ENAM BELAS

330 55 1
                                    

Seminggu berlalu, akhirnya kaki Kanaya mulai pulih meski belum bisa di gunakan berlari dan dia harus hati-hati sekali saat berjalan agar tidak tersandung dan memperburuk kondisi.

Kanaya juga sudah baikan dengan Aksara. Pria itu bilang, dia tidak tega marah lama-lama dengan Kanaya, kasihan. Mana selama seminggu penuh Kanaya bolak-balik minta maaf setiap berangkat dan pulang sekolah. Bahkan setiap mau tidur pun, Kanaya menyempatkan diri untuk minta maaf. Dan karena hal itu, Aksara merasa tidak tenang karena mendapat spam chat maaf dari Kanaya.

Kanaya itu, dasar cewek ajaib. Dia itu sebenarnya mau minta maaf apa mau santet orang sih? Serem bener.

Pagi ini, semua murid berbondong-bondong pergi ke lapangan untuk melakukan senam sehat bersama.

Meskipun kakinya masih sakit, tapi Kanaya tetap menyempatkan diri untuk ikut senam bersama yang lain. Lagian kata Ayah,kalau kakinya terus di manjain nanti gak sembuh-sembuh.

Biasanya, senam bersama paling lama dua jam habis itu istirahat sebentar sebelum masuk pelajaran.

”Ya, letoy amat kayak kembang goyang. Yang semangat dong kayak badut vivo mencari cuan," celetuk Aksara yang senamnya udah gak karuan. Instruksi guru yang di depan gimana, si Aksara gimana. Emang anaknya hiperaktif banget.

Kanaya yang baris di belakangnya aja jadi malu sendiri dengan kelakuan Aksara.

”Senam yang bener gini, Ya." Aksara mencontohkan goyang ngebor di hadapan Kanaya sehingga menimbulkan gelak tawa bagi beberapa anak yang melihatnya. Untung mereka baris paling belakang, jadi gak begitu keliatan sama guru-guru. Coba kalau paling depan, palingan si Aksara suruh jadi guru tutorial di depan.

”Aksa somplak, itu bukan senam stres,” gerutu Kanaya yang berusaha membalik tubuh Aksara agar pria itu menghadap depan.

”Ikutin, Ya. Selain membuat tubuh berkeringat, senam ini di jamin membuat pantat jadi kencang.” Kanaya menutupi wajahnya malu, seharusnya Aksara yang malu. Tapi di sini malah Kanaya yang malu setengah mati melihat kelakukan absurd Aksara.

Karana Aksara sulit di atur, Kanaya tak punya pilihan. Gadis itu membuat ancang-ancang dan segera meninju perut Aksara dengan kencang hingga pria itu jatuh tersungkur.

Kanaya yang merasa puas melihat Aksara akhirnya diam, memutuskan untuk minta izin agar ia bisa kembali ke kelas. Sepertinya, kakinya ini belum benar-benar bisa di pakai untuk akitivitas seperti biasa. Sejak tadi kakinya ngilu. 

Usai mendapatkan izin, Kanaya bergegas ke kelas. Gadis itu menjatuhkan bokongnya di bangku sembari memijat pergelangan kakinya yang ngilu tadi.

”Gimana mau ikut kemah kalo gini?” Kanaya mengembuskan napas kasar, gadis itu kemudian mengambil botol minum di dalam tasnya dan meneguknya sedikit.

Selang beberapa menit kemudian, datanglah seorang pria yang menghampiri meja Kanaya.

”Pake ini," katanya yang menyodorkan sebuah koyo pada Kanaya.

”Lo ngikutin gue ya?”

”Emang. Habis gue lihat jalan lo kesakitan, akhirnya gue minta koyo ke UKS.”

”Gak usah, mending lo pergi aja deh.”

Tak menggubris, pria itu justru berjongkok untuk memasangkan koyo pada kaki kanan Kanaya yang sakit.

”Pelan-pelan dodol!” Kanaya reflek menjambak rambutnya.

”Sorry, habisnya rambutnya cocok banget buat di jambak.” Kanaya mengalihkan pandangan usai berkontak mata dengannya.

Pria itu tersenyum tipis. ”Lo masih sama kayak dulu.” dia kemudian mengusap puncak rambut Kanaya sehingga gadis itu mendadak stagnan di tempatnya.

”Woi mantan gokil! Berani-beraninya lo nyetuh pacar gue?!” Kanaya langsung tersadar usai mendengar suara Aksara yang mirip toa masjid.

”Lo kayaknya emang suka nyari gara-gara ya? Mau berapa banyak cewek lagi yang lo baperin abis itu lo tinggal?” Aksara mencengkram kerah pria itu.

”Kalo Lo mau baperin cewek-cewek lain terserah, tapi jangan si Aya. Dia pacar gue,dan status lo ini, cuma mantan brengseknya doang,” kecam Aksara dengan napasnya yang menggebu, matanya melotot dan wajahnya amat serius.

Ini adalah kali pertama bagi Kanaya melihat wajah Askara seserius itu. Bahkan, dari ucapannya saja membuat Kanaya diam seribu bahasa. Masalahnya bukan apa, ini si Aksara kayak marah beneran setelah tau pacarnya di pegang cowok lain. Padahal kan, kalau pacaran bohongan, gak usah powerfull banget marahnya.

”Aksa, udah. Nanti kalo ribut, malah jadi heboh.” Kanaya beranjak dari bangku, dia coba melerai keduanya.

”Denger ya banci, kalo sampe gue lihat lo deketin pacar gue lagi, gue smackdown lo sampe mampus!” Aksara lalu melepaskan cengkeramannya, membiarkan pria itu pergi meninggalkan kelas mereka.

”Aksa, kayaknya lo berlebihan deh. Kan kita cuma pura-pura doang, kenapa lo marahnya beneran gitu?” Aksara tertegun. Dia memutar otak untuk menentukan jawaban yang masuk akal.

”Y-ya, gue gak mau liat lo nangis lagi lah. Emang cowok cuma dia? Masih banyak kali. Yang ganteng dan jago ninju misalnya,” katanya yang membuat dahi Kanaya berkerut.

”Ayah dong.”

”Ya bapak lo kan udah tua Aya, udah beristri juga. Ngadi-ngadi nih orang.”

”Terus maksudnya lo?”

”Ha? Gimana? Gue?”




🔸🔸🔸







Nah" si Aksara diem" menghanyutkan. Part ini Aksaranya lupa minum obat ya kawan", jadi harap maklum

Jangan lupa gais, vote dan komennya

FRIENDSH!T✓Where stories live. Discover now