Aksananta 10 ✯ Alun-alun

7.5K 615 6
                                    

Selamat membaca.

Ananta berdiri tegak di depan pintu sembari menunggu Aksara, sebenarnya ia tak tahu ini jadi apa tidak karna Aksara tak menghubungi nya, tapi ia yakin pasti jadi.

"Kak, mau kemana?" Tanya Sabina yang tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Jalan." Jawab Ananta seadanya.

"Perasaan jalan mulu deh kak, ngabisin uang aja." Cibir Sabina.

Ananta tersenyum kecil, "Lo juga mau jalan tuh kayaknya."

"Y-ya kan sambil kerjain tugas kelompok!"

Ananta berdecak, "Oh." Jawabnya tanpa minat.

Tin! Suara klakson mobil berbunyi, Ananta dan Sabina langsung menoleh ke arah sumber suara. Aksara turun dari mobil dan menghampiri Ananta.

"Ana, udah siap?" Tanya Aksara basa-basi.

"Lo Aksara Algarick bukan sih?" Tanya Sabina, Aksara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ayo, Sa, kita pergi." Ananta menyeret  lengan Aksara menuju ke mobil meninggalkan Sabina yang masih berdiri di sana.

"Ternyata kalo di liat lebih deket Aksara secakep itu," Gumam Sabina sembari menatap mobil yang sudah berjalan perlahan keluar dari perkarangan rumah.

Menikmati keindahan jalan Bandung di sore hari adalah hal paling menyenangkan, apalagi bersamaan kekasih.

Aksara dan Ananta berjalan santai menelusuri trotoar di jalan Asia Afrika sembari tertawa kecil melihat tingkah aneh hantu-hantu yang sedang menjahili orang.

Hantu anak kecil menghampiri mereka, hantu itu menarik pelan baju Aksara. Mereka yang sadar pun langsung menoleh, Ananta bergelidik ngeri melihat hantu bocah itu yang muka nya di penuhi darah.

Aksara menyamakan tinggi badan dengan hantu itu, kemudian tersenyum tipis. "Nama kamu siapa?" Tanya Aksara lembut.

"Princess."

"Hai Princess! Di antara hantu-hantu disini kamu paling serem deh, darah nya kayak asli."

"Ini kan emang darah asli." Sekejap kemudian bocah itu menghilang, entah kemana.

Ananta yang sudah keringat dingin langsung menarik tangan Aksara untuk menjauh dari sana.

"Ana, kayak nya kita berhalusinasi deh."

"Serem banget tuh bocah," Celetuk Ananta.

"Dia udah mati, berati tadi arwahnya." Sambung Aksara.

"Niat nya mau jalan-jalan biar pikiran tenang, eh malah di buat kepikiran."

Aksara hanya terkekeh, "Yaudah kita ke alun-alun aja."

Mereka berdua pun melanjutkan berjalan menuju alun-alun yang letaknya tak jauh. Sesampainya disana mereka langsung membeli beberapa makanan dan duduk di depan masjid raya.

"Tumben ya engga terlalu rame." Gumam Ananta.

"Belum aja kali, bentar lagi paling rame."

"Iya juga sih, oh iya apa alasan lo ajak gue jalan?"

Aksara tampak terdiam, lamunannya buyar kala gadis itu mengejutkan nya. "E-eh gapapa gue cuma bosen dirumah."

Ananta hanya mengangguk-angguk paham. Mata nya terus menelusuri tiap sudut pemandangan di depannya, matanya menangkap sosok yang sangat dia kenali, Sabina.

Sabina pun begitu, ia melihat Ananta. Ia langsung buru-buru pergi dan memutuskan kontak mata mereka.

"Katanya mau ngerjain tugas." Batin Ananta.

"KAKAKK!!" Gadis itu berlari menghampiri Ananta. Ananta berdiri dan langsung memeluk gadis kecil itu.

"Abel, kamu sama siapa kesini?"

Abel menunjuk wanita cantik yang tengah berbincang, "Sama Buna, kak. Tadi Buna ajak aku buat ikut kesini."

"Oh, gitu. Yaudah, sini duduk kakak punya banyak makanan, kamu mau?" Tawar Ananta kemudian kembali duduk sembari menjadikan tumpuan paha nya sebagai tempat duduk Abel.

"Aku mau telur gulung, oh iya, ini siapa kak?" Tanya Abel menatap Aksara.

Aksara mengulurkan tangannya kemudian tersenyum tipis, "Kak Aksa. Kamu siapa?"

"Abel. Kak Aksa pasti temennya kak Ana, kan?"

Aksara mengangguk, "Iya, bener. Kok tau?" Kekehnya.

"Kalo pacar ga mungkin, soalnya kak Ana kan udah punya pacar." Ucap gadis itu menatap Ananta yang tampak tersenyum canggung.

"Oh, kakak baru tau kalo kak Ana punya pacar. Ganteng engga?" Aksara bertanya lagi.

"Apasi, Sa. Abel, udah jangan bahas pacar kakak, ya?"

Abel tak menghiraukan Ananta, ia malah lanjut menjawab pertanyaan Aksara. "Gatau, soalnya aku belum pernah ketemu. Lagian juga kata kak Ana pacarnya itu ti—" Ucapan Abel terhenti ketika mendengar ada yang memanggilnya.

Ananta bernafas lega, untung wanita itu datang tepat waktu.

"BUNA!! Liat aku ketemu kak Ana sama temennya, Buna lama banget sih ngobrolnya." Cibir Abel.

"Buna, apa kabar?" Sapa Ananta kemudian menyalimi wanita didepannya.

"Halo tante, aku Aksa." Ucap Aksara.

Wanita yang di panggil dengan sebutan Buna tersenyum, "Baik, Na. Halo Aksa. Ana, Aksa Buna balik dulu ya, udah sore soalnya. Abel ayo kita pulang," Ajak Buna.

Abel mengangguk, "AYO BUN! Abel mau kerjain pr juga dari guru tadi. Sampai jumpa lain kali kak Aksa, kak Ana. Babaii!" Abel berlari menuju mobilnya sembari melambaikan tangan.

Di mobil hanya ada keheningan, tak ada yang membuka suara. Bahkan sejak bocah tadi mengatakan jika Ananta mempunyai pacar, Aksara tampak mendiaminya.

Aksara tak mengerti kenapa ia tiba-tiba merasa tak suka jika gadis itu mempunyai pacar. Sementara gadis itu hanya diam menikmati jalanan.

Tapi, disisi lain Aksara bernafas lega karna ternyata lelaki yang kemarin menjemput Ananta bukan kekasihnya.

"Ana." Panggil Aksara.

AKSANANTA Where stories live. Discover now