7 | rejeki job |

600 54 2
                                    

Januari adalah mahasiswa jurnalistik yang sering mengambil job dari dosennya, ia lebih suka produktif menghasilkan uang dibanding aktif berorganisasi di kampus. Saat ini ia sedang berada di salah satu stasiun televisi, ia bertugas untuk meliput serta mewawancara bintang tamu yang hadir di acara tersebut.

"Siapa aja nih tamunya" ia kembali melihat poster acara di hpnya.

"Haduh gue gak kenal bapak-bapak ini lagi, ini juga anak fikom kan? Kok gue gak tau ada yang bening gini di kampus?" keluhnya, acara yang akan ia liput bertema pendidikan dimana yang hadir adalah mentri pendidikan, rektor kampusnya dan salah satu mahasiswa berprestasi kampusnya.

"Lo sih ansos, masa lo gak tau Karin? Dia itu mawapres plus selebgram pokoknya kebanggan kampus banget deh" jawab Luki, partner jobnya hari ini. Berbeda dengan Janu, Luki ini sangat aktif di kampus, gak ada anak kampus yang gak dikenal Luki. Oleh karena itulah Janu mengajak Luki untuk job kali ini karena yang akan ia wawancarai adalah penghuni kampus yang tak ia kenal.

"Iyedeh, ini mau gimana pembagiannya?" Tanya Janu.

"Gue liput, lo ke belakang minta izin wawancara abis acara"

"Kok gue? Gue kan gak kenal ki"

"Kan lo punya ID ini bambang, nih lo liatin baik-baik mukanya biar gak salah" ucap Luki sambil menunjukkan poster yang berisi foto bintang tamu.

"Yaudah tapi lo wawancara mentri ya, gue takut sama kumisnya" jawab Janu bergidik melihat foto mentri pendidikan yang berkumis tebal.

"Dih gue Karin dong" sewot Luki.

"Gak, biar adil kita sama-sama wawancara yang gak kita kenal" final Janu, ia membenarkan kacamatanya dan mulai berkeliling venue meninggalkan Luki yang sedang set up untuk meliput.

Janu berjalan ke arah backstage untuk mencari ruang bintang tamu. Keadaan disana sangat ramai mengingat kurang dari 1 jam lagi acara akan dimulai, Janu melihat satu pintu ruang bintang tamu yang terbuka, ia menghampirinya dan bertemu dengan pak rektor serta pak mentri yang sedang berbincang ringan. Setelah meminta izin dengan keduanya, ia pamit dan mencari 1 ruangan mawapres bernama Karin itu.

"Gisel! Pliss cuma lo yang bisa bantu gue" rengek Karin.

"Lo gila? Gue gak bisa nyanyi rin" jawab Gisel ia sangat tidak setuju dengan ide gila sahabatnya ini.

Hari ini Gisel selaku sahabat sekaligus manager Karin tentu saja menemani artisnya, tapi ia tidak menyangka salah satu rekan Karin yang akan bernyanyi bersama di panggung belum tiba hingga saat ini.

"Lo kan selalu ikut latihan sel, lo juga hafal lagunya"

"Tapi-"

"Permisi, apa benar ini ruangan mba Karin?" Tiba-tiba Janu memotong pembicaraan dua wanita di depannya.

"Ah iya, ada yang bisa dibantu?" Dengan segera Gisel meninggalkan Karin dan menjawab Janu yang masih berdiri depan pintu.

"Sorry, kenalin gue Januari" Janu memperkenalkan dirinya tidak lupa menunjukkan IDnya dan menyampaikan tujuannya.

"Ah iya boleh, tapi Karin abis ikut diskusi bakal tampil hiburan juga jadi paling bisanya agak sorean kak" jelas Gisel menjelaskan schedule Karin hari ini.

"Oh iya santai aja, kalo gitu gue pamit" izin Janu, ia sempat melirik Karin yang masih panik karena partnernya belum juga tiba.

"HAH SERIUS? RUANGAN YANG INI?" Teriak seseorang yang tertutup box besar, ia masuk begitu saja ke dalam ruangan.

Karin, Gisel dan Janu terdiam sambil melihat box itu berjalan menyamping. Melihat box itu hampir ambruk, Janu dan Gisel reflek ikut menahan box tersebut.

Rosemary🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang