Ada banyak hal yang patut Jay syukuri dalam hidup. Salah satunya adalah diberikan keluarga yang baik dan sempurna seperti saat ini. Apalagi saat melihat senyum hangat dan bahagia yang tak henti-hentinya tersungging di bibir kedua orang tuanya itu. Sungguh, Jay merasa jika Tuhan tidak berhenti memberikan berkat setelah sebelumnya diberi cobaan yang begitu berat selama bertahun-tahun.
Seperti yang dijanjikan oleh Papa Jun sore tadi, keluarga yang terdiri dari empat orang itu kini menghabiskan waktu bersama di sebuah taman bermain yang memang dibuka saat sore menjelang malam. Orang-orang menyebutnya dengan karnaval. Apalagi sekarang adalah malam Minggu.
Pengunjung karnaval malam ini sangat ramai. Akan tetapi, beberapa penjual makanan yang berjejer di sekitar lokasi berujar jika ini belum seberapa. Nanti ketika juga di atas jam sembilan, barulah pengunjung---apalagi yang berpasang-pasangan---akan membludak memenuhi karnaval.
Beruntunglah mereka datang sebelum jam ramai itu karena tak perlu berdesak-desakan nantinya untuk mencoba beberapa wahana.
"Anak-anak Mama mau main apa? Ayo bilang, biar kita naik sama-sama." Mama Eunha bertanya sambil menyeka keringat yang ada di dahi kedua putranya bergantian. Omong-omong, mereka sedang duduk di salah satu bangku taman sambil menunggu Papa Jun yang pergi memesan minuman untuk mereka.
"Adek mau naik apa, Dek?" Bukannya menjawab, Jay malah bertanya kepada adiknya yang sejak tadi hanya menurut saja. Diajak main ini, dia ikut. Diajak main itu, dia juga ikut. Walaupun pada akhirnya Jungwon hanya diam sambil memperhatikan kegiatan kakaknya. Ketika disuruh main juga, Jungwon akan beralasan kalau dia sedang mempelajarinya dulu.
Jungwon menggeleng kecil. "Jungwon ikut aja, Bang," jawabnya sambil memberikan senyum tipisnya.
Dulu sekali, ia pernah pergi ke tempat ramai seperti ini bersama Nenek Nam. Entah ketika usianya berapa. Namun, waktu itu tidak satu pun wahana yang mereka naiki. Nenek Nam mengajaknya ke karnaval untuk bekerja. Satu hal yang diingat Jungwon, ia masih sangat kecil kala itu. Mungkin saat duduk di sekolah dasar.
Waktu itu, Nenek Nam bertugas membantu beberapa pedagang makanan mencucikan piring dan gelas kotor, lalu ketika pulang akan diberikan upah berupa sebungkus nasi dan beberapa lembar uang dua ribuan.
Ketika ia masih kecil dulu, Jungwon tahu diri untuk tidak meminta apa pun kepada Nenek Nam. Bahkan saat ia melihat anak-anak seusianya asyik bermain bersama teman-teman sebaya dan orang tua mereka, Jungwon tetap diam. Dia tidak ingin membuat Nenek Nam yang sibuk bekerja merasa kerepotan karenanya. Toh, Nenek Nam tidak memintanya untuk membantu. Ia hanya disuruh duduk dan tidak boleh berada terlalu jauh dari dirinya. Takut hilang nanti, ujar Nenek Nam waktu itu.
Namun, rupanya didikan dari Nenek Nam untuk tidak meminta sesuatu---dalam konteks apa pun itu---masih melekat dalam dirinya hingga sekarang. Padahal kalau dilihat-lihat, ia sudah memiliki keluarga sekarang. Ia juga memiliki hak yang cukup besar untuk meminta apa pun yang ia inginkan. Hanya saja, entah kenapa Jungwon tidak berani. Seketika, hak itu terasa mustahil untuk ia miliki.
"Adek nggak boleh gitu, dong." Mama Eunha berujar tiba-tiba, membuat Jungwon yang semula mengingat masa lalunya bersama Nenek Nam, sedikit terkejut karenanya. "Bilang aja sama Mama, Adek mau naik apa? Kalau misalnya Adek takut, Mama mau, kok, temenin Adek."
"Abang juga, lho, Ma." Jay ikut-ikutan berujar. "Kita paksa Papa juga buat ikutan nanti."
Sayangnya, seperti biasa, Jungwon tidak bisa mengimbangi percakapan mereka dengan baik. Ia hanya tersenyum kecil melihat bagaimana Mama Eunha dan kakaknya sibuk membicarakan ini dan itu hingga Papa Jun kembali datang membawa empat gelas plastik berisi minuman di tangan kanan dan kirinya. Masing-masing minuman dalam gelas itu juga dinasukkan ke keresek bening khusus gelas untuk memudahkan dalam membawanya.

YOU ARE READING
[1] a Ghost-ing Me! [JayWon] ✓
Fanfiction[JayWon FF AU] 'BUKAN BXB YA ANJIR, CAPEK SAYA NGASIH TAU ಥ‿ಥ /FRUSTRASI LEVEL HARD/' "Setan doang kok banyak bacot, sih, lo?!"---Yang Jungwon. "Gue bukan setan, woy, plislah!"---Jay Park. ___________________________ Title: A Ghost-ing Me! (A Ghos...