Chapter 02

137 32 7
                                    

Semuanya cukup terkendali. Setelah aku melihat keseluruhan tugas yang ada, juga beberapa data kru anggota yang bertugas di bawah kepemimpinanku, aku segera mematikan monitor.

Helaan napas ringan kukeluarkan sebelum aku berdiri untuk meregangkan kembali otot-ototku yang sering kaku akibat terlalu lelah dengan pekerjaan ini.

Aku segera keluar dari ruang komunikasi, berpapasan dengan Kawaki yang menuju ruang oksigen juga Mitsuki yang berlawanan arah dengannya, sepertinya hendak menuju ruang senjata. Tugasku di sini tidak terlalu banyak, pertama aku akan ke kantor meeting dulu untuk menggesek kartu identitas.

Sampai di sana, tidak ada siapa pun. Sepertinya yang lain tengah mengerjakan tugas mereka di ruangan lain. Ketika aku berhasil mengonfirmasi identitasku, aku kemudian ke ruang administrasi di mana aku langsung dihadapkan pada beberapa buku yang berserakan di lantai, juga sebuah layar monitor besar di sisi tembok dekat dengan mesin pelacak.

"Kurasa belum ada yang ke sini, tapi aneh, harusnya sudah ada yang bertugas di sini. Apa mereka yang malas membereskan ini, ya."

Aku mengambil satu-persatu buku-buku yang jatuh kemudian meletakkannya di rak. Lalu berhenti di depan pintu masuk menuju dekontaminasi untuk masuk ke ruang spesimen yang juga terhubung pada dekontaminasi menuju ruang medis di ujung. Itulah yang kuingat dari denah yang telah kuhafal saat aku diutus menjadi kapten pada tugas luar angkasa oleh NASA beberapa bulan lalu.

Aku kemudian berjalan ke mesin pelacak untuk melihat keberadaan para kru lewat layar di sana.

Ada dua orang yang berada di ruang oksigen, satu orang di ruang senjata, satu orang di ruang spesimen dan selebihnya berkumpul di sekitaran laboratorium dan ruang medis. Entah apa yang mereka lakukan, tapi sepertinya memang tugas mereka semua rata-rata berada di sana.

Karena tugasku di sini tidak terlalu banyak, aku hanya harus mengawas mereka semua, maka dari itu aku pun membuka pintu dekontaminasi lantas masuk saat pintu besar itu terbuka.

Di dalam, uap panas keluar pada lubang kecil di tiap sisi ruangan. Aku merasakan hawa hangat sampai ke seluruh tubuhku dan rasanya sangat menakjubkan. Aku rasa, aku akan betah bermain-main di ruangan ini, sebab, ya ... planet Polus ini bersalju dan aku merasa sedikit kurang nyaman karena aku tak terlalu menyukai musim dingin di bumi.

Setelah sedikit berlama-lama di sana, pintu akhirnya terbuka dan aku segera berjalan melewati lorong sepi menuju ruang spesimen. Aku mendapati Boruto bersama dengan Inojin yang sepertinya sedang fokus memilah beberapa permata. Aku terkejut karena tadi yang kulihat di sini hanya ada satu orang dari mesin pelacak. Oh, mungkin salah satunya baru datang dari ruang medis tadi. Aku berdeham, kemudian mereka berdua menoleh saat aku mendekat.

"Hai, Kapten," sapa Inojin.

Aku tersenyum dan melambai padanya sebelum bergabung bersama mereka, mencoba untuk membantu keduanya—yang tampak kesulitan.

Saat kami hampir selesai, suara jeritan remang-remang dari arah pintu dekontaminasi menuju ruang medis membuat kami bertiga spontan berhenti.

"Apa itu?" Jantungku berdetak keras.

Inojin dan Boruto berjalan ke samping, ke arah lorong menuju pintu besar dekontaminasi. Sementara aku masih diam karena jeritan ini mengingatkanku dengan kematian Metal pertama kali di The Skeld dan jeritan Sumire saat melihat jasad Denki yang ditemukan Inojin beberapa jam yang lalu di ruang elektrik kapal The Skeld.

Suara trompet pemanggil berbunyi dari arah jeritan tadi terdengar, Boruto dan Inojin segera menyelesaikan tugas mereka, kemudian Boruto langsung berdiri di sampingku sambil memegangi bahuku untuk sedikit menenangkan.

Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang