Chapter 5

2.3K 92 5
                                    

Yang di media itu Emily Olivia Johnson.:)

Happy Reading!xx

~~~

*GEORGIO HUGO*

"Oh hai, Emily."

Emily memasang wajah bingung. Begitu juga dengan Alina. Hmm...mungkin Emily bingung mengapa aku disini dan Alina mungkin dia bingung siapa Emily. Baiklah, aku mengerti.

"Emily, kenalin ini Alina." Disampingku, Alina mengulurkan tangan kanannya sambil tersenyum tipis pada Emily. Emily membalas uluran tangan Alina dengan senyum yang merekah.

"Alina. Panggil aja Lina.

"Emily. Panggil sesuka hati kamu." Balas Emily diakhiri dengan tawa pelan.

"Yaudah. Al aku pergi dulu ya. Jangan lupa, nanti aku jemput di kantin. Bye..."

"Iyaa. Dah.." Setelah memastikan Alina masuk kedalam kelas, aku dan Emily jalan berdampingan tanpa menghiraukan tatapan mahasiswa disini.

"Kamu kok kerja sih, Em? Emang udah sembuh?" Tanyaku bingung. Padahalkan kemarin Emily sedang sakit, masa hanya satu malam saja dia sakitnya? Apa dia memaksakan untuk bekerja?

"Di apartmen sepi. Jadi aku kerja aja. Lagian, aku udah mendingan kok." Jawab Emily tanpa menatapku. Tumben sekali....

Aku menghetikan langkah kaki lalu segera menatapnya tajam. Aku menempelkan tanganku dikeningnya lalu kelehernya. Suhu tubuhnya tidak terlalu panas seperti kemaren malam. Tapi tetap saja dia harus beristirahat. 

"Pokoknya kamu harus istirahat. Jangan kerja." Perintahku dengan nada dingin. Biasanya, jika ucapanku sudah bernada dingin, dia pasti menuruti perintahku. Tapi, biasanya juga dia akan selalu merengek jika seperti ini. 

"Ga mau, Yo. Di apartmen sepi. Aku pengen kerja aja..." Nah kan, pasti dia merengek.

Aku mendesah pelan, "Nanti kamu tambah sakit terus harus di bawa ke rumah sakit gimana? Mending di bawa ke rumah sakit nya ga susah."

Dia memasang wajah memelasnya. Hah...pada akhirnya, aku yang akan kalah. Aku memang paling tidak tahan jika melihat dia memelas. Apalagi melihat wajah memelas Alina. Menggemaskan. Hihi...

"Gini aja, kalo kamu ga mau istirahat di apartmen, kamu istirahat nya di ruangan aku aja. Gimana?" Tawarku.

Dia mengangguk pelan, "Better..." Gumamnya pelan.

"Yaudah. Ke apartmen dulu ya? Aku belum mandi. Sekalian kamu ganti baju. Ga usah pake baju kaya gitu."

"Ish, jorok."

~~~

Setelah memaki kemeja berwarna putihku, aku mengulurkan dasi berwarna hitamku pada Emily yang sedang duduk dikasur king size ku. Emily langsung berdiri lalu memasangkan dasiku. Aku memang sudah terbiasa dipasangkan dasi sejak pertama kali Emily memasangkan dasiku. Menurutnya, jika aku yang memasangnya, dasi nya terlihat tidak rapih dan acak-acak. Jadi, aku memintanya untuk memasangkan dasiku saja daripada aku terlihat tidak rapih dan acak-acakan saat ke kantor.

"Selesai." Ucapnya.

"Thanks." Ucapku lalu mengecup pipinya sekilas. Dia hanya tersenyum lalu kembali duduk dikasur.

Aku kembali ke walk in closet ku lalu memakai jas berwarna hitamku. Setelah itu memakai sepatu, jam tangan lalu menyisir rambutku dengan rapih. Mungkin jika di luar aku akan membuat rambutku sedikit acak-acakan, tapi tidak dengan di kantor. Aku harus rapih agar karyawanku mencontoh sikapku juga.

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang