02

156 32 3
                                    

Tidak pernah New bayangkan jika diusianya saat ini akan memiliki anak kandung berusia 12 tahun. Bisa dikatakan dulu New hanya berangan akan mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Namun kenyataannya tidak seperti itu.

New mengedarkan pandangan ke penjuru ruang tamu milik suami Fah. Elegan, mahal, dan hangat, itu kesan pertama yang New lihat.

 Elegan, mahal, dan hangat, itu kesan pertama yang New lihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

New menatap satu per satu foto yang terpajang di dinding. Terlihat hangat, layaknya keluarga kecil penuh cinta.

Pandangan New kembali berputar menyapu foto lainnya. Namun saat akan melihat foto di sebelah kirinya, tatapan polos dari gadis cilik bermata sendu menghentikan gerak mata New.

Keduanya saling bertatapan. Tidak ada suara sapaan yang ke luar dari bibir. Canggung. Itu yang di rasakan New.

"Ekhm," New berdeham kecil. Menghilangkan perasaan canggung ini.

Lea hanya menatap sendu teman ayahnya ini. Sebenarnya Lea ingin tidur saja. Tapi nanti kalau di kamar, Lea akan menangis lagi karena kangen bunda.

"Huuuh," Lea menghela napas yang tidak luput dari perhatian New.

"Kamu ... emm namamu siapa?" tanya New memecah keheningan.

Lea mengangkat wajahnya. Menatap New lagi dengan sorot mata sendu. "Ileana Thita. Kelas 6 SD. Kakak bisa panggil aku Lea."

Oke, Ileana Thita. New akan menyimpan nama itu di otaknya mulai sekarang.

"Nama gu- ehm namaku New Thitipoom. Terserah kamu ingin panggil siapa." New mengulas senyum kaku.

"Kalau aku panggil kakak boleh?"

"Bo-"

"Mulai sekarang Lea panggil dia, Papa." ucapan Tay yang menyela jawaban New membuat sepasang Papa dan anak ini melongo.

Tay terkekeh geli melihat ekspresi keduanya yang sangat mirip. Tanpa tes DNA sekalipun, sudah jelas New adalah Papa Lea. Beberapa kemiripan terlihat dari keduanya.

"Eh kok tiba-tiba? Apa nggak kecepatan?" bisik New pada Tay yang duduk di sebelah Lea.

Sesekali New melirik ke arah Lea. Mengintip bagaimana reaksi gadis cilik itu.

"Maksud Ayah apa? Kenapa aku harus panggil dia, Papa? Aku kan sudah punya Ayah." Lea mengernyitkan kening. Dia sedikit kebingungan dengan ucapan Ayah. Lea bahkan baru bertemu orang asing ini. Tapi kenapa harus memanggilnya Papa?

Tay mengetahui kebingungan dalam pikiran putrinya. Dengan lembut, Tay memberikan pengertian. Diawali menggenggam tangan Lea, Tay mulai menjelaskan.

"Ileana,"

Deg deg deg jantung Lea berdetak kencang. Kalau sang Ayah memanggil namanya seperti itu, pertanda jika dia harus mendengarkan ucapan sang ayah dengan serius. Lea berharap tidak ada hal yang menakutkan lagi setelah kematian bunda.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DESTINY - TayNew -Where stories live. Discover now