26 - Jangan Dulu Mati

163 61 50
                                    

•••••

Untuk apa disembuhkan jika nanti kembali dibunuh perlahan?

-Danum Senja

•••••


Sudah hampir  seharian saja Senja terlelap, tak sama sekali menunjukkan tanda-tanda bangun dari tidurnya. "Bangun, Dek."

Abi lelah sekali jika boleh jujur, perjalanan dari pulau lain menuju rumah untuk sang adik kini malah berubah sepenuhnya dari apa yang dibayangkan. Tidak ada peluk rindu, tidak ada jalan jalan keliling kota, bahkan tiup lilin pun tidak terlaksana. Semua keinginan Senja gagal terpenuhi tanpa terkecuali.

"Danum 'kan udah janji mau bangun," bisiknya putus asa, "Kakak takut sendirian." imbuh laki-laki itu tanpa melepaskan pandangannya dari wajah sang adik yang babak belur, kantung mata Senja yang hitam dengan bibir yang kering pucat. Adiknya ini terlihat begitu menyedihkan.

Apa saja yang sudah Senja lalui sendirian selama ini? Sebanyak apa dia menangis? Sesering apa dia terjaga sepanjang malam?

Tangannya tak henti mengusap lembut kepala sang adik. "Kamu potong rambut? Padahal katamu nggak suka rambut pendek, 'kan?"

Pintu kamar rawat adiknya terbuka, menampakkan sosok remaja yang sejak semalam ikut menginap hingga pagi bersamanya. Nathan melangkah masuk, setelah tak mendapat kesempatan sejak semalam. Dan juga larangan dari Abi.

"Maaf, tapi gue udah nggak bisa lagi." kata remaja dengan marga Maheswara itu, "Gue mau ngomong sama Senja." begitu katanya pada Abi, meskipun jelas-jelas sang gadis belum juga sadar.

"Kamu siapa sebenarnya?"

"Nathan," jawabnya cepat tanpa mengalihkan matanya dari tatapan Abi. Terbilang berani jujur saja, "Teman Danum?"

Dia mengangguk sekali. Abi juga tidak melanjutkan interogasi, laki-laki itu kembali menoleh pada sang adik sebelum kini memusatkan perhatiannya pada remaja yang berdiri tepat didepannya. Abi melangkah maju, dengan pandang yang masih saling beradu.

"Jaga Danum sementara saya pulang," katanya pelan. "Saya tidak kenal siapa kamu, tapi kamu kenal siapa Danum. Saya usahakan tidak lama, tolong jaga dia selama saya tidak disampingnya."

"Sudah dilakukan bahkan sebelum lo pulang," siapa yang menduga Nathan akan menjawab demikian, padahal Abi akan memengaruhi bagaimana hubungannya dengan Senja kedepan.

"Apa perlu lo pegang KTP gue?" celetuk remaja itu yang sadar bahwa Abi tak sepenuhnya yakin padanya.

Pemilik mata elang dihadapannya menatap, membuat nyali Nathan menciut tiba-tiba karena sorot tajam itu. Abi berbalik, menggapai sesuatu diatas nakas. "Kakak pergi sebentar, Num." diakhiri kecupan singkat tepat di kening sang adik, dia berlalu meninggalkan keduanya disana.
"Saya titip dia sama kamu." Nathan mengangguk singkat.

Hela nafas panjang dia lakukan agar lebih tenang, menyuguhkan senyum yang sedikit dipaksakan. "Selamat sore tuan putri,"

"Wah... gue kangen banget." suara monitor dan detak jarum jam membuktikan betapa sepi ruangan itu. "Gue tau pasti sakit semua. Tapi setidaknya buka dulu matanya, lo nggak kangen gue apa? Cowok seganteng ini―dianggurin?" dia berniat menggoda, tapi suaranya malah bergetar sebab tak kuasa menahan khawatir.

Danum SenjaWhere stories live. Discover now