14. Buku Harian

9.1K 1.1K 19
                                    

Siang, teman-teman. Kaget nggak ada notif di lapak ini? Hihi. Jadi mulai hari ini aku mau repost cerita Kaia, selang-seling sama Broken Down dan Hello, Gajah!. Sebenarnya rencana repost cerita ini nanti setelah Hello, Gajah! selesai repost, tapi aku berubah pikiran haha. Itung-itung biar ramai lagi. Jadi ... yuk ramaikan dengan vote dan komen kalian.

Selamat membaca. Happy weekend ♡

*

14. Buku Harian

"Kenapa kamu kelihatan nggak senang?" Wisnu menoleh ke arah gadis yang merupakan anak dari sahabat ayah tirinya itu. "Kamu nggak setuju ya, sama perjodohan ini?"

Dian tersenyum kecil. "Lebih ke kaget dan nggak nyangka aja."

"Kenapa?"

"Ya karena kita lebih cocok jadi saudara." Dian menoleh hingga tatapan mereka bertemu. "Iya, kan?"

Wisnu tersenyum kecil. "Jadi? Kita tolak aja?"

"Seandainya bisa." Dian menunduk. "Aku nggak mau bikin Ibu sedih."

"Aku juga nggak enak nolak keinginan Ayah."

Wisnu mendongak, menatap langit yang terlihat cerah dan dihiasi ribuan bintang. Sama seperti Dian, sejujurnya ia juga tidak menyangka tentang rencana keluarga mereka ini. Sejak Mama dinikahi Ayah lima tahun lalu, ia sudah menganggap pria itu seperti ayahnya sendiri. Begitupun Rama yang merupakan adik sambungnya. Dan sahabat Rama yaitu Dian, juga ia pedulikan seperti mempedulikan saudara sendiri. Jadi ketika Ayah dan orang tua Dian menjodohkan mereka, bukankah itu agak mengejutkan?

"Jadi," Wisnu kembali bersuara. "kamu maunya gimana?"

"Mau nggak mau harus terima. Kalau kamu gimana?"

"Aku setuju-setuju aja." Lalu pria itu mengerling. "Mana tahu kalau nanti kita beneran saling tertarik?"

Dian terkekeh, tapi tak mengatakan apa pun lagi. Wisnu yang melihat perubahan ekspresi gadis itu, hanya tersenyum kecil. Ia tahu persis kepada siapa hati Dian jatuh. Namun itu tidak mudah, karena seseorang itu memiliki hubungan dengan gadis lain. Rumit, bukan?

"Kamu bisa manfaatin aku."

Dian menatapnya bingung. "Maksudnya?"

"Kamu bisa manfaatin aku buat move on dari Rama."

Dian tertawa. "Emangnya kamu suka aku?"

Wisnu menggeleng. "Tapi mungkin nanti kita bisa saling suka. Tahu tentang pepatah 'cinta datang karena terbiasa'?"

"Kamu yakin pepatah itu bekerja di kita?"

"Buat buktiin, kita harus coba."

Tawa Dian kembali keluar. "Kenapa kamu nggak buka hati buat cewek lain aja? Kamu tinggal pilih satu di antara cewek kampus kita, mereka pasti akan mau dengan senang hati."

"Nggak ada yang bikin aku tertarik."

Dian terkekeh. "Memangnya aku bikin kamu tertarik?"

"Nggak juga."

"Terus?"

"Seenggaknya aku udah kenal kamu."

Keduanya tertawa, lalu sama-sama memandangi langit. Terkadang, Wisnu ingin tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang dengan kuat dan menggebu. Hanya saja, sampai di usia dua puluh tiga tahun ini, ia sama sekali belum pernah menemukannya. Tertarik memang pernah beberapa kali, tapi itu hanya sesaat dan menyisakan rasa hambar.

Dan tidak ada yang tahu jika kemungkinan seseorang itu adalah Dian, bukan? Jadi Wisnu tidak keberatan untuk mencobanya.

***

Way Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang