21

6.3K 642 35
                                    

Teman-teman sebelumnya maaf kalau masih ada kesalahan penulisan atau typo dikarenakan aku tidak sempat membaca ulang dan mengedit seluruh part ini. Kalau kalian liat ada kesalahan dan ngerasa gak nyaman bisa kasih tau aku di comment yaa supaya bisa aku perbaiki, terimakasih.

Hope You Enjoy It!

~~~

Sejak pagi Naresh sudah sibuk dengan segala kegiatan yang ia lakukan membuat Jeno yang memperhatikan jadi ikut lelah. Jeno sadar kalau laki-laki mudah itu sedang ngambek perihal ia pulang larut tanpa kabar semalam, namun pria itu sudah meminta maaf tadi pagi saat mereka bangun tidur. Jeno menjelaskan semuanya dari mulai ponselnya yang mati saat ia tiba di rumah makan, sampai mengantar seniornya pulang. Jeno pikir Naresh memang sudah memaafkannya, mengingat anak itu bukanlah tipe orang yang senang merajuk. Tapi setiap Jeno ajak bicara selalu ada saja alasan Naresh untuk menunda pembicaraan mereka yang membuatnya terlihat jelas sedang menghindar.

"Sayang makan dulu, kamu baru sarapan susu aja tadi."

Jeno membuka pintu kamarnya, melihat Naresh duduk di meja belajar miliknya. Pria itu izin untuk belajar di kamar sejak 3 jam lalu dan tidak keluar sama sekali.

"Hm."

Mendengar Naresh yang hanya menyahuti dengan sahutan, Jeno masuk ke dalam kamar.

"Ayo turun makan."

Naresh masih sibuk dengan tumpukan soal di depannya mengabaikan eksistensi kekasihnya.

"Nanti aja sekalian makan siang." Naresh sibuk mencoret kertas, yang sebenarnya hanyalah angka asal-asalan. Pria itu sengaja terlihat sibuk karena memang masih merasa kesal dan ingin menghindari Jeno.

Jeno mengusap kepala Naresh, "Kamu mau aku pesenin makanan? Lagi pengen apa?" Tanya Jeno lembut.

Yang diusap memiringkan kepalanya, menjauhi tangan besar yang menempel disana. "Aku lagi pengen belajar, dikit lagi aku ujian."

Helaan nafas panjang keluar dari mulut Jeno. "Kamu udah belajar 3 jam loh, dari kemarin juga aku yakin kamu udah banyak belajar. Sekarang istirahat dulu, makan, ya?"

Tidak ada suara, hanya gelengan yang Jeno dapat sebagai jawaban. Naresh menghembuskan nafasnya yang tidak sengaja ia tahan daritadi begitu Jeno pergi dan menutup pintu kamar.

Telapak tangan Naresh basah karena keringat. Sebenarnya pria itu sedikit gugup ketika harus bertingkah seperti tadi, mungkin karena ini pertama kalinya ia merasa kesal sampai ingin mendiami Jeno.

Tak berapa lama Jeno kembali ke dalam kamar, membawa nampan berisi sepiring makanan lengkap dengan minum dan beberapa potong apel.

"Kalo belum mau makan, cemilin dulu aja apelnya, kalo kurang aku ambilin." Jeno meletakan nampan di atas nakas sebelah kasur. Naresh melirik ke arah Jeno, sebelum laki-laki itu sadar ia sudah mengembalikan pandangannya ke depan.

"Dimakan loh ya, sayang." Diuasapnya kepala Naresh sebelum yang lebih tua keluar dari kamar tidur.

Naresh membuang nafasnya kasar. Sebenarnya hari ini ia sama sekali tidak belajar, ia hanya berpura-pura membaca dan menulis agar Jeno berpikir kalau ia sedang sibuk. Pria itu melihat ke arah makanan yang tadi Jeno bawa dengan mata berbinar. Ia merasa sangat lapar karena belum makan sejak pagi, pun semalam ia hanya makan sedikit karena malas makan sendirian.

Tapi rasa dongkolnya berhasil mengalahkan rasa lapar di perutnya. Ia memutuskan untuk tidak menyentuh makanannya dan kembali menyibukkan dirinya. Naresh merebahkan kepalanya di atas meja, mencoret buku dan kertas dengan pensil membuat gambar apapun yang terlintas dalam otaknya.

Ain't Larch [NOMIN] ✔Where stories live. Discover now