5➶

768 103 75
                                    

"Kenapa (y/n) belum pulang? padahal ini sudah jam tujuh malam." Kata Yuno yang sedang menunggu sang istri, ia sesekali melirik arah jarum jam berputar.
"Apa aku cari saja, ya?" Sambungnya melamun. Tak lama, sebuah pintu menunjukkan
(y/n) yang baru saja tiba dengan tubuh lesunya.

Tanpa pikir panjang, Yuno menerjang tubuh (y/n) dan langsung memeluknya. "(y/n), kau dari mana saja?!"

(y/n) hanya terdiam dikarenakan bingung melihat tingkah laku sang suami.

"Apa kau terluka?!" Ucap Yuno melepaskan pelukannya sambil memegangi kedua lengan (y/n). "M-maafkan aku soal yang kemarin, kau hanya salah paham." Jelasnya, "Dia itu juniorku. Lagipula umurku dan dia saja selisih 5tahun." Lanjutnya dengan gelagapan. "Mungkin dia menganggapku sebagai kakak."

"Apa kau yakin?" Ucap (y/n) yang masih sedikit tidak percaya.
"Tentu saja aku yakin!"

"Baiklah, aku memaafkan-mu." Katanya tersenyum. Yuno sekali lagi memeluknya dengan sangat erat. "Lepaskan, ini sangat sesak!" Keluh
(y/n) sambil memukulinya pelan.

"Kau dari mana saja seharian ini?" Tanya Yuno ingin tau.

"Ah soal itu, aku tadi dari cafe milik Felix." Katanya.

"Namanya sangat familiar ditelingaku?..." Heran Yuno menatap
(y/n).

"Apa kau lupa? itu mantanku dulu, lo!" Seru (y/n). "J-jangan marah dulu!. Lagipula aku sudah tidak memiliki perasaan dengan-nya"

"Benarkah?, aku sedikit lupa dengan mukanya." Ucap Yuno memegangi dagu.

"Jika kau ada cuti, ayo kita ke sana."

"Dengan senang hati."
.
.
.
.
.
"Yuno, bangunlah. Kau nanti terlambat loh!" Teriak (y/n) dari lantai bawah. "Aku sudah bangun." Balas Yuno.

Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi sampai beberapa kali. "Itu siapa, ya?" Gumam (y/n) berjalan membuka pintu depan rumah.

"Selamat pagi." Ucap tamu itu.

"Pagi. maaf cari siapa, ya?" Tanya
(y/n) bingung.

"Aku ingin bertemu dengan Yuno-san." Katanya, "M-Maaf sebelumnya, perkenalkan namaku Juvia."

"Oh, teman kantornya ya?" Tanya
(y/n) sekali lagi, "Silahkan masuk, kau duduklah dulu." Pintah (y/n) sambil menjamu sang tamu.

Juvia menatap sekeliling rumah yang sedang mencari keberadaan Yuno. "D-Dimana Yuno-san sekarang?"

"Dia sedang mandi, sekalian kau ikut sarapan dengan kita yuk?" Tawar
(y/n) dengan penuh senyum.
"Jika tidak keberatan." Balas Juvia.

Ia kembali menatap (y/n) dengan penuh ketelitian, "Maaf, apakah kau istrinya Yuno-san?" Tanyanya ragu.

"Kau benar. Namaku (y/n) Eucliffe, kau bisa memanggilku (y/n)."

Genggaman tangan Juvia mulai mengerat, rasanya sekarang ia ingin memecahkan gelas yang sedang dia pegang. Tak lama Yuno muncul dengan pakaian kantornya yang sudah rapi. "Sayang, apa sarapannya sudah siap?" Tanya Yuno turun dari tangga. Ia kaget melihat Juvia yang berada di dalam rumahnya sekarang.

"Bagaimana kau tau rumahku?!" Gumam Yuno yang bisa didengar oleh mereka berdua.

"Aku bertanya ke satpam kantor." Balasnya.

Yuno hanya berdiam diri, ia khawatir (y/n) tau jika yang memeluknya waktu itu adalah Juvia. "Yuno, Kau kenapa?" Tanya (y/n) melambaikan tangannya didepan mata Yuno. Ia lalu tersadar dari lamunannya.

"T-tidak apa-apa..."

"Baiklah, ayo kita sarapan bersama-sama!" Seru (y/n) menepuk kedua tangannya.

"A-aku akan sarapan dikantor saja." Kata Yuno gelagapan. "Tapi aku sudah memasakkan-mu." Ucap (y/n) yang terlihat sedikit sedih.

"Jadikan bekal saja jika begitu." Saran Yuno.
"Baiklah kalau itu mau-mu."

"Juvia-chan, apa kau mau dibuatkan bekal juga?" Tawar (y/n).

"T-tidak usah, (y/n)-san." Jawabnya. "Lagipula aku tidak sudi memakan masakan darimu..." Batinnya yang penuh kejijikan didalam hatinya.

"Sebelum berangkat, tolong bantu aku memakai dasi." Kata Yuno memberikan dasinya ke sang istri. Ini adalah salah satu pekerjaan (y/n) juga sebelum Yuno berangkat untuk pergi bekerja. Saat (y/n) sibuk memakaikan dasi untuk sang suami, Yuno melirik Juvia penuh curiga dengan tatapan tajamnya.

"Baik, sudah selesai!..."

"Baiklah, jaga dirimu dan calon anak kita baik-baik seperti biasanya. Kau mengerti?" Ingat Yuno mengelus perut sang istri.
"Aku tau itu."

"Rasanya aku ingin membakar rumah ini!" Batin Juvia kesal.

"Aku berangkat dulu." Pamit Yuno mengecup dahi sang istri. "Hati-hati dijalan kalian berdua!"

oOoOo

"Kenapa kau datang ke rumahku?!" Tanya Yuno sambil menyetir mobil.

"Eh?, memang itu salah, ya?" Ucapnya sambil tersenyum.

"Tentu saja, dan juga aku sudah berumah tangga." Balasnya, "Jadi jangan lancang." Sambungnya sedikit kesal.

"Lagipula yang sudah berumah tangga belum tentu akan bersama sampai tua." Kata Juvia sedikit meremeh.
"Bisa saja jodohmu akan diacak ulang..."

"Maksudmu?"

Juvia pelan-pelan mendekati Yuno dan berbisik tepat didekat telinganya, "Bisa saja itu aku."

Yuno lalu mendorong Juvia dan tidak sengaja kepalanya terbentur karena dorongan keras milik Yuno tersebut.
"Aw... Itu sakit!" Pekiknya memegangi belakang kepala.

"Menjijikkan." Gumam Yuno menatap Juvia dengan penuh rasa geli. Ia memberhentikan mobilnya sejenak diseberang jalan dan keluar untuk membuka pintu mobil disisi lain.

"Keluar." Pintah Yuno, tanpa pikir panjang dia menarik paksa pergelangan tangan Juvia.

"Kita mau kemana?" Tanya Juvia kebingungan. Tetapi Yuno hanya mengabaikannya dan kembali masuk kedalam mobil, dan melaju meninggalkan Juvia sendirian disini.

"Yuno-san!..." Teriaknya kesal, "Kenapa aku ditinggal?!"
.
.
.
TBC

𝐃𝐢𝐬𝐠𝐮𝐬𝐭𝐢𝐧𝐠 (Yuno x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang