1.End of contract

26 2 8
                                        

Satu,

dua,

tiga

Aku menghitung plastik  jajanan yang berserakan di atas meja. Flora meninggalkan ku dengan tidak sopan, sendiri membereskan sisa-sisa cemilan kami. Aku menggerutu bagaimana anak itu tidak berubah dengan kebiasaan buruk seperti itu. Aku selalu bertanya - tanya bagaimana bisa dia menjadi seorang flight attendant, kalau dia saja masih suka jorok dan tak bertanggung jawab dengan apa yang sudah di buat nya berantakan.

Aku menghela nafas lega, menatap hasil kerja kecilku lalu menata kursi sebagai sentuhan akhir. Jam istirahatku sebentar lagi berakhir, dengan langkah yang sedikit berat aku berjalan kembali ke counter ticket. Ya, tentu saja untuk kembali bekerja. Sesampainya di counter,aku melihat sahabatku Lisa melambai padaku, Lisa sedikit berlari kecil. Mataku Menangkap ekspresi menggemaskan dari Lisa, ia sedikit menggerutu disana, hah! Aku tau kenapa! Lisa ngga terlalu jago  menggunakan high heels, aku tertawa ringan karna dia selalu berusaha untuk tetap anggun dengan high heelsnya itu.

"so how about your new journey?"aku  menyambut Lisa dengan sedikit pertanyaan antusias.

"Ya..this is just the beginning. Gue masih ada di lingkaran yang sama. Nothing different,atau mungkin belum".

Lisa sedang menjalankan masa training untuk menjadi seorang Flight Attendant. 6 bulan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan lisensi menjadi seorang Flight Attendant. Sebenarnya sih, tidak harus melakukan pelatihan selama enam bulan, satu sampai tiga bulan saja cukup,jika berhasil lulus dengan cepat dari semua training yang diberikan.

"I was stuck for five months because of these high heels. Akhir pekan besok adalah penilaian dari latihan bulan ini. I have to pass".

Mata Lisa sedikit berkilat, jika dilihat langsung seperti ada api yang membara dari tubuh nya. Aku tersenyum geli, mengingat nya selalu menelpon ku setiap selesai dari penilaian akhir bulan. Bagaimana anak ini merengek, karena belum bisa memakai high heels dengan benar dan menjadi satu - satu nya penyebab yang membuat  dia belum bisa lulus.

"Kalau dari cara berjalan sekarang
already looks good. Tapi kalo lihat Lo lari tadi, Nol besar sih".

"Ngapain gue lari-lari di cabin. Yang penting gue udah bisa pake nih high heels".

Sekali lagi aku tertawa,  bergurau dengan sahabatku yang satu ini adalah salah satu kegiatan favorit ku. Melihat bagaimana perubahan ekspresi dan emosi dari Lisa sungguh menggemaskan.  Pantas saja Lucas masih belum bisa move on dari Lisa,  mungkin salah satunya karna hal itu. 

"Cho...ditanya malah ga respon"Lisa menyikut lenganku, aku sedikit tersentak tersadar kalau aku sudah melamun dan membuat nya seperti orang bodoh,mengoceh sendiri.

"apa?"satu kata lolos dari mulutku, yang membuat Lisa sedikit jengkel dan memutar bola  matanya malas.

"lo beneran ga mau perpanjang kontrak?". Lisa mengulangi pertanyaan, ekspresi nya berubah menjadi penasaran. Aku menggaruk tengkuk leher ku yang tidak terasa gatal, memberikan cengengesan pada Lisa dan membuat perempuan itu semakin mengkerutkan dahinya.

"I don't know". Aku menjawab,  tapi Lisa sepertinya tidak puas dengan jawaban singkat itu. 

Aku menghela napas, tidak tau harus menjelaskan apa.  Karna aku sendiri pun masih bingung untuk mengambil keputusan yang mana. Memang karirku di Zirni Airlines sudah cukup gemilang,  bahkan aku sudah ditawarkan kontrak untuk menjadi pegawai tetap disini.  Hasil kerja keras ku,  bekerja hampir empat tahun bersama maskapai ini. 

Empat tahun, memang waktu yang bisa dibilang singkat untuk bisa dijadikan salah satu anak emas di maskapai ini. Well, tapi ini semua tentang kerja keras dan reputasi.  Eitts... Jangan ada yang bilang kalau aku pake jalur pintu nya doraemon loh, alias jalur ajaib.  Karna prasangka buruk itu adalah nol besar.

"This airline likes you, there's no reason to leave". Lisa berucap,  menyuarakan ketidak setujuan atas semua keraguan ku.

"nanti gue pikir - pikir lagi deh".

Lisa menggeleng pelan, membuka sedikit reselting tas nya ,lalu mengambil sebuah bingkisan kecil dari dalam sana. Menarik tangan ku pelan, dan meletakkan bingkisan itu disana.

"oleh - oleh". Ucap Lisa

"jangan lihat dari ukurannya ya. Yang pasti itu bukan gantungan kunci". Lanjut Lisa.

Aku tersenyum, mengucapkan terima kasih dengan sebuah pelukan singkat.  Aku sedikit melirik ke belakang, sudah ada beberapa calon penumpang yang muncul untuk melakukan check in, tentu aja  untuk jadwal flight siang ini. Lisa memperhatikan  dan refleks menoleh kebelakang,mengikuti arah pandangan ku.

"waktunya sibuk lagi."Lisa berseru, kembali menghadapku yang sedikit buru - buru untuk masuk ke dalam counter.

"Iya. Weekend kalo lagi longgar, kita hangout yuk. Ajak yang lain juga".

Lisa mengangguk, menyeret kopernya untuk sedikit bergeser dan tidak lagi berdiri di dalam garis yang menghadap langsung ke padaku .

"nanti gue kabarin. Dan gue mau,   lo udah ada keputusan. Apapun itu, gue berharap yang terbaik buat lo. "Lisa mengakhiri kalimat nya, dan melambai pergi setelah mendapat senyuman kecil dariku, yang tidak terlalu yakin akan dapat memutuskan secepat itu. 

Memulai pekerjaan lagi siang ini, dengan menawarkan sebuah senyuman hangat pada setiap calon penumpang. Yah, terkadang beberapa banyak yang rewel dan banyak tanya,  itu semua harus tetap  dilakukan  dengan senyuman lima jari di wajah. Walaupun agak jengkel didalam.

But I love this job. Pekerjaan ini yang membuat ku bertemu dengan Lisa. Kata orang - orang sih, ga ada yang namanya teman dilingkungan pekerjaan.  Walaupun mereka kelihatan baik didepan, percaya atau enggak mereka bakalan menusuk mu dari belakang. 

Well, tapi kayaknya itu ga berlaku untukku. Buktinya, aku mendapatkan teman seperti Lisa yang benar - benar baik dan perhatian. Walaupun cuman satu, tapi berkualitas.  You know what i mean. 

Satu yang selalu aku pegang. Dimana pun itu, berlaku lah yang baik, maka kamu akan mendapatkan teman yang baik pula.  And Yes, itu terbukti.  Tapi,.. Harus aku akui, semenjak Lisa memutuskan untuk menjadi Flight attendant membuat kami jarang bertemu.  Dan itu membuat ku sedih. Lisa menghiburku,  dan mengatakan kami masih bisa bertemu diwaktu - waktu senggang. Yang menurut ku kemungkinan nya kecil sekali. 

Pernah sekali,  aku berpikir bodoh tentang Lisa yang sudah bosan berteman denganku.  Perasaan itu langsung ku tepis, karna Lisa selalu menyempatkan bertanya bagaimana hari - hari berjalan padaku, dan ditutup dengan ucapan selamat malam yang manis.

Jika kalian bertanya, apa itu adalah alasan ku tidak ingin memperpanjang kontrak.  Menurutku terlalu kekanak - kanakan jika hanya karna hal itu. Tapi, aku tidak mengelak jika itu adalah salah satu alasannya. Alasan lain?,  aku rasa kalian akan segera tahu.

So, should I terminate this contract?


🌸

Between The SkiesWhere stories live. Discover now