16

6.3K 668 32
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo, tapi kalau kalian ngeliat kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Setelah kemarin ada kejadian tidak mengenakan yang bikin pemuda itu terpaksa keluar dari rumah, hari ini jadi hari kedua Naresh resmi tinggal di rumah Jeno. Kali ini Naresh gak lagi bangun kesiangan kaya sebelumnya meskipun semalam dia baru bisa tidur menjelang pagi.

Pukul 9 pagi Naresh sudah selesai membantu mami memasak untuk hari ini. Pria itu juga sudah mandi dan rapih dengan setelan celana bahan coklat muda dipadukan dengan kaus putih dan sweater coklat sebagai luaran. Hari ini ia dan keluarga Jeno berencana untuk pergi ke dokter kandungan, kemudian jalan-jalan sebelum nanti sore mereka akan mengantar papi Jeno ke bandara.

"Naresh udah minum air putih?"

Sementara ketiga lelaki di rumah itu hanya duduk duduk di ruang keluarga, satu-satunya perempuan disana masih sibuk menyiapkan kudapan di dapur untuk mereka. Tipikal ibu-ibu lokal selalu bawa cemilan saat perjalanan meski waktu tempuh perjalanan mereka tidak lebih dari 40 menit.

"Udah mi." Naresh menjawab dengan sedikit keras karena posisi mereka yang agak jauh.

Tidak lama Ivani datang menyusul mereka semua di ruang keluarga. Wanita itu menaruh satu botol minum besar di meja.

"Ini bawa minum yang besar buat Naresh harus minum yang banyak."

"Gede amat mi." Heran Darma.

"Ya kan orangnya banyak, sekarang kita berlima." Jawab Ivani yang membuat mereka merengut bingung.

"Empat kali mi." Sanggah Jeno.

Ivani cuma ketawa liat mereka kebingungan, "Lima! Papi, Mami, Nolan, Naresh, sama si bontot." Wanita itu menunjuk ke arah perut Naresh dengan dagunya.

Yang lain hanya geleng-geleng kepala denger perkataan si mami. Jika boleh jujur Naresh sama sekali tidak merasa tidak nyaman disini, meski ini pertama kalinya ia tinggal bersama keluar kekasihnya. Dengan alasan tinggal yang sebenarnya kurang mengenakan, namun keluarga Jeno tetap memperlakukan Naresh dengan baik, tidak pernah membedakannya dengan anak kandung mereka. Yang Naresh senangi lagi ialah mami dan papi Jeno terlihat senang dan tidak terganggu dengan kehamilan Naresh, mereka justru jadi dua kali lipat lebih perhatian pada Naresh dan selalu memastikan bahwa Naresh merasa nyaman di rumah mereka.

"Dah ayok berangkat takut macet nanti soalnya hari minggu."

Mereka mutusin buat jalan satu jam lebih cepet dari janji temu dokter kandungan yang udah dibuat mami buat Naresh. Jeno jalan keluar lebih dulu sambil bawa koper papinya dan nenteng botol minum ukuran 2 liter. Pria itu duduk di depan buat nyetir, kursi di sebelahnya diisi sama kepala keluarga mereka, sementara Naresh dan mami duduk di kursi belakang.

"Naresh mau ngemil buah ya?"

Perjalanan baru 10 menit tapi Ivani udah lebih dari 3 kali nawarin Naresh buat makan cemilan yang dia bawa, entah itu kue, roti, ataupun buah.

"Boleh deh mi." Karena gak enak terus terusan ditawarin, Naresh jadi ngeiyain tawaran wanita di sebelahnya itu meski sebenernya dia masih agak kenyang habis sarapan pagi tadi. Alhasil di sepanjang perjalanan mereka ke rumah sakit bahkan sampe mereka nunggu panggilan, Naresh keterusan nyemilin buah dan kue. Bikin Jeno gemas sendiri ngeliat pacarnya yang gak berhenti ngunyah.

"Atas nama Naresha."

Satu keluarga itu langsung berdiri begitu nama Naresh dipanggil. Mereka mutusin buat masuk semua setelah mami sebelumnya minta izin sama perawat disana juga dokter kandungan yang bakal meriksa Naresh.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang