Nggak Meninggal-Kan?

10 4 2
                                    

Sore ini langit terlihat sangat mendung, Alisha yang baru pulang dari rumah temannya guna untuk menyelesaikan tugas kelompok akhirnya harus terjebak di salah satu emperan toko yang sudah tutup guna berteduh. Sebenarnya ia sudah menduga  akan kehujanan di tengah jalan, akan tetapi  ia tetap nekat untuk pulang dari pada terlalu lama bertamu di rumah temannya dan merasa tidak nyaman. Diana, ya teman kelompoknya itu tidak lain tidak bukan juga rekan sebangkunya di kelas, gadis itu baik namun entah kenapa keluarganya seperti tidak suka Alisha berada di sana.

"Hujannya kapan berhenti sih, andai hujannya bisa di pause," ujar Alisha menatap gelapnya langit dengan butiran-butiran air yang turun begitu deras.

"Lu kira lagu," sahut seseorang disana.

Alisha menolehkan pandangannya mencari sumber suara sampai matanya mengankap seorang lelaki yang duduk bersandar dengan tembok pojok emperan toko. Lelaki itu menatap Alisha dengan pandangan seolah tidak suka. Alisha yang merasa lelaki itu tidak menyukai keberadaannya mencoba mengalihkan pandangannya.

"Ngapain sih, lo?" tanya lelaki itu pada Alisha.

"Neduh."

"Ya gue tau. Duduk-duduk kek, nganggu pemandangan gue tau!"suruh lelaki itu tapi dengan polosnya Alisha menanggapinya dengan mengerutkan dahi.

"Mau kena petir?!" sarkas lelaki itu yang tak lain adalah Raga.

"Heh! Kalo ngomong, jangan sampai-lah!" Alisha menatap kesal pada lelaki itu, seenaknya saja berbicara sudah tau hujan. Bagaimana kalau yang Raga ucapkan itu benar-benar terjadi soalnya Ibu gadis itu selalu mewanti-wanti tidak boleh mengatakan hal buruk saat hujan. Hal tersebut di takutkan akan menjadi doa.

Alisha yang masih dengan setelan seragam sekolah itu pun akhirnya memundurkan langkahnya beberapa langkah dan duduk di depan toko bertuliskan "Cat Berkah" tersebut. Perutnya sesekali berbunyi karena lapar karena ia tidak sempat untuk makan pagi hari dan hanya makan waktu di kantin sekolah siang tadi. Posisi duduk antara Raga dan Alisha lumayan jauh, tetapi lelaki itu mampu mendengar suara perut Alisha yang bagaikan ada konser musik internasional.

"Makan!"perintah singkat dari Raga setelah melempar beberapa camilan kepada Alisha dan hal tersebut membuat gadis dengan hidung sedikit memerah itu pun bertanya-tanya dalam batinnya.

"Nggak! Terimakasih." Alisha melempar kembali ke pojok kiri emperan toko tepat pada posisi Raga duduk.

Rega berdiri dan berjalan agak terseok-seok menghampiri ke tempat Alisha duduk terdiam setengah menunduk. Lelaki itu menarik pelan dagu Alisha hingga menghadap tepat di mana dia berjongkok di hadapannya. Alisha yang terkejut karena bertatapan sedekat itu dengan seorang lelaki membalikan mukanya ke samping.

"Makan! Suara perut lo ganggu gue tau!" jelasnya dengan memberikan beberapa camilan itu kepada Alisha kembali.

Tidak ada tanggapan dari Alisha sama sekali dan itu semakin membuat Raga kesal dengan gadis di hadapannya. Bagaimana tidak kesal sudah mengganggu di kasih makanan bukannya di terima malah sok jual mahal. Bukan maksud Raga perhatian dengan Alisha hanya saja ia tidak tega melihat wanita sendirian, kedingan dan kelaparan. Lelaki itu meskipun sering bersikap ketus, kasar juga dingin, tapi ia masih memiliki empati pada sesamanya.

"Makan aja susah banget ya? Mau gue suapin? Gue itu ngantuk, suara perut lo ganggu banget!" alibi Raga agar Alisha mau menerima makanan yang ia berikan tidak mungkin bukan lelaki itu berkata bahwa dia berempati padanya.

Alisha yang masih membuang muka dari hadapan lelaki itu akhirnya membalikan posisi mukanya yaitu berhadapan dengan wajah lelaki berambut basah yang memakai jaket kulit hitam. Gadis itu melirik cemilan di samping kirinya sekilas sambil menelan salivanya. Tanpa basa basi Raga yang melihat itu langsung mengambil salah satu jenis camilan, lalu setelahnya ia membukaknya dan langsung menjejalkannya pada mulut Alisha.

Alisha terkejut dengan apa yang Raga lakukan, gadis itu melotot dan spontan mendorong tangan Raga menjauh dari mulutnya. Gadis dengan bibir pucat itu pelan-pelan melahap makanan yang masuk di dalam mulutnya. Ia sempat berpikir makanan itu mungkin beracun, tapi hal itu di tepis hatinya.

"Kamu mau bunuh aku?" tanya Alisha yang sedikit batuk-batuk akibat menelan makanan dengan paksa apalagi tadi yang ia makan sejenis keripik berbumbu balado.

"Nggak," ujarnya singkat lalu berpindak posisi duduk di samping Alisha lalu  ia berkata, "Habisin! gue nggak mau suara perut lo ganggu tidur gue, btw itu semua nggak ada racunnya!"

Ha? Bagaimana Raga mengetahui hal yang sempat Alisha pikirkan. Lelaki itu bukan sejenis peramal, bukan? Alisha merasa  penuh tanda tanya dengan sosok lelaki di sampingnya. Dari sikap Raga terlihat lelaki itu bukan lelaki yang jahat, tetapi ucapan lelaki itu entah kenapa sangat menyebalkan.

Alisha menghabiskan satu bungkus camilan dan tersisa dua bungkus yang ia tidak sentuh sama sekali. Perut Alisha sudah tidak berbunyi hanya dengan menghabiskan satu bungkus saja karena memang porsi camilan tersebut lumayan banyak. Raga yang tadinya hanya pura-pura tertidur di samping Alisha mendadak jadi tidur beneran karena suasana hujan yang lumayan cocok untuk tidur.

Alisha menoleh, ia menatap wajah lelaki di sampingnya. Ia merasa tidak asing dengan lelaki itu. Berkali-kali ia meneliti dan mencoba mencari tahu identitas lelaki itu dari mengamati bentuk wajahnya yang oval dengan rahang yang tegas, bibir  yang tebal serta tampilan rambut Raga yang tidak pernah rapi apalagi terkena air hujan rambut lelaki itu sudah sangat tidak karuan.

Hujan akhirnya berhenti dan tanpa di sadari Alisha juga tertidur dengan bertumpu pada lututnya yang ia peluk. Sedangkan Raga hentah sejak kapan lelaki itu mengganti posisi menyenderkan kepalanya di bahu Alisha. Alisha menepuk-nepuk lengan Raga berkali-kali untuk membangunkannya, namun lelaki itu enggan bangun hingga membuat Alisha geram. Alisha langsung saja mendorong tubuh lelaki itu menjauh dari bahunya sampai tubuhnya tidak sengaja jatuh ke lantai.

Raga tidak bergerak sama sekali, ia tetap memejamkan kedua matanya. Alisha yang tidak melihat respon Raga menjadi bingung.  Lelaki itu masih hidup bukan? Alisha mengecek nafas, nadi dan detak jantung Raga. Badannya begitu hangat seperti demam, ia masih bersyukur lelaki itu tidak sampai meninggal. Khawatir dengan keadaan lelaki dengan raut muka yang berubah pucat dari sebelumnya membuatnya kian takut apalagi ujung tangannya tiba-tiba sangat dingin. Di tambah detak jantung Raga berdetak begitu lambat Alisha jadi semakin takut.

"Bangun dong! Hey kamu bangun dong! Aku belum sempet tanya nama kamu ntar kalo kamu kenapa-kenapa gimana? Aku nggak tau orang tua kamu lagi, ihh bangun dong aku takut ntar di kira bunuh anak orang, " ujar Alisha panjang kali lebar di ikuti mata yang berkaca-kaca antara takut Raga tiada dan takut ia menjadi tersangka jika lelaki itu kenapa-kenapa.



UnexpectedWhere stories live. Discover now