Chapter 1.

80 17 10
                                    

Di sebuah kampus Universitas Andra Wijaya tempat dimana Kia belajar menuntut ilmu disana, mengambil jurusan Ilmu Komunikasi merupakan impian Kia semenjak masih dibangku SMA alasannya karena ia ingin sekali bekerja di stasiun televisi. Semester per semester telah ia lalui kini ia masuk semester 5 atau pertengahan semester tak terasa sudah ia lalui dengan suka dan cita. Kia memiliki seorang sahabat laki-laki yang seringi ia panggil dengan sebutan "Baba" ya "Balbyantara Delio Adriansyah" merupakan sahabat Kia sejak SD, sehingga membuat dirinya dan Kia sangat dekat sekali bak bagaikan perangko dan lem yang tidak akan pernah terpisahkan. Namun sayang ada sebuah rahasia yang Al simpan sehingga Kia tidak mengetahuinya jika Kia tau Al yakin Kia akan marah besar pada Al.

Kini Al dan Kia tengah makan siang seusai pelajaran di kelas mereka masing-masing. Ya Al dan Kia berbeda jurusan, Al mengambil jurusan Akuntansi. Banyak Mahasiswa yang iri dengan kedekatan Kia dan Al karena wajah Al yang sangat tampan dan Kia yang sangat cantik membuat mereka iri.

"Ba?" panggil Kia di sela makannya.

Al yang dipanggil hanya berdehem saja karena sedang menikmati makanannya.

"Kita kan udah sahabatan lama banget dari bocil sampai sekarang, dan gue liat selama ini lo nggak pernah deketin cewek atau pacaran kenapa?" tanya Kia.

Aktivitas makan Al terhenti ketika mendengar pertanyaan Kia, Al diam sambil memikirkan bagaimana ia menjawabnya.

"Ba? Kok lo diem sih?" tanya Kia.

Al masih diam tak menjawab pertanyaan Kia.

"Ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue?"

"Nggak ada!" jawab Al cepat.

Kia heran dengan tingkah Al tapi Kia tetap berfikir positif dan tidak mempermasalahkannya.

"Terus kenapa?"

"Ya gue nggak pengen aja," jawab Al santai dan berbohong.

"Yakin? Lo kan ganteng gue aja sebagai cewek tertarik sama lo tapi karena kita sahabatan gue nggak mau merusak persahabatan kita," jelas Kia sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa padahal ucapan Kia sangat menyakiti Al.

"Gue suka dan cinta sama lo Ki!!!!" teriak Al dalam hati.

"Yaudah kalau gitu kita pacaran aja,"

Kia melebarkan matanya tak percaya.

"Lo gila? Nggak mungkin lah lo sama gue sahabat selamanya bahkan sampai lo punya cucu kita masih tetap sahabatan," cerocos Kia.

"Lah tadi katanya lo tertarik sama gue karena wajah gue yang ganteng," ujar Al menggoda Kia sambil menaik turunkan alis matanya yang sangat tebal yang membuat Kia selalu merasa iri.

"Pokoknya kita sampai tua tetap sahabatan dan status persahabatan kita nggak akan pernah ganti sampai kapan pun!" pekik Kia.

"Udahlah balik yuk gue udah kenyang," ajak Ali.

"Lo yang bayarin kan Ba?" tanya Kia memastikan.

"Bawel lo," balas Ali.

Kia tersenyum sumringah lumayan hari ini ia tidak mengeluarkan uang dan bisa menghemat uang jajannya.

Setelah membayar Al dan Kia pergi dari kantin dan menuju ke parkiran untuk pulang, selama menuju arah kantin tangan mereka selalu memegang erat seolah takut kehilangan tapi bagi mereka ini sudah biasa.

Selama perjalanan Kia merasa heran pasalnya ini bukan arah rumah Kia kemana Al akan membawa Kia?.

"Ba? Inikan bukan arah rumah gue kita mau kemana?" tanya Kia.

"Lo lupa kalau hari ini gue ada jadwal futsal?" balas Al.

"Gue inget, terus kenapa?" tanya Kia lagi.

"Temenin gue futsal,"

"Siapp bosss!!" balas Kia senang. Setidaknya ia bisa merefreshing otaknya karena tugas dan materi kuliah yang membuat ia mumet.

****

Setibanya di tempat futsal Al, Al langsung mengganti baju dan Kia menunggu Al di luar sambil melihat lapangan yang akan di mainkan oleh Al.

"Ki?" panggil Al saat sudah selesai mengganti bajunya.

Kia menoleh sambil tersenyum. "Udah selesai?" tanya basa basi Kia.

Al hanya mengangguk dan menarik lengan Kia. "Ayo," ajak Al.

Setelah masuk ke lapangan dengan setia Kia menunggu dan menyemangati Al di tempat duduk yang telah disediakan.

"Baba ayo semangat!!!!" teriak Kia memberi semangat kepada Al.

"Ba ayo masukin bolanya!"

"Baba menang baba menang!"

"YEAYYYY!!!! BABA MENANG!!!" teriak senang Kia saat bola yang dimasuki Al masuk dan tim Al menang.

Setelah bersalam kepada satu tim, Al menghampiri Kia. Dengan sigap Kia memberi handuk kecil yang sudah Al bawa dan air mineral untuk Al.

"Makasih," ujar Al setelah meneria handuk kecil dan air mineral.

"Lo keren mainnya Ba gue kagum deh sama lo," puji Kia.

"B aja," balas Al.

"Ah lo mah nyesel gue muji lo tau nggak!" rajuk Kia.

Al terkekeh melihat wajah Kia yang sedang ngambek, Al mengacak pelan rambut Kia sambil tersenyum manis.

"Makasih ya cantiknya Baba," ujar Al tulus.

Pipi Kia merona mendengar ucapan Al.

"Ihh Baba, Kia kan jadi malu," ujar Kia sambil menangkup mukanya dengan telapak tangannya.

Kenapa harus malu bukannya ini hal biasa karena mereka sejak dulu sudah dekat sekali bagaikan orang berpacaran namun mereka tidak pacaran.

"Gue ganti baju dulu lo tunggu sini habis ini kita makan dulu sebelum pulang," ujar Al.

"Oke, Kia nurut aja sama Baba tampan," balas Kia sambil tertawa pelan.

Al berjalan menuju ruang ganti dan Al tidak menyadari sedari tadi Kia memperhatikannya. "Lo tampan, baik, tapi kenapa lo nggak mau buka hati lo untuk cewek sana Ba?" ujar Kia dalam hati.

Hai hai terimakasih yang sudah baca semoga suka dengan cerita baru aku.

Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen kalian, tetangga, pacar dan semuanya lah hehe.

Happy reading and enjoy!!!

Sisa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang