Hei kalian yang baca cerita ini, jangan lupa votenya ya hihi...
.
.
.
                              Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi Afra masih berada di rumah sakit menunggu Alea bangun. Ya, Alea masih tertidur, sudah lama ia tidur. Afra tidak akan pulang sebelum Alea bangun, sedangkan Dera, Safira dan suaminya sudah pulang ke rumah dan Gibran? Pria itu kembali ke kamarnya, ia juga harus dirawat di rumah sakit. Kini, tinggal Afra sendirian di ruangan itu.
                              "Alea ... Bunda masih tidak menyangka kamu ini anak Bunda," ucap Afra sambil tersenyum saat sadar ia menyebut dirinya 'Bunda' sungguh sangat membahagiakan bagi Afra bisa bertemu dengan anaknya, takdir Allah sangat indah. 
                              "Kakak cantik." Alea sudah membuka matanya. 
                              "Eh, sudah bangun. Alea mau apa?"
                              "Haus." Afra langsung mengambil air mineral lalu membantu Alea minum.
                              "Mau makan?"
                              "Lea gak lapar. Kakak cantik masih di sini."
                              "Iya, Sayang." Afra memeluk Alea sambil menangis. 
                              "Kakak cantik kenapa?" Afra tersenyum kecut mendengar Alea memanggilnya 'Kakak cantik'. Dulu ia memang suka dengan panggilan itu namun, saat ia tahu Alea adalah anaknya ia tidak ingin Alea memanggilnya seperti itu, ia ingin sekali Alea memanggilnya 'Bunda' tapi Afra mengerti, memang semua butuh butuh, Alea pun tidak tahu bahwa dia adalah Bundanya.
                              "Kakak gapapa kok. Kakak cuma ingin memeluk Alea."
                              "Tapi kenapa Kakak cantik nangis?"
                              Afra tersenyum sambil mengusap pipi Alea. "Gapapa hehe..." Afra langsung mencium pipi anaknya itu. Ada perasaan bahagia bisa mencium anaknya.
                              "Assalamualaikum."
                              "Wa'alaikumussalam," jawab Afra.
                              "Mama...." Alea tersenyum melihat kedatangan Naya.
                              "Eh, anak Mama sudah bangun ya?" Naya menghampiri mereka.
                              Kalau dia adalah Mama Alea? Itu artinya dia istri Mas Gibran? Syukurlah Alea mendapatkan Ibu sambung yang baik seperti Naya. 
                              "Baru saja bangun," jawab Afra.
                              "Makasih ya Mbak sudah nemenin Alea. Maaf ngerepotin."
                              "Ah, gapapa kok. Saya senang bisa nemenin Alea."
                              "Ah iya Mbak. Kata Mama Mbak pulang aja, Mbak harus istirahat."
                              "Sekarang ada Mama Alea, Kakak cantik boleh pulang?" Afra menatap Alea.
                              "Yah ... Kakak cantik kok pulang?"
                              "Kakak cantik harus pulang, nanti Kakak ke sini lagi. Janji," ucap Afra.
                              "Hem ... Kakak cantik harus ke sini!"
                              "Iya, Kakak cantik janji. Jadi, Kakak boleh pulang?" tanya Afra. Alea mengangguk. "Kakak pulang dulu ya. Em ... Nay, saya pulang dulu ya."
                              "Iya, Mbak. Sekali lagi terima kasih."
                              "Iya. Assalamualaikum."
                              "Wa'alaukumussalam." 
                              Afra melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Sebenarnya ia ingin lebih lama di dekat Alea, tapi ia juga harus pulang.
                              Sampai di mobil, Afra langsung menginjak pedal gas pergi meninggalkan kawasan rumah sakit. Ia harus kembali ke toko, meski toko sudah tutup, tapi motor dan tasnya masih ada di sana. Ia juga harus mengembalikan mobil yang ia pakai ke tempatnya. 
                                      
                                  
                                              YOU ARE READING
Ditakdirkan Bersama (End)✓
Teen FictionAfra Khansa Aelghytha seorang wanita cantik dipaksa kuat oleh keadaan. Semenjak orang tuanya meninggal, kehidupan Afra seketika berubah, ia menjadi tulang punggung keluarga demi sang Adik. Afra memiliki masa lalu yang kelam, masa lalu yang ingin ia...
