ONE

22 8 2
                                    

Budidayakan votment
Terlebih dahulu

🍀


Dua gadis yang tampak kelelahan itu menggendong ransel kuat-kuat sambil berusaha menarik koper masing-masing dengan susah payah. Setelah 24 jam perjalanan udara dari London, Inggris menuju Incheon, Korea Selatan, tentu saja membuat kedua gadis dewasa ini tampak lusuh.

Kim Sang Ae, gadis berambut coklat dan berdiri di sebelah kiri. Sedangkan di samping gadis itu adalah sahabatnya, Song Miichan. Kim Sang Ae adalah keturunan Amerika dan Korea, ayahnya adalah asli orang Korea, sedangkan ibunya adalah keturunan Amerika. Mereka sekeluarga menetap di Inggris.

Sedangkan Miichan adalah keturunan Jepang dan Korea yang juga menetap di Inggris.

Dua gadis itu kembali ke korea tengah mengikuti program pertukaran pelajar yang diadakan oleh Oxford University untuk Seoul National University pada periode satu tahun ke depan.

Kim Sang Ae, gadis yang mengambil jurusan hukum, merupakan sosok yang berisik dan banyak bicara, meskipun terkadang bisa menjadi gadis yang sangat tertutup pada orang yang berbeda dengan jalan pikirannya. Tapi sebenarnya, Sang Ae adalah tipikal gadis yang mudah bergaul dengan sesama karena perasannya yang mudah memahami satu sama lain.

Berbeda dengan Sang Ae yang berisik, Song Miichan merupakan gadis yang pendiam dan irit kata. Termasuk orang yang hemat bicara dan mempunyai cara pikir yang dewasa. Namun, ia bisa menjadi sosok yang sangat banyak bicara dan cerewet jika sudah bersama dengan sang sahabat, Sang Ae. Miichan mengambil jurusan yang berbeda dengan Sang Ae. Miichan mengambil jurusan psikolog anak karena di Inggris banyak anak-anak yang sudah keluar dari jalur dan mengakibatkan banyak rumah sakit jiwa diisi oleh anak yang masih di bawah 18 tahun kebawah, jadi Miichan mau membuat merek sembuh dengan menjadi psikolog.

Sang Ae tersenyum lebar sambil memasukkan headphone ke dalam tas ranselnya. "Ini pertama kalinya aku ke Korea, terakhir kali waktu aku masih kecil." Lalu, ia menoleh pada Miichan yang juga masih mengamati keadaan sekitarnya dengan pandangan kagum. "Aku baru pertama kali, appa tidak pernah membawa ku korea sama sekali. Take and picture, maybe?" tawaran seolah bisa membaca pikiran sahabatnya itu.

"Good idea." Dengan jawaban itu, Miichan meraih ponselnya yang semula berada di saku jaketnya. Ia merangkul Sang Ae kemudian menyunggingkan senyum termanisnya ke arah kamera ponselnya. Begitu sebaliknya dengan Sang Ae, menyunggingkan senyuman paling lebar untuk mengisi gambar kamera ponsel milik Miichan.

Blitz! Gambar itu menyuguhkan dua gadis blasteran yang baru pertama kali menginjakkan kaki di tanah lahir ayah mereka, Korea.

Seusai mengambil gambar yang menjadi kenangan hari pertama menginjak tanah korea, Sang Ae dan Miichan segera melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar bandara tersebut. Menunjukkan beberapa bukti berupa kertas kepada petugas, kemudian izin untuk keluar dari sana. Setelahnya, mereka tak perlu menunggu lama untuk menyusuri gerbang depan bandara Incheon dengan langkah mantap.

Miichan menatap heran pada Sang Ae, bertanya-tanya dalam hatinya mengenai benda apa saja yang sebenarnya di bawa oleh gadis berambut coklat itu. "Kita ke Seoul naik bus saja, ya? tanya Miichan sambil menari koper besarnya, berjalan mendahului Sang Ae. Bermaksud mengerjai gadis ceroboh yang menjadi sahabatnya itu.

"Hey, tunggu!" jawab Sang Ae sambil membenahi letak ransel yang ada di punggungnya, menyampaikan tali tas gitarnya di pundak kanan, dan menarik koper dengan tangan kirinya. Tampak kesulitan untuk berlari mengejar rekannya yang sudah berada jauh di depan. "Astaga, Miichan! Bantu aku! Hey! Berhenti di sana!"

Pilihan Yang SulitTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon