Satu sekolah

100 84 54
                                    

Sinar sang surya mulai mengepakkan keterangannya di muka bumi. Membuat setiap insan yang sedang terlelap mulai terjaga.

Berbeda dengan Anya,ia sudah siap sejak pagi sebelum mentari muncul.

"Berangkat sekarang aja kali ya" monolognya berpikir.

"Ah,nggak deh ini kepagian."

"Ehhhh! Tapi kalo entar,gue disuruh berangkat bareng anak setan itu donk!" Monolognya lagi dengan berpikir lebih keras.

"Sekarang aja deh." Finalnya.

Mengambil tas ransel berwarna putih juga mengambil kunci mobil di meja belajar, Anya langsung turun ke bawah dan bergegas ke garasi untuk mengambil mobil tanpa sarapan.

"Hey"

Terdengar tegas, namun jelas itu adalah kalimat sapaan.

"Kaget anjing!!!" Umpat Anya dalam hati

"Mau berangkat pagi-pagi gini?" Tanya Justin memandang aneh adik tirinya itu.

"Hm."

Setelah menjawab dengan deheman pelan,Anya segera memasuki mobil pribadinya dan meninggalkan sang kakak tiri yang selama ini tak ia ketahui keberadaan nya sendiri di garasi.

"Dasar bocah." gumam Justin seraya menggelengkan kepalanya pelan dengan sudut bibir sedikit tertarik.

Gedung sekolah masih sangat sepi, hanya ada beberapa siswa yang sudah berangkat, itu pun mungkin siswa yang kebagian piket pagi atau si kutu buku.

Anya berjalan santai ke arah kantin setelah dirinya memarkir kan mobil di parkiran guru.

Tidak ada yang kaget lagi bila si bintang sekolah ini memarkirkan kendaraannya di area yang salah, dari awal masuk pun Anya sudah melakukan hal itu.

Para guru yang ingin menegur pun juga harus berpikir panjang,karena melihat status Anya di sekolah ini adalah cucu kandung pemilik saham gedung tempat mereka mencari nafkah.

"Bu Dian,baksonya satu porsi ama jus nagaa,buru ya!" Teriaknya kencang.

"Mbok ya biar sampek sini dulu baru bilang mau pesen apa,jangan tereak tereak begitu lho ... " Bu Dian si penjaga kantin memperingati.

"Tau ah,laper banget ini buk ... buruan ya."

"Okelah."

Anya mengikuti langkah Bu Anjas ke dapur kantin,ia sering sekali melakukan hal itu untuk melihat proses pembuatan makanan yang sering ia konsumsi di sekolah tentunya.

"Sukak banget ngikutin ibuk bikin pesenan,mau coba buat?" Tawarnya dengan logat khas Jawa yang kental.

"Gak ah,cuma pengen liat."

"Owalah,yasudah."

Selesai sarapan,Anya berjalan meninggalkan kantin dan menuju ruang kelasnya di lantai dua.

Anya adalah siswi kelas 11 yang terkenal akan derajatnya yang terbilang tinggi disekolah.

Gelar anak konglomerat memang banyak di JIWAN HIGH SCHOOL ini. Namun gelar itu dimenangkan oleh livie kanyara,si manis dengan segala kelakuannya.

"Nya',Lo duduk bareng gue aja hari ini" pinta Jessy menatap Anya seperti biasa, tak ada tatapan permusuhan atau apapun, tatapannya santai dan terlihat sangat bersahabat.

"Ogah!" Tolaknya mentah mentah seraya berjalan menuju tempat duduknya.

Jessy duduk dibarisan ketiga, sedangkan Anya duduk di barisan paling belakang, yaitu enam.

Bel masuk berbunyi, seluruh siswa berhamburan masuk ke dalam kelas masing-masing untuk mengikuti jalannya kelas.

Sedangkan Anya, gadis itu malah menelungkup kan kepalanya di atas meja tanpa peduli dengan siapa guru yang akan mengajar di kelas nya.Pagi tadi pun ia asal memasukan buku ke dalam tas.

"Selamat pagi anak-anak" seorang lelaki dengan rahang tegas,badan tinggi,dan kulit sawo matang menyapa para anak didik nya.

"Pagi pakkk." Jawab mereka serempak.

Bisik bisik terdengar riuh di kelas sebelas IPS tiga ini karena guru mapel olahraga itu tidak masuk sendirian,ia bersama seorang cowok cool yang mungkin akan menjadi primadona baru para kaum hawa di sekolah ini sekarang.

"Shhhtttt! Harap tenang. Ini bukan lapangan."

Seketika kelas menjadi hening,tak ada lagi bisikan yang terdengar.

"Ok saya mulai,jadi dia murid baru di sekolah ini,silahkan perkenalkan dirimu pada teman teman" guru yang sering disapa pak Anton itu mempersilahkan sang murid baru untuk memperkenalkan diri.

"Perkenalkan,nama saya Justin Robert, baisa dipanggil Justin. Saya pindahan dari Belanda,salam kenal semuanya."

Deg

Anya yang sedari tadi tak mempedulikan keadaan kelas kini dibuat senam jantung. Apa apaan ini! Ia kira saudara tirinya yang satu ini sudah kuliah, ternyata satu angkatan. Bukannya apa, tetapi wajah dan perawakan Justin sudah seperti pria 20 tahunan.

"Silahkan Justin,kamu bisa duduk di samping Roy." Tunjuk pak Anton pada salah satu siswa yang duduk sendiri di barisan kedua.

"Samping saya Nayla pak,hari ini dia gak berangkat,tapi besok berangkat kok."

"Saya pilih sendiri saja pak." Ujar Justin seraya berjalan ke tempat duduk para siswa.

Justin yang hendak duduk di samping Jessy malah mendapat pelototan tajam dari sang adik kandung tersebut.

"Jangan sama gue kak,gamau!"bisik nya menolak.

"Lah kenapa?" Tanya nya bingung.

"Dah ah sono!,Anya juga sendiri itu" usir nya masih dengan suara pelan agar yang lain tak mendengar.

Mau tak mau Justin kembali berjalan dan duduk disebelah Anya yang masih setia menelungkup kan kepalanya di atas meja.

Merasa sedikit ada pergerakan disampingnya membuat Anya mengangkat kepala.

Deg

"Boleh?" Tanya Justin dengan raut datar, awas saja bila tidak boleh lagi.

"Hm" gumam Anya pelan lalu kembali menelungkup kan kepalanya di atas meja.

Pelajaran telah dimulai,lembar demi lembar materi sudah dipelajari. Teguran untuk para siswa yang mengantuk atau bermain di kelas juga sudah dilakukan oleh guru olahraga mereka,pak Anton.

Kini jam pelajaran pertama telah usai, tepat pukul 10.15 para siswa keluar kelas untuk memberi makan cacing yang sudah meronta kelaparan di dalam sana.

Anya masih tetap duduk tegak di kursinya tanpa minat ikut berhamburan ke surga makanan itu bersama yang lainnya. Ia memang biasa seperti ini,jika para murid lain sudah masuk kelas, barulah ia akan pergi ke kantin agar tak berdesakan.

"Lo gak ngantin?" Tanya Justin menatap adik tirinya yang jutek itu.

"Nanti."

Justin hanya menganggukkan kepala mengerti,lalu berjalan ke tempat duduk Jessy.

"Lo ngapain si kak?!" Tanya Jessy yang kentara sekali tak suka dengan kehadiran kakak nya.

"Pasti ada apa-apa makanya gue gak boleh duduk di sini,gue aduin mama ya Lo kalo macem-macem." Ujar Justin menatap Jessy curiga.

"Paan si lo,gue gak bolehin Lo duduk disini karena samping gue udah ada penghuninya. Tapi udah tiga hari ini gak berangkat." Jelasnya sinis.

Tanpa menanggapi penjelasan sang adik,Justin keluar kelas menuju kantin untuk menuntaskan dahaga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan cinta terlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang