BAB VIII - Kulit Bertemu Kulit

553 103 9
                                    

NSFW (R-18)

Tidak biasanya Taeyong mengenakan jaket tebal untuk menghalau dingin angin yang menusuk tulang. Tetapi hari ini entah, dia seolah takut jika seseorang menangkapnya basah. Bagaimanapun, bisa dibilang tindakannya ilegal. Dia tidak ingin mengambil risiko yang dia sendiri tidak tahu apa yang akan ia terima.

Ia sudah mengelilingi pohon ek selama lima menit, tidak tahu di mana dia harus duduk dan menunggu. Dia tidak bisa melihat Jaehyun, tetapi Jaehyun bisa melihatnya. Hal yang seperti ini sungguh merugikan bagi dirinya.

Termenung beberapa saat, Taeyong mendekati tempat di mana Jaehyun menguburkan kotak hadiah yang beberapa waktu lalu ia gali. Namun, belum dia sampai di tempat tersebut, tengkuknya dihantam dan sadarnya mulai hilang perlahan.

---

Bau tidak sedap tanah basah yang bercampur dengan lembab baju menyadarkan dia untuk membuka mata. Ketika ia melihat sekeliling, ia melihat tempat yang begitu asing. Seperti terowongan bawah tanah yang lusuh tanpa ada yang merawat. Ketika dia berusaha bangkit, dia langsung waspada ketika menyadari jika tangannya terikat di kedua sisi.

Rasa panik lantas menggerayangi tubuh.

Dia baru akan berteriak ketika lesung pipi yang ia kenal terlihat dan menyapa. Taeyong menjadi sedikit lega, terlebih sang pemilik wajah memberikan senyuman lembut kepada dirinya. Pelan sang pemilik lesung pipi melepaskan ikatan tangan Taeyong dan membiarkan Taeyong menjatuhkan tubuh untuk memeluk dirinya.

"Jaehyun,"

Jaehyun tersenyum dan membalas pelukan Taeyong. "Selamat melihat dunia, Taeyong."

Taeyong melepaskan pelukan dan menatap Jaehyun lamat, "Apakah setelah ini artinya aku bisa melihat dunia seperti kau melihatnya?"

Jaehyun menggeleng. "Belum, kemampuanku meretas belum semumpuni itu. Sekarang kau hanya sekadar bisa melihat orang-orang inferior sepertiku. Lagi pula, aku tidak ingin memperlihatkan dunia yang hancur kepadamu."

"Tetapi aku inginㅡ"

"Taeyong," Jaehyun memotong. "Belum saatnya. Bersabarlah. Lagi pula, apa dengan melihatku secara langsung masih kurang bagimu?"

Taeyong tersenyum dan menggeleng.

"Kalau begitu, apa yang menjadi masalah?" Jaehyun mencubit hidung Taeyong, membuat lelaki itu memiliki rona merah yang merambat di pipi.

Jaehyun lantas menjelaskan jika dia adalah bagian dari kelompok pemberontak. Kelompok ini menjadi incaran Marcius Vin dan wakil presiden karena potensi yang dimiliki mereka untuk menggagalkan 'kelahiran' dunia baru di Blomar. Ia menjelaskan jika target utamanya adalah laboratorium milik Marcius Vin, tetapi sampai saat ini mereka masih belum menemukan titik keberadaan laboratorium tersebut. Semuanya seolah-olah dilindungi oleh perisai yang menghalau semua jaringan untuk memantul keluar.

Namun, Jaehyun tetap bisa mendapatkan informasi tentang simulan yang ditempatkan di sana dan dia adalah orang yang tinggal satu gedung dengan Taeyong. Taeyong cukup terkejut ketika Jaehyun mengungkap jika apartemen tempat tinggalnya adalah tempat di mana para simulan dikumpulkan menjadi satu. Lebih mudah bagi Marcius Vin untuk mengontrol dan mendata. Tidak heran kenapa apartemen Taeyong disebut sebagai apartemen orang-orang penting, karena memang faktanya orang-orang yang ada di sana memang dipersiapkan untuk itu.

Jaehyun menghela napas ketika dia selesai menceritakan latar belakang dan menatap Taeyong dengan penuh harap. "Taeyong, aku tahu kita dekat memang tidak terlalu lama, bahkan mungkin bisa dibilang sangat singkat. Tetapi, jika aku memintamu menjadi mata-mata, maukah kau bersedia?"

Taeyong tidak perlu ditanya dua kali untuk mengangguk.

---

Semua masih sama, masih putih menghias gedung yang menjulang tingginya. Taeyong menahan napas selama beberapa saat dan lantas mengembuskannya hingga dengusannya membuat kepala menoleh. Ia tersenyum kikuk. Kembali ia melihat sekeliling, semuanya masih sama, hanya manusia terlihat lebih banyak dari pada biasanya.

Simulasi || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang