02: Pertemuan Pertama

21 1 0
                                    

Kalau saja waktu itu aku tidak memberanikan diri, kiita mungkin akan tetap asing dan cerita ini tidak akan pernah dimulai.

***


Sinar matahari yang perlahan naik menyambut langkah tegap milik seorang remaja dengan baju acak-acakan dan bandana hitam yang melingkar di kepalanya. Jangan lupakan juga tas hitam yang bertengger manis di bahu sebelah kanan lelaki itu semenjak memasuki gerbang sekolah.

Seperti sebuah magnet, setiap langkah kakinya seolah menarik semua mata untuk menatapnya dengan tatapan kagum. Memang penampilannya tidak mencerminkan siswa SMA yang baik sedikut pun, tapi jangan lupakan wajahnya yang bisa menyihir semua orang untuk tetap fokus dan berdecak kagum.

"SAKALA!"

Yap, dia Sakala Bramanta Nugroho. Siswa jebolan basket dan futsal kebanggaan SMA Pancadarma sekaligus si berandal pimpinan gerombolan siswa tampan dan kece alias Xavier.

Wajah tampan serta prestasi melimpah Sakala di bidang basket dan futsal tidak menutupi fakta bahwa dia tetaplah anak remaja yang terbawa pergaulan bersama teman-temannya. Sering bolos sekolah, selalu bersikap dingin kepada siapapun yang mengganggu penglihatannya, bahkan beberapa kali terlibat tawuran melawan SMA sebelah.

Dalihnya, Sakala hanya memberi pelajaran kepada mereka yang berusaha menganggu siswa SMA Pancadarma dan dia tidak pernah mulai duluan. Setidaknya itu yang selalu diucapkan Sakala setiap kali ditanyai guru BK.

"Sini kamu! Udah bikin onar malah telat lagi!"

Sakala berdecak kecil saat kehadirannya diketahui oleh Pak Jimmy, salah seorang guru BK yang hobi menangkap siswa tidak tahu aturan di sekolah seperti dirinya.

"Kala...Kala, kamu gak bosen liat wajah saya? Saya aja bosen loh liat kamu setiap hari." ucap Pak Jimmy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran seorang Sakala. Sedangkan lelaki itu hanya diam mendengar omelan tak terhitung dari Pak Jimmy. Dia ikut bergabung bersama siswa lainnya yang juga ada dalam barisan.

"Mau jadi apa kalian nanti?! Menaati aturan saja tidak bisa!"

Sakala memejamkan matanya bosan. Kalimat yang diucapkan Pak Jimmy bahkan sudah menempel erat dalam telinganya. Entah sudah berapa kali pria paruh baya itu menyampaikan hal yang sama.

Sinar matahari siang ini seakan mendukung Sakala untuk semakin memejamkan mata hingga sebuah ketukan kecil dari kayu yang bergesekkan dengan lantai lapangan membuatnya tertarik membuka mata, "Apa, Pak?"

Pak Jimmy yang sudah berdiri di hadapan sakala ikut mengernyitkan alis, "Apa?"

"Saya salah apa lagi, Pak?" tanya Sakala sekali lagi sambil membalas tatapan Pak Jimmy dengan jenuh.

"Kamu itu, ya! Masih nanya salah apa! Gak keitung saking banyaknya!" misuh Pak Jimmy dengan tongkat kayu kebanggaannya yang sudah mengayun-ayun di depan wajah tampan Sakala.

"Kamu sama temenmu itu gak capek bikin ulah terus, ya?" tanya Pak Jimmy lagi.

"Enggak lah, Pak. Biar bisa ketemu Bapak tiap hari nihh!"

Sautan dari arah kiri sontak membuat atensi semua orang teralih menuju sumber suara, Cekikikan dari salah satu siswa dengan penampilan tidak jauh berbeda dari Sakala membuat Pak Jimmy naik darah.

"Bima! Berani-beraninya kamu!"

Pria yang dipanggil Bima itu hanya menyengir bodoh saat melihat Pak Jimmy naik pitam dihadapannya. "Hehehe..lagian Bapak pake nanya capek lagi. Kan, kita pelanggan VVIP-nya Bapak, service-nya istimewa gini gak bakal capek, Pak."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KALORAWhere stories live. Discover now