Bab 21

63 9 0
                                    


Sinar matahari mulai masuk kedalam celah jendela yang terbuka semalaman. Seorang gadis mulai membuka matanya secara perlahan karena terusik dengan silau yang terasa menusuk matanya, mimpinya buyar karena sinar itu, atau sejak awal ia tidak bermimpi karena sulit tidur, entahlah. Yang pasti ada suara yang sudah berisik sejak pagi tadi. Mengetuk pintu dengan brutal, mungkin terdengar hingga rumah di tetangga sebelah. Padahal Dara ingin tidur lebih lama lagi karena semalaman ia tidak bisa tidur, bahkan untuk memejamkan matanya saja terasa sangat sulit.

"Dara, bangun nak hari ini pengumuman UTBK kamu"
Dara terbangun karena ketukan pintu dari mama. Mata Dara menyipit karena silau matahari yang masuk dari celah jendela. Mata Dara bengkak karena semalaman menangis, gadis itu memegang punggungnya yang terasa ngilu, tubuhnya terasa sakit karena tidur di lantai tanpa alas, rupanya Dara tidak sadar bila sudah tertidur, tangannya masih menggenggam surat dari Revan dan juga gelang yang pernah pria itu berikan. Entah kenapa Dara jadi tidak bersemangat melakukan apapun hari ini. Hatinya terasa kosong, sekarang Dara mengerti kenapa teman-temannya yang sudah lebih dulu memiliki pengalaman menjalin hubungan, sampai bisa jatuh sakit bila putus cinta. Dara berpikir jika hal tersebut sangat kekanakan dan berlebihan. Ternyata rasanya memang sesakit itu, sekarang Dara kena batunya karena meremehkan temannya. Memang bila seseorang sudah dibutakan cinta, apapun bisa terjadi. Untuk Dara yang baru pertama kali memiliki seorang laki-laki yang sangat menyayanginya membuatnya berharap lebih, membuatnya takut kehilangan, membuatnya ingin terus melihat lelakinya. Tapi sekarang semuanya sudah berlalu, Revan sudah pergi dan mungkin Dara tidak akan pernah bisa bersama pria itu. Malam tadi saat Dara tidak bisa tidur, bahkan ia memikirkan hal gila, dirinya berencana untuk pergi mengikuti Revan ke Australia. Benar-benar gila bukan, meskipun orang tuanya cukup berada tapi mana mungkin mama mengijinkan Dara ke negeri asing tanpa teman. Apalagi alasannya untuk bertemu Revan yang bahkan sudah meninggalkan dirinya. Mau bagaimana lagi, dadanya terasa sakit, begitu menusuk sampai rasanya mau menghilang saja dari dunia ini. Dampak Revan pergi benar-benar luar biasa, selama ini Dara memiliki gangguan kecemasan, namun saat ini sudah kambuh lagi, mungkin karena Dara merasakan lagi perasaan dibuang oleh orang yang disayanginya maka dari itu untuk mencegah Dara melakukan hal bodoh seperti dulu yang melukai dirinya sendiri. Ia memilih untuk meminum obat tidur yang selama ini ia simpan diam-diam dari mama. Mungkin karena dulu Dara sering meminumnya sekaligus yang memiliki efek berbahaya bagi tubuhnya. Saat inipun Dara hanya meminum 3 butir sekaligus, itu karena Dara tidak punya cara lain untuk saat ini. Mau bercerita pun tidak ada gunanya, karena memang tidak ada jalan keluar. Maka dari itu Dara hanya akan memendamnya sendiri. Dara tidak boleh menyusahkan mama lagi, karena mama pasti akan khawatir terhadap dirinya.

"Ra, bangun nak"
"Iya ma, Dara udah bangun"
Mama memang sangat gigih bila berkaitan dengan dirinya, apalagi menyangkut anak gadis semata wayangnya.
Dara segera mendudukkan dirinya, mencoba beradaptasi karena masih terasa pusing. Dara menjulurkan tangannya,  menyimpan surat dan gelang di laci kamarnya kemudian beranjak dari ranjang untuk membasuh wajah. Kalau Dara tidak segera keluar, ia yakin pasti mama tidak akan tinggal diam. Mungkin mama sudah berencana untuk mendobrak pintu kamarnya itu, tidak ada yang tidak mungkin bila mama sudah bertindak.

Dara menoleh sebentar sebelum benar-benar beranjak, menatap pada rak mejanya yang tadi ia taruh gelang dan surat pemberian Revan. Lalu kemudian melanjutkan kegiatannya untuk segera membasuh wajahnya.
Apa mungkin Dara dapat melanjutkan hidupnya, hatinya sesak setiap kali teringat Revan. Semoga saja Revan baik-baik saja disana. Rasanya baru sebentar bersama Revan, namun ia harus terpisah karena dipaksa oleh keadaan. Apa mungkin Dara memang ditakdirkan untuk menjomblo. Dalam hati kecil Dara, ia berharap meskipun hanya kemungkinan kecil, ia berharap agar suatu saat ia bisa bertemu dengan Revan meskipun hanya sekali.

---------------------------------

"Ayo dong Ra kita keluar, sebentar aja"
"Nggak mau Shil, aku capek"
"Capek apanya, dari tadi cuma tiduran, ngemil aja!"
"Intinya aku lagi males keluar Shilla"
"Yaudah aku mau beli waffle buat aku sendiri ajadeh, mumpung lagi diskon jadi bisa beli banyak"

Our Place (Re) ENDWhere stories live. Discover now