Kuliah atau Main

2 0 0
                                    

#LovRinzWritingChallengeBatch02

Pagi nan cerah, menyapa Andini yang masih berselimut. Saatnya kembali beraktivitas. Walaupun, rasa malas menggelayuti. Diri bergegas menyiapkan apa yang akan dibawanya ke kampus hari ini.

Sang mentari sudah diatas kepala tanda diri harus siap-siap ke kampus karena hari ini kelas masuk siang. Sebenarnya malas ke kampus hari ini, apalagi mata kuliah hari ini sangat sangat tak disukai.

"Andini," sapa Wulan.

"Iya,"

"Ayo, cepatlah. Panas ini!" teriak Wulan dari atas sepedanya.

Kami berdua mengayuh sepeda menuju kampus tempat kami menimba ilmu. Sesampainya disana, suasana kampus yang masih sepi. Andini dan Wulan menuju Perpustakaan yang sekaligus menjadi tempat untuk belajar komputer. Andini dan Wulan, membaca beberapa buku yang ada di perpustakaan.

Dua jam berlalu. Andini dan Wulan memutuskan untuk keluar dari ruangan ber-AC itu. "Mbak Andini, Mbak Wulan kuliahnya libur. Pak dosen lagi pergi." ucap salah satu staf yang baru saja keluar dari ruang dosen.

Andini dan Wulan, duduk di teras kampus. Menunggu teman satu angkatan. "Mbak, Nanti Bu Tarti ada kelas enggak?" tanya Wulan ke Mbak Yuni yang berjalan ke arah mereka.

"Enggak, Lagi ke Cepu. Makanya kalian berdua punya gawai jadi bisa tahu ada kelas apa enggak," jawabnya.

Andini dan Wulan pergi ke perpustakaan lagi. Setelah ijin ke Mbak Yuni untuk memainkan komputer di sana. Satu jam berlalu. Andini dan Wulan pun pulang meninggalkan kampus biru itu. Apalagi tak ada kegiatan untuk mereka berdua. "Makanya cepetan punya gawai," sindir Mbak Yuni.

Andini dan Wulan mengayuh sepeda, menyusuri sepanjang jalan kembali ke rumah. "Andini, mampir ke situ dulu yuk," tunjuk Wulan.

Andini dan Wulan masuk ke toko gawai yang ada dipinggir jalan Urip Sumoharjo. "Mbak, boleh minta brosur ini." tunjuk Andini.

"Boleh, kalau mau lihat-lihat dulu juga boleh." sahut penjaga toko.

Andini dan Wulan bertanya fitur yang ada di gawai, mereka berdua meminta ijin melihat beberapa contoh yang terpajang di sana. Serta, menanyakan harga yang paling murah. Setelah puas, Andini dan Wulan melanjutkan perjalanan menuju rumah masing-masing.

Malam menyapa, Andini duduk di teras. Merenung, dirinya butuh gawai untuk kegiatan di kampus. Sedangkan, uang yang ada di tabungannya  belum cukup untuk membeli gawai. Rasanya ingin mengatakan kepada ibu dan bapak, sangat membutuhkan tambahan uang.

"Andini, kok melamun," tanya Bapak.

"Eh, enggak Pak."

"Kenapa?"

"I--i--itu, ada uang enggak buat beli gawai,"

"Oh, coba nanti tanya Ibumu ya?"

"Baik, Pak,"

"Sana masuk rumah, sudah larut malam."

Beberapa hari berlalu, kejutan datang dalam kehidupan Andini. Berkat hobinya mengukir goresan pena, dirinya mendapatkan gawai dari pihak penyelenggara lomba.

"Jangan lupa bersyukur atas nikmat dari Tuhan untukmu," nasihat Bapak.

"Uang tabunganmu bisa buat beli buku untuk kuliahmu." timpal Ibu.

"Iya, Bu."

Mulai hari ini, Andini tak akan bingung lagi, jika ada info dari kampus. Tapi, apakah mereka mau? Sedangkan selama ini tidak dekat dengan banyak teman. Andini mencoba menepis, mencoba berpikir positif. Tak semua orang akan menjauhi dirinya yang banyak kekurangan-kekurangan.

Sore harinya... Seperti biasa Andini mengayuh sepedanya menuju kampus. Hari ini dia sendiri lagi. Wulan tak lagi bersepeda, sudah menggunakan sepeda bermesin untuk pergi ke kampus. Menikmati keindahan alam yang dilalui, tengok kanan dan kiri sebelum menyeberang jalan. Panas tak menyurutkan semangat Andini untuk kuliah hari ini. Apalagi, sebentar lagi ujian semester. Sesampainya di kampus, lagi-lagi hanya segelintir mahasiswa yang berangkat. Kelas berubah menjadi kelas les privat karena hanya berisi segelintir orang.

"Pada janjian enggak berangkat," bisik Wulan.

"Kok tahu?"

"Ini buktinya," tunjuk Wulan.

Kami yang ada di dalam kelas mendengarkan penjelasan Bu Tarti. Beliau pun membagikan selembar kertas yang berisi jadwal ujian mulai Senin depan. "Jangan lupa yang masih punya tunggakan segera dibayar." ucapnya.

Setelah jam belajar selesai, Andini dan beberapa mahasiswa menyerbu bagian informasi. Sekedar menanyakan adakah tunggakan yang belum terselesaikan.

"Andini, lunas." kata Mbak Yuni.

"Oke! Alhamdulillah."

Beberapa menit berlalu, Andini pun meninggalkan kampus dan segera pulang ke rumah. Waktu adzan magrib akan segera tiba. Dirinya tak ingin terlambat pulang ke rumah.

Mohon krisarnya

Bukan RekayasaWhere stories live. Discover now