Accacia | KNJ-MYG

333 37 79
                                    

Special Project buat Kak RanEsta13 yang sedang berulang tahun tanggal 3 Mei ini 😍

.

.

Apa yang dipikirkan anak itu?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa yang dipikirkan anak itu?

Aku teringat kembali pada satu momen di hari pernikahanku. Anak kecil. Perempuan. Berdiri sebagai tamu di pinggir jalur merah yang menuntunku menuju altar. Mungkin usianya tak sampai enam. Gaun satinnya mengembang hingga semata kaki, rambutnya dikuncir dua dengan pita berwarna peach lembut, warna yang mendominasi hampir seratus persen penampilannya. Dia memarken senyum ompongnya padaku. Apa yang membuatnya sumringah dan menatapku penuh kagum kira-kira? Apa gaun pengantinku? Buket bunga mawar putih di tanganku? Atau pria yang tangannya tengah kugandeng saat itu?

Kalau saja waktu itu aku punya waktu, sudah kubisikkan ke telinga mungilnya: pernikahan tak melulu secerah warna gaunnya, atau seindah gaun putihku, atau secantik bunga mawar dalam genggamanku, atau semenawan wajah mempelai pria yang tengah kugandeng saat itu.

Pernikahan itu sama seperti kapal megah yang mampu mengarungi tujuh samudra dengan gagah, tapi penuh remis amis dan parasit lainnya menempeli lambung, tertutup rapat-rapat oleh gelombang di sekelilingnya. Ketika menemukan badai, kau hanya punya dua pilihan: pertahankan kemudi atau menepi dan turunkan jangkar. Namun hal lainnya muncul sebagai enigma. Memangnya kalau kau membantu nahkoda mempertahankan kemudi, apa kau mendapatkan bayaran yang pantas setelah melakukan pekerjaan ekstra di luar kesepakatan awal? Atau ... memangnya kalau kau menurunkan jangkar, apa tempat berlabuhmu sudah cukup aman?

Hal berikutnya yang kau sadari, kau sudah terombang-ambing di tengah dua keputusan. Daratan terlalu jauh untuk melempar sauh, laut sudah kadung berbadai untuk terus berlayar. Pada akhirnya kau hanya jadi korban sebuah kontemplasi yang tak kunjung dieksekusi.

Aku masih ingat bagaimana dunia itu terbuka untukku. Di dalamnya hanya ada aku dan Kim Namjoon. Kami baru saja diikat resmi sebagai sepasang suami istri. Tujuan hidup disamakan, ideologi dibaurkan, kata mereka begitu seharusnya sebuah pernikahan berlangsung. Namjoon bekerja, aku di rumah. Namjoon mengurus perusahaannya, aku mengurus segala tetek bengek rumah tangga, dipersiapkan sematang mungkin menjadi ibu dan pendidik keturunannya kelak. Memang begitu kesepakatannya dari awal, jadi aku tak pernah protes.

Hari demi hari berlalu, bulan bergulir turun, matahari merangkak naik, daun-daun menguning, lalu meranggas, tak lama tertutup salju untuk kemudian bertunas lagi. Selama itu, kupikir aku sudah berperan cukup baik sebagai istri. Kupikir, selama itu, apa yang kusebut sebagai kepala di kaki dan kaki di kepala sudah cukup untuk membuat Namjoon puas. Hingga akhirnya di penghujung hari aku tersadar sebagai orang terakhir yang duduk di salah satu kabin bianglala, dengan langit malam yang mulai tua dan hamparan manik keemasan lampu-lampu kota di bawah sana.

When It Rains | BTS Oneshoot CollectionWhere stories live. Discover now