Chapter 10. Hopeless

279 41 27
                                    

Note: Dengerin lagu sad ya..

.
.
.
.
.

Ray menyebrang setelah lampu hijau mengijinkannya. Di saat berjalan di atas zebra cross reflek dia melihat cahaya lampu mobil mendekat dengan kecepatan tinggi ke arahnya

dan..

"Seketika itu aku ingat kata-kata ku 'aku ingin mati' mungkin baru saat ini terkabul"-Ray

____________________________

(Y/N) POV

Aku bersandar di dinding kaca toko kue. Sudah 2 jam aku menunggunya di sini.
Aku sudah menghubungi Ray berapa kali tapi tetap tidak ada jawaban.

Aku menghembuskan nafas setelah melirik jam tanganku lagi. Hari ini memang dingin, sangking dinginnya setiap kali menghembuskan nafas atau di saat berbicara pasti ada asap kecil yang keluar dari mulut.

 Hari ini memang dingin, sangking dinginnya setiap kali menghembuskan nafas atau di saat berbicara pasti ada asap kecil yang keluar dari mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku cuma ingin menjelaskannya pada Ray. Aku tau kami cuma berteman tapi entah kenapa aku merasa kehilangan dia.

***

Flashback

" Kau sudah pulang (Y/N)? Siapa yang mengantar mu?" Tanya oka-san

" Norman. Ka-san sedang membuat kue?" Aku mendapati ibu ku yang tengah sibuk dengan adonan kue. Ia hanya mengangguk setelah mendengar pertanyaan ku yang terakhir.

" Omong-omong apa ka-san tau tentang Norman?"

" Entahlah...
ka-san hanya tau dia anak jenius yang ada di panti asuhan. Aku mengetahuinya saat ingin mengambil mu dari sana."

" Apa ka-san tau alasan kenapa aku hilang ingatan?"

" Hilang? Memangnya ingatanmu hilang sayang?"

" Aku hanya bercanda hehehe...Oh iya aku ingat! Bukannya aku mau membersihkan kamar hari ini?! " Aku mencium pipi ibuku lalu naik ke atas menuju kamar ku.

Kenapa ka-san gak tau?.

Kalau di pikir-pikir Emma, Ray dan yang lainnya tidak lupa ingatan.

Kenapa hanya aku yang lupa?.

Aku juga merasa jika Norman tidak tau bahwa aku 'lupa ingatan'.

Aku juga tidak tahu alasan kenapa Ray menyuruh yang lainnya untuk tidak buka mulut tentang ingatanku.

Entah kenapa kepala ku pusing akibat suara yang bersahutan di kepala ku hingga akhirnya aku mendaratkan satu pukulan ke lemari baju yang berada di sebelah ku.

Lemari itu bergetar akibat guncangan yang aku berikan, dan sebuah benda pun jatuh menghantam kepalaku.

Aku merintih kesakitan sambil mengelus kepala ku hingga akhirnya aku melihat benda itu sudah tergeletak di lantai.

"Buku?"

Aku meraba permukaan benda itu, sangat berdebu. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk meletakkannya di meja.
Melompat ke kasur ku dan lalu terlelap. Di saat bangun aku memutuskan untuk bertemu dengan Ray.

***


Dan di sini lah aku sekarang, sendirian di tengah keramaian sambil ditemani kopi kaleng panas.
Aku melirik jam tangan ku, ternyata sudah 2 jam berlalu.

Aku memutuskan untuk pulang dan mengirim pesan ke Ray supaya ia tidak datang. Jujur aku sedikit marah, tapi mungkin ada urusan mendadak hingga ia tak datang atau mengangkat telfonku.

***

Paginya

" (Y/N) kau sudah bangun? Kenapa kau terlambat bangun? Kau begadang?" Aku mengangguk pelan setelah pertanyaan beruntun yang di berikan oleh ibuku sendiri.

Masih banyak omelan lainnya tapi aku tidak begitu mendengarkannya. Aku tetap fokus dengan kue kering dan susu yang ia sediakan.

Sebenarnya aku bukan mau begadang atau apapun itu. Aku hanya gelisah nggak bisa tidur, aku terus kepikiran Ray malam itu.

" (Y/N)! Handphone mu ka-san cabut ya dari charger. Ka-san mau nge-charger handphone!"

" Loh kan aku baru mencharger-"

" Ini notifikasi panggilan tak terjawab banyak di layar handphonemu..."

" Siapa?"

" Entahlah, nomor tak dikenal" ka-san memberikannya padaku. Tanpa melihat berapa persen baterai yang terisi aku langsung menelfon nomor tersebut.

" Halo?" Kata ku memastikan lawan bicara ku lewat telfon.

" Hiks..(Y/N)..hiks" Aku heran dengannya yang tiba-tiba saja menangis sambil menyebut namaku. Suara tersebut cukup familiar

" Emma? Itu kau? Kenapa kau menangis?"

" Hiks...hiks...hiks..."

" Hey, jangan menangis Emma...katakan pelan-pelan. Aku akan mendengar mu..." Kataku dengan suara lembut berusaha untuk menenangkannya.

" Hiks....Ray.."

" Iya. Ray kenapa?"

(Note: coba tebak :v)

































































































































Semangat scroll nya









































































































" Meninggal.............Ray meninggal"

Energi ku terasa terkuras habis setelah mendengar perkataan itu.

".............."

Aku terisak dan pengelihatan ku mengabur karena air yang tiba-tiba memenuhi bagian mataku.

" (Y/N)! Kau kenapa?!" Ka-san menghampiri ku. Dia memelukku setelah mengetahui kejadian yang terjadi.

_____________________________________

" Andai saja aku tidak memanggil mu saat itu" -(Y/N)

To be continue...

Lanjut gak nih?🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lanjut gak nih?🙃

05.02.22

My Promise 2 (Ray x reader)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang