FIVE

6 7 0
                                    

Budidayakan votment
Terlebih dahulu

🍀


"Kim Ji Eun!"

"Kenapa kau sekaget itu, hm? Aku bukan arwah gentayangan yang perlu kau takuti. Lagian kalau aku menjadi arwah gentayangan pun aku tetap tidak bisa menemukanmu karena kau bisa bersembunyi di belakang seseorang."

Bibir Miichan benar-benar seperti di lem. Semuanya terlalu tiba-tiba. Sosok Kim Ji Eun memang menjadi bumerang buatnya. Semua akan hancur dalam sekejap mata. Imej yang ia bangun selama ini akan hancur dalam hitungan detik. Benar-benar pertemuan yang tidak ia inginkan dalam hidupnya.

"Kenapa kau disini?" tanya Miichan.

"Seharusnya pertanyaan itu ditanyakan oleh ku, bukan malah sebaliknya. Sudah lama sekali ya, Miichan-ah. Aku masih mengingat semua--semuanya."

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!" Jangan bicara sembarangan." Miichan seperti terpaku ditempatnya, masih berkutat dengan pikirannya.

"Dimana Sang Ae? Bukankah anj*ng peliharaan harus bersama majikannya? Tapi ini malah berkeliaran tanpa majikan, takutnya akan menggigit orang sembarangan," sindir Ji Eun sarkas.

"Jaga ucapanmu! Jangan bicara sembarangan kau!"

"Ah... menakutkan sekali! Aku takut setelah ini kau akan mengadu pada Sang Ae dan Sang Ae akan datang----" Ji Eun mempraktikkan gerakan tangannya ke leher---"Tuk..aku akan tiada."

"KAU! Tutup mulutmu! Jangan menguji kesabaranku, Kim Ji Eun," ucap Miichan sudah mulai terpancing emosinya.

Miichan melihat sekeliling, kiri, kanan, belakang, untungnya lorong kampus itu sepi, hanya mereka berdua saja.

"Ada apa? Kau takut kalau ada orang yang melihat wajah aslimu. Kau benar-benar membuatku muak. Kau selalu bersembunyi dibalik topeng lugu dan tak berdosa." Ji Eun maju satu langkah, "kau pembunuh sebenarnya, bukan Sang ae. Bagaimana jika aku memberi tahu Sang Ae yang sebenarnya." Ji Eun sengaja berkata tepat di telinga Miichan.

Miichan mengepalkan tangannya. Kim Ji Eun memiliki kartu as untuk mengancamnya. Tapi Miichan sangat alih dalam mengendalikan emosi, ia harus tenang. "Kim Sang Ae... hahahaha...dia tidak akan percaya padamu! Dia juga tidak ingat siapa kau, dia hanya percaya padaku. Dia itu bodoh, jadi mudah saja untuk mengelabuinya."

"Seperti yang diharapkan dari kau, Song Miichan. Ku rasa Sang ae tidak pernah melihat ekspresi wajahmu yang seperti ini. Kau memang pandai menyembunyikan ketakutan dibalik wajah tenangmu itu. Tapi aku bukan orang bodoh, aku tau kau sangat takut. Takut kalau aku membuka mulutku dan membocorkan semuanya, kau akan habis." Ji Eun tersenyum sinis melihat Miichan yang berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak meledak.

"Sudah ku katakan padamu 'jangan menguji kesabaranku'. Kau tidak tau apa yang bisa kulakukan padamu." Miichan benar-benar harus tahan untuk tidak meledak dan membuat semua orang tahu tentang dirinya.

"Kau itu hanya benalu yang menumpang hidup dengan orang lain. Kau tau! Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Untuk saat ini kau bisa berbangga diri dan memanfaatkan Sang ae yang polos, baik dan tidak bisa membedakan yang mana kawan yang mana lawan. Yang mana domba dan serigala berbulu domba."

"Lebih baik kau pikirkan saja cara untuk memberitahu Sang ae. Tapi ku peringatkan 'sang ae tidak akan pernah percaya padamu jadi lebih baik tidak mencobanya daripadanya kau kecewa nanti." Miichan menepuk pundak Ji Eun yang langsung di tepis oleh Ji Eun.

"Untuk saat ini kau bebas. Tapi tidak lama lagi kau yang akan menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya kepada Sang ae dan kepada dunia ini. Kau sendiri yang akan membuka topeng busuk mu itu. Aku akan pergi sekarang! Persiapkan dirimu, Song Miichan!" Ji Eun melambaikan tangannya dan berbalik memunggungi Miichan.

Pilihan Yang SulitWhere stories live. Discover now