9. You Know, What Should You Do?

157 8 0
                                    

"Hah~~" helaan nafas yang entah sudah berapa kali di layangkan oleh seorang pria, yang sedang duduk di atas bangku kebanggannya, dengan dokumen yang ada di hadapannya, seraya tangan yang memijat pangkal pelipisnya.

Lee Jeno, pria yang sedari tadi terus diam, menatapi surat perjanjian kontrak antara dua perusahaan.

Kontrak perjanjian kerjasama antara perusahaan Lee; perusahaan miliknya, dengan perusahaan Yoo; perusahaan milik Karina, yang memiliki nama lahir Yoo Jimin.

Yup, kemarin kedatangan Karina ke sini adalah, Karina menawarkan kerjasama, untuk membantu perusahaan miliknya yang sedang mengalami keterpurukan.

Jeno yang mendengar maksud dan tujuan Karina datang kemari, tidak langsung senang dan langsung menandatangi surat perjanjian itu.

Walaupun Jeno sedang berada di ujung jurang, Jeno tetap harus hati-hati. Ia tidak mau terjeblos ke dalam jurang itu.

Yang Jeno takutkan saat ini adalah, maksud dan tujuan lain Karina menjalin kerjasama ini. Kita tidak tau bukan maksud dan tujuan lainnya Karina mengajak perusahaannya menjalin kerjasama?

Coba kalian bayangkan saja. Banyak perusahaan yang mundur dan menolak menjalin kerjasama dengan perusahaan miliknya, tapi perusahaan Yoo alias perusahaan Karina malah berani menjalin kerjasama dengan perusahaan miliknya yang sedang berada di jurang kebangkrutan.

Dan ini merupakan hal aneh yang harus Jeno selidiki terlebih dahulu. Walaupun di surat perjanjian itu tidak ada kata-kata aneh yang tertulis. Tapi tetap saja.

Terlebih tadi malam Renjun juga kurang yakin dengan kedatangan Karina kemarin. Ia tidak mau bertindak lebih gegabah.

"Jadi kau belum menandatangi surat perjanjiannya?" Ujar seorang wanita, yang tiba-tiba sudah ada di dalam ruangan Jeno, sukses membuat Jeno tersentak kaget.

"Ka--karina? Kenapa kau kemari? Seingatku, saat ini aku tidak memiliki janji temu dengan-mu." Ujar Jeno, memandang Karina yang sedang berdiri di hadapannya.

Karina menghela nafasnya kasar, berjalan menghampiri Jeno yang sedang duduk, lalu duduk di hadapan Jeno.

"Maaf karena sudah lancang main masuk, dan kemari di saat aku belum membuat janji temu terlebih dahulu. Tapi sungguh, aku sudah mengetuk pintu-mu. Tapi kau tidak menjawab apapun. Jadi ya---aku terpaksa masuk ke dalam." Ujar Karina, menatap Jeno.

"Kenapa masih berpikir? Kau meragukan aku?" Tanya Karina, menatap Jeno sendu.

Tanpa ragu, Jeno menganggukkan kepalanya. Perlakuan Jeno, sukses membuat Karina menautkan kedua alisnya bingung. "Apa yang membuat-mu ragu?" Tanya Karina.

"Ini semua. Semua ini membuatku ragu Karina. Kau tau bukan kalau perusahaan-ku sedang mengalami keterpurukan, dan sedang berada di zona kebangkrutan? Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah menawarkan perusahaan-ku untuk menjalin sebuah kerjasama, dan bersedia menanamkan modal di perusahaan-ku, dengan perjanjian yang sangat tidak masuk akal? Apa sebenarnya tujuan-mu?" Tanya Jeno, menatap Karina penuh selidik.

Karina membalas tatapan Jeno, sebelum akhirnya menghela nafasnya kasar, dan menyudahi tatapannya.

"Jeno-ya, aku tau kau sedang ragu dengan bantuan-ku ini. Tapi aku berani bersumpah, kalau aku tidak ada maksud apapun. Aku hanya berniat ingin membantu-mu bangkit dari keterpurukan dan dari zona kebangkrutan. Aku tidak ingin melihat perusahaan-mu gulung tikar Jeno." Ujar Karina.

"Aku tau, perjanjian yang aku buat sangat tidak masuk akal. Memberikan hak sepenuhnya perusahaan-mu untuk melakukan apapun, sementara perusahaanku hanya bisa setuju, dan keuntungan di bagi menjadi dua. Tapi sungguh, aku tidak ada maksud lain selain membantu." Sambung Karina.

"Selain itu, aku menanamkan modal di perusahaan-mu karena aku yakin. Aku yakin kau bisa bangkit dari keterpurukan ini. Aku yakin usaha dan kerja keras-mu." Tambah Karina, yang masih berusaha meyakinkan Jeno.

"Beri aku kesempatan satu hari lagi untuk memikirkan ini." Ucap Jeno, yang masih ragu akan hal ini.

Karina menatap Jeno cukup lama. Sampai akhirnya Karina memutuskan pandangannya. "Baiklah. Aku akan selalu menunggu-mu." Ujar Karina yang pasrah atas pilihan Jeno.

"Aku tunggu besok. Keputusan ada di tangan-mu. Kau ingin menandatangi kontraknya ya sudah. Kalau tidak ya sudah. Semua tergantung keputusan-mu." Sambung Karina.

"Kalau begitu aku permisi." Tambah Karina, yang langsung bangkit dari kursi Jeno, dan pergi dari hadapan Jeno.

Setelah Karina keluar, barulah Jeno bisa bernafas lega. Pilihan ini sungguh sulit. Apa dia harus meminta saran Renjun?

Tapi sepertinya tidak. Kalau meminta saran dengan Renjun, dia harus menceritakan semuanya dari awal kepada Renjun, dan dia tidak mau itu.

Dia tidak mau Renjun turut khawatir memikirkan masalah yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya.

Jeno tau Renjun. Renjun itu tipikal orang yang panikkan, dan akan selalu berusaha semaksimal mungkin membantu orang yang ia sayangi.

Pernah sekali Renjun membantu Jeno dalam mengerjakan semua pekerjaannya, karena di kala itu Jeno sedang di rawat di rumah sakit.

Dan ya, Renjun berusaha sekuat tenaganya menjaga serta mengerjakan pekerjaan Jeno, sampai Renjun jatuh sakit, karena terlalu memfosir tubuhnya. Maka dari situ Jeno tidak mau memberi tau Renjun tentang masalahnya lagi.

---

Jika di sana Jeno sedang berkutat dengan pikirannya, apakah menandatangani perjanjiannya atau tidak.

Berbeda dengan seorang wanita yang tengah duduk di bangku kebanggan miliknya, yang berplalat Presiden Direktur saat ini.

"Bagaimana mengenai perkembangan perusahaan Lee?" Tanya wanita itu, kepada anak buahnya.

"Mereka dapat bantuan dana dari perusahaan Yoo. Tuan Lee belum menandatangani kontrak perjanjian kerjasama itu." Ujar sang bawahan, kepada pemilik perusahaannya.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan bukan?" Tanya sang atasan itu.

"Tentu saja saya tau Nyonya. Saya akan mencari cara, agar perusahaan Yoo tidak menanamkan modalnya serta menjalin kerjasama dengan peruaahaan Lee." Ujar sang bawahan.

"Bagus. Kalau perlu kau tarik saham kita dari perusahaan Yoo, dan hapus semua perjanjian kerjasama serta batalkan kontrak yang kita jalankan. Masalah kerugian biar aku yang tanggung." Ujar wanita itu.

"Nyonya tenang saja. Aku pastikan perusahaan Yoo akan menarik modalnya dari perusahaan Lee, serta membatalkan perjanjian kerjasama mereka." Ujar sang bawahan.

"Bagus kalau begitu. Pokoknya aku hanya ingin berita kehancuran perusahaan serta keluarga Lee. Bukannya perkembangan menuju kemajuan perusahaan dan keluarga Lee." Ujar sang atasan.

"Nyonya, tapi Tuan Lee Jaehyun akan pergi ke luar negeri, untuk meyakinkan para investor untuk menanamkan modal mereka ke perusahaan miliknya. Kunjungan pertama yang akan di kunjungi Tuan Lee Jaehyun adalah Paris, kota dengan segudang fashion." Ujar sang bawahan, memberilan informasi penting kepasa atasannya.

"Gagalkan! Gagalkan semua rencana yang mereka buat, untuk kemajuan perusahaan Lee. Kalau perlu, kalian bisa membunuh Lee Jaehyun, sebelum pria tua bangka itu menjajalkan kakinya di bandara!"

SECRET - NORENWhere stories live. Discover now