🌺 15. Ingin Membuatnya Tertawa

55 12 0
                                    

#follow dulu sebelum baca ✔
#jangan lupa adopsi biar ada notifikasi ✔
#selamat membaca bab ke 15

🗑🗑🗑

Tidak semua hal harus berjalan sesuai rencana. Kendala tidak bisa diprediksi datangnya. Cara terbaik untuk menghadapinya ialah menerima dengan lapang dada, serta yakin akan ada pelajaran yang bisa dipetik dibaliknya.

Beberapa menit sebelum keberangkatan, pihak bandara mengumumkan bahwa semua penerbangan hari ini harus diundur karena dari pemberitaan, cuaca akhir-akhir ini sering berganti tiba-tiba, dan itu benar-benar mengganggu aktivitas penerbangan.

"Pantesan yaa bidadari itu perempuan..." Celetuk Alwi sambil menoleh pada Hana yang terlihat tidak pernah excited dengan kegiatan selama tur.

Hana hanya menoleh, melayangkan tatapan penasaran, ingin bibirnya terbuka, mengucapkan kalimat, kenapa? Tapi ditahannya. Ia malas bicara.

Mendapat respon cuek dari Hana, Alwi mengambil nafas pelan, menelan liur untuk membasahi tenggorokannya.

"Tau nggak Han, kenapa?" Kata Alwi lagi, kali ini mengarahkannya pada Hana agar perempuan itu bersuara.

Hana menoleh, lalu menatap ke arah lain dengan ekpresi berpikir. "Yah karena bukan laki-laki." Jawab Hana simple, tanpa ekpresi.

Alwi tak bisa membendung senyumnya mendengar itu.

"Bener sih... Tapi salah." Sahut Alwi sembari mendongak, menatap langit diatasnya yang mulai menghitam dengan angin liar yang sejak tadi berhembus. Tapi hujan belum juga turun.

"Terus?" Kata Hana akhirnya. Ia juga penasaran sebenarnya.

"Karena perempuan sama langit itu sama-sama susah ditebak, kadang happy, terus tiba-tiba diem nggak ngomong samasekali, paling parah tiba-tiba marah dan nggak negur seharian."

"Fina?" Sambung Hana cepat. Sebenarnya ia sedikit tersinggung dan merasa kalimat itu cukup cocok untuknya, tapi Hana memilih tidak berburuk sangka.

Alwi menggeleng pelan, ragu.

"Aku?" Kata Hana menunjuk dirinya.

"Hampir semua perempuan." Jawab Alwi berkilah.

Hana hanya menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali diam. Tidak bereaksi berlebihan, seperti membela diri misalnya.

Beberapa menit Alwi membuka ponselnya, menahan diri untuk tak mengajak Hana berbicara lagi. Tapi ia benar-benar penasaran apa yang sebenarnya Hana pikirkan hingga ia selalu terlihat biasa saja. Dalam artian tidak pernah terlihat benar-benar bahagia, juga benar-benar sedih.

"Kamu lagi ada masalah?" Tanya Alwi lagi. Kali ini langsung ke intinya.

"Enggak." Jawab Hana pendek, disertai gerakan menggeleng dua kali. "Aku orangnya emang gini. Lagian kan, mau lagi sedih, lagi bahagia, yang ngerasain kita sendiri. Jadi buat apa diperlihatkan ke orang lain? Kebanyakan orang cuma pingin tahu masalah kita apa, tanpa mau ikut memikirkan solusinya." Lanjut Hana lagi lalu berdiri untuk meninggalkan Alwi. Jujur ia merasa Alwi terlalu ikut campur masalah pribadinya.

Alwi sendiri merasa tak enak sebenarnya. Tapi entah kenapa ia tadi begitu nekat mengatakan hal itu. Tujuan murninya hanya ingin membantu.

Berlari kecil, Alwi menyusul Hana tanpa suara.

Hana tak menoleh sedikitpun.

"Sorry yaa Han kalau pertanyaan aku tadi kesannya terlalu ikut campur." Ucap Alwi berusaha mengimbangi langkah Hana.

Perasaan Yang Tak Pernah Didengar Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt