Chapter 1 - Mimpi

21 3 0
                                    

"Duk..duk..duk." Suara dribble bola basket menggempari lapangan SMA 5 Jaya, hari ini merupakan pertandingan yang di tunggu-tunggu oleh hampir semua cewek di SMA 5, termasuk aku. Pertandingan persahabatan antara SMA 3 Nusantara dengan SMA 5 Jaya yang berlangsung setahun sekali membuat para hati cewek-cewek yang menonton berdebar-debar.

Gimana engga? Setelah pertandingan ini berakhir, cowok-cowok langsung melaksanakan niatannya, tebar pesona! Ada yang PDKT minta nomor WA bahkan Instagram, ada yang datang khusus ngelihat gebetannya di sekolah sebelah, ada yang langsung jalan setelah pertandingan selesai tanpa mempedulikan skor yang ada di papan, sedangkan aku yang sedang duduk di samping lapangan sambil membawa peralatan P3K tidak bisa melepas penglihatanku dari sosok pembawa bola.

"Masuuukkkkk, skor menjadi 32 untuk SMA 3 Nusantara dan 45 untuk SMA 5 Jaya." Teriak sang MC dengan antusias.

"Aaaaaa... ganteng banget si cowok yang pakai headband itu." Ucap salah satu penonton yang aku rasa adalah cewek dari sekolah lawan.

"Yang mana? headband biru?" timpal temannya

"Iya ih ganteng banget, kapten pula. Punya cewek ga ya?" ucap cewek yang berdiri yang membawa tas ransel pony.

Aku hanya mendengar sedikit percakapan mereka dan tersenyum tipis, kemudian cowok yang tadi mereka bicarakan, berhasil membuat skor tanda pertandingan selesai dan memberi celebrasi simbol love memakai kedua jarinya lalu tersenyum sambil berlari kecil menuju kearahku.

Yup, dia cowokku. David Arsavin, cowok yang memakai headband biru pemberianku. Siapapun yang melihat senyuman David pasti langsung tertarik padanya. Ketika dia tersenyum matanya yang kecoklatan bak bulan sabit, membuat orang yang disenyumin jadi senyum-senyum juga. Bahkan teman-temanku banyak yang bilang dia mirip artis Jefri Nichol.

Dengan berkeringat dan lecet di lutut, dia tersenyum "Kok bengong, obatin dong sakit nih" ucapnya dengan manja.

"Eh iya sini ih, aku uda siap peralatan P3K nih buat kamu. Kamu ih mesti lecet-lecet, ga sayang apa sama lututnya" ujarku sambil mengomel dan mengobati lecetnya

"Engga, aku kan sayangnya sama kamu." sambil tersenyum kecil dia melepas headband lalu berkata, "Headband ini nih yang buat aku menang, bangga ga sama aku?" 

Aku yang tersipu malu, memukulnya lalu menjawab, "banggalah, cowok siapa dulu dong? Sherlyn!"

Dia tertawa, "Sher, aku kesana dulu ya kumpul team, nanti siang kita makan bakso kesukaan kamu." Ucapnya sambil beranjak pergi.

Aku tersenyum geli sendiri, sudah memasuki tahun ketiga kita pacaran, rasanya baru kemarin si David nembak aku. Merasa ada bisikan-bisikan yang tertuju kearahku, aku menoleh tersenyum berusaha kelihatan ramah dan pergi dari tempat itu sebelum mata-mata sinis mereka menerkamku.

***

Di bawah pohon yang rindang, menunggu si David selesai mengobrol dengan teamnya, aku membuka tab-ku dan menulis harianku. Hari ini seperti biasa David membuatku sangat bahagia, senyumnya yang manis, tatapanya yang penuh perhatian apalagi dia tadi main basketnya keren banget dan... belom selesai aku menulis, David sudah datang mengejutlanku dari belakang. "Lagi nulis tentang aku ya, kapan aku boleh bacanya nih!"

"Gak boleh! Itu kan semua tentang kamu, masa kamu baca sendiri, ntar kamu ke-GR-an lagi," godaku membuatnya memasang wajah cemberut.

"Huuu.. Yauda deh, ntar kamu lanjutin lagi nulis tentang aku, sekarang makan bakso dulu yuk!" Ajaknya.

Aku menutup tab-ku, memasukkannya ke dalam tas dan mengikuti langkah David. Tangan mungilku yang berada dalam genggamannya sudah membuatku bisa merasakan kasih sayang David. Tinggiku 160 cm tetapi terlihat mungil ketika bersanding dengan David yang memiliki tinggi badan 180 cm. Dia suka membelai rambutku ketika berjalan, bahkan kadang dengan jahil melepaskan ikatan rambutku, sehingga membuat rambutku yang agak bergelombang acak-acakan.

Setiap kali dia menggenggam tanganku, kita jalan berdampingan dan tertawa ringan, aku berkata dalam hati bahwa aku beruntung mendapatkan David.

***

"Kriiinngggggggg.....Krinnggggg...." Bel sekolah berbunyi. Tapi anehnya, aku kan lagi di tempat bakso, mana mungkin denger bunyi bel sekolah? Tunggu, ini bukan bel sekolah, lalu apa? Ketika aku berusaha mengerti situasi apa yang sedang terjadi, sebuah kecupan mendarat di keningku dan membuatku sadar. SHIT! It was a dream.

"Baby, ayo bangun. Aku kan harus kerja." Ucap Daniel, suamiku.

Aku terbangun dan tersenyum padanya, mengecup keningnya, menyuruhnya agar segera siap-siap. Dia segera bergegas ke kamar mandi. Kenapa tiba-tiba jadi mimpi si david sih, ada-ada aja deh Sher, ujarku dalam hati heran. 

***

Aku bergegas ke dapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk di bawa Daniel ke kantornya, menyiapkan laptop, HP, baju, jam tangan dan peralatan lainnya. Berusaha tidak terganggu dengan mimpi yang tiba-tiba datang, ga ada angin, ga ada hujan.

Daniel menuju ke ruang makan, melihat segala sesuatu yang sudah aku siapkan,  menciumku dan berkata, "I can't live without you, Baby. Thank you so much sudah membuat pagiku menjadi lebih mudah and you know, I always grateful to be with you"  

"Me too, Baby, I Love you too. Yuk sarapan!" Ajakku.

Daniel adalah orang yang sweet, dia selalu bilang bahwa dia cinta padaku setiap hari, selalu menciumku, selalu memberiku kejutan. He's the sweetest husband  ever, sampai tetanggaku sering bilang iri lihat aku dan suami mesra terus padahal sudah memasuki usia 5 tahun menikah, and I feel it, everytime, every second.

Daniel berangkat kerja, aku mengantarnya sampai halaman rumah kemudian melanjutkan tugasku sebagai istri. Time to bersih-bersih rumah !

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Me & My Memories of YouWhere stories live. Discover now