History 1

740 108 23
                                    

Disclaimer: Work ini full imajinasi ya. Gak sesuai sejarah yang ada dan hanya fiksi. Jadi harap gak salah kaprah tentang sejarah sesungguhnya. Ini baru buat aku, jadi maaf kalo aneh.

***

Menjadi mahasiswi jurusan Ilmu Sejarah membuat Han Je A memiliki cukup banyak wawasan perihal adanya kejadian penting di kehidupan lampau. Semua catatan tentang sejarah memuaskan keingintahuan wanita itu tentang bagaimana manusia hidup sebelum masa yang dia jalani saat ini. Mulai dari sejarah negaranya hingga dunia, Je A sangat tertarik untuk mempelajarinya.

Semua memang berawal dari kegemarannya membaca kisah fiksi dari para penulis novel favoritnya ketika di bangku sekolah, tapi kemudian, rasa penasarannya semakin bertumbuh saat menyadari bahwa banyak manusia di sekitarnya menyepelekan sisi negatif dari hal-hal yang pernah terjadi pada hidup mereka. Padahal, hal negatif yang pernah terjadi dalam kehidupan punya dampak yang berarti untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Hal sesepele itu mengusik hari-hari Je A hingga akhirnya memantabkan diri untuk memilih jurusan yang mengulik banyak sejarah di dunia. Pun Je A sendiri ingin mendedikasikan dirinya untuk menjadi pelopor anak muda yang semakin banyak abai pada sejarah di negara sendiri. Dampak buruk dari masuknya budaya negara asing memompa kemauan Je A untuk menarik banyak pemuda agar lebih simpatik mempelajari sejarah dan tidak lupa akan sisi positif budaya yang ada dalam sejarah alih-alih menyepelekannya. Bukan Je A ingin menjadi kolot, tapi sudah banyak sekali contoh anak muda yang bahkan melupakan rasa hormat dan sopan santun yang dijunjung tinggi oleh nenek moyang.

Di depan banyak lukisan dan peninggalan prasejarah yang tersebar di setiap sudut Museum Nasional Seoul itu, Je A membaca lamat-lamat keterangan yang tertulis rapi di setiap akriliknya. Di balik kacamata minus tiganya itu, Je A mencoba menyempurnakan penglihatannya yang kurang. Sesekali jemarinya memainkan shutter kameranya untuk memotret benda-benda antik itu.

"Wah, benda-benda ini terlihat sangat mahal. Pasti kita bisa kaya jika menjualnya pada jamannya."

Kerling mata Je A beralih pada Brenda Hong, sahabat seperjuangannya yang berdarah campuran Korea-Kanada di sampingnya. Wanita bermata warna amber itu melotot khusyuk pada Binyeo emas dalam akrilik bening di depan mereka. Tusuk konde yang pernah di pakai ratu kerajaan Silla itu nampak sangat Agung, seolah mewakili tinggi kedudukan pemiliknya yang telah wafat ribuan tahun lalu.

"Jangan sampai esok aku mendengar berita jika benda ini hilang dan mendadak berpindah tempat ke lemarimu, Brenda." Celetuk Je A membuat Brenda tertawa.

"Astaga, aku tidak segila itu, Nona Han." Brenda memotret Binyeo itu dan menunjukan layar kameranya pada Je A, "Aku sudah puas mengoleksinya dengan cara ini. Jiwa sejarahwanku bergelora melihat benda-benda disini. Aku menyesal tidak kemari dari dulu."

Je A berdecih, lalu berjalan mengamati benda antik lainnya. Dia berharap Brenda tidak mengikutinya karena sungguh, otaknya tidak yakin bisa konsentrasi karena sahabatnya itu akan banyak mengoceh tentang rasa bahagianya mengunjungi museum itu alih-alih khidmat mengulik sejarah benda-benda antik di sana. Sayangnya, Je A tidak berhasil membuat Brenda berhenti mengikutinya.

"Brenda, stop it. Pergilah berkeliling dan cari benda yang akan kau ulik untuk kliping tugas Proffesor Shin akhir bulan. Astaga, kau harus fokus pada satu benda, ingat itu." Desis Je A menggertakan gigi.

Brenda menampakan ekspresi memelas, menatap layar kameranya dan Je A bergantian, "Aku bingung, semua benda disini menjerit ingin kupilih."

"Fuck off! Jangan ikuti aku lagi. Kau bisa membuatku tidak bisa mengerjakan tugas tahu!" Seru Je A sebal lalu melangkah lebar meninggalkan Brenda yang mencibir tanpa suara.

History (Never Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang