sangat bahagia di tengah rasa kecewaku pada papah.

Baru saja aku bahagia bisa melihat wajah tampannya, karena sesampainya di Lebanon, aku benar - benar sibuk sampai tak mengingat ponsel, tapi aku di bilang duduk manis dan bersenang - senang, entah kenapa dokter Ari sangat memusuhiku, padahal aku dengar dari rekan - rekan, jika dokter Ari selalu memuliakan rekan perempuannya, jangankan membentak, menyuruh pun dokter Ari tak pernah, tapi denganku? Jangankan menyuruh, membentak pun sering, aku selalu saja di buat frustasi jika di dekatnya, karena apapun yang aku lakukan selalu mendapat kritik pedas darinya.

Ya, hanya padaku dokter Ari kasar dan keras, padahal seingatku selama aku mengenalnya, belum sekalipun melakukan kesalahan yang membuatnya membenci atau mengingatku karena melakukan kesalahan, dia selalu saja ada di sampingku setiap kali aku sedang melakukan tindakan, bukannya membantu rekan lain, dia membantuku, bukan membantu, lebih tepatnya mengomentari apa saja yang aku lakukan, komentar pedas yang kadang membuat emosiku naik seketika ke level tertinggi.

"Apa anda akan terus melamun di sini dokter Abella?" Tegurnya lagi, membuatku menoleh menatapnya, tanpa berpamitan aku segera melangkah pergi meninggalkannya, aku tak peduli di bilang bawahan yang tak bisa menghormati atasannya, aku ingin segera lenyap dari hadapannya.

Aku memasuki IGD di rumah sakit darurat ini, tapi .... kosong, tak ada pasien satu pun, jangankan pasien bahkan rekan medisku juga tak ada, mereka berada di ruang istirahat petugas jaga, lalu kenapa dokter Ari bilang ada pasien baru? Lagi dan lagi dia kembali membuatku mengepalkan tangan menahan emosiku.

Abella My Beautiful Dokmil Kowad (E-book Tersedia Di Playstrore)Where stories live. Discover now