Bab 10. Berteduh Bersama

43 18 7
                                    

Sekolah sudah bubar 10 menit yang lalu, tapi ada satu mobil penjemput yang masih setia di parkiran luar sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekolah sudah bubar 10 menit yang lalu, tapi ada satu mobil penjemput yang masih setia di parkiran luar sekolah. Hingga sebuah sepeda melintas di samping mobil tersebut. Lalu kembang senyum sang penumpang tercetak jelas di bibir.

"Ikuti, Pak!"

Siapa lagi kalau bukan Lingga! Anak sultan Jakarta yang nyasar ke Kalimantan lalu bertemu dengan Saka yang kata orang sekitar bisu.

Lingga mengamati pergerakan Saka yang melaju tenang dengan sepeda di depan mobil Dayat. Apabila Saka berbelok, Lingga juga ikut berbelok hingga di depan sana ada lampu lalu lintas yang memerah. Saka menoleh ke belakang memastikan tidak ada yang mencurigakan. Hanya ada pemotor dan pemobil yang tak acuh terhadap telisik mata Saka. Merasa aman, Saka kembali fokus bersepeda setelah lampu menjadi kuning lalu hijau. Tidak tahu saja cowok itu sedang dibuntuti Lingga.

Rinai membesar perlahan, gesekan dedaunan basah bergemuruh nyaring bersama angin kencang. Cakrawala tampak sendu dengan bercak abu-abu gelap. Seluruh aktivitas di luar ruangan perlahan bubar. Pesepeda, pemotor hingga pedagang keliling harus menunda perjalanan mereka. Kali ini hujan kembali turun sangat lebat di Kota Banjarbaru.

Beruntung, petir dan guntur hanya sesekali menyertai alunan hujan. Jalanan terlihat lenggang pengendara, genangan air ada di mana-mana. Motor-motor yang menepi terlihat mengkilap akibat sapuan air.

Saka juga ikut menepi di halte yang seketika penuh dengan manusia. Saka berdiri di pojok membiarkan jaketnya terkena cipratan air dari atap halte yang mengalir deras di samping kirinya. Ia menyibukkan diri mengusap bercak air di wajah lalu menunduk menggambit jari-jari agar terasa hangat.

"Saka?"

Saka lantas mendongak ketika suara tak asing menyapanya. Panggilan lembut, senyum lebar, wajah dipenuhi cipratan air, kerudung lecek akibat air hujan, lalu pandangan Saka tertuju pada mobil di hadapan mereka. Alias Saka tahu, Lingga sengaja turun dari mobil.

Alis saka turun sebelah dengan tatapan menerawang langit. Ngapain, ya?

Di sekolah!

Di kelas!

Di meja yang sama!

Di tempat kerja!

Bahkan di jalan?

Sepertinya akhir-akhir ini di hidup Saka ada Lingga di mana-mana!

Saka mengangkat dagu dan mengurai telapak tangan isyarat bertanya tujuan Lingga datang ke sini untuk apa.

"Oh itu ...." Lingga tertawa kecil sebentar dengan wajah yang sengaja dipalingkan ke arah mobil. "Aku? Neduh."

Saka meluruhkan bahu perlahan, jujur saja, ia lelah dengan sikap Lingga yang spontan, kurang rasa malu dan selalu mencari cara untuk mendekati Saka. Ya meski cuma asumsi Saka belakangan ini, tapi itu faktanya 'kan?

Sakalingga (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang