"Misi kali ini sangat repot men. Kenapa Bokuto tidak mencari omega lain yang lebih mudah, kenapa harus dari bandar joker itu?" Dengan mulut tersumpal kue-kue Korai menggerutu.
"Karena orang itu juga sama gilanya." Jawab Komori singkat. Ia mendengus lalu menatap pada Atsumu. "Jadi bagaimana?"
"Setengah dari seluruh kekayaan Bokuto, sampai tujuh keturunan bisa menjalani hidup bergelimang harta tanpa perlu repot kerja.." Gumam Suna menkalkulasi.
"Tsumu?" Osamu duduk di samping kembarannya yang hanya diam. "Kau kenal dengan keluarga Kageyama? Kau bereaksi saat mendengar nama itu tadi."
Netra si kuning melihat permukaan kolam yang riuk. "Misi terakhir itu.. 2 tahun lalu.. Seseorang dengan nama Kageyama bilang dia harus pulang karena istrinya tengah hamil besar.. Tapi karena kegagalan misi, dia bernasib sama dengan yang lain, mati terperangkap di dalam gedung.."
Osamu dan semua orang yang mendengar penuturan Atsumu terdiam. Si pirang bangkit berdiri kemudian berbalik menatap mereka. "Kalau ada dari kalian yang tidak mau ikut, tidak masalah, aku akan menerima misi ini."
Korai bangkit berdiri. "Mana bisa begitu, kau kaptennya, dan kita selalu mengikuti kata kapten."
Sakusa dan Sachiro mengangguk.
"Kalau begitu siapkan helikopternya, kita berangkat ke Jepang sekarang, Komori." Yang disebut namanya bangkit berdiri menganggukan kepala.
Dalam benak Atsumu, dia lebih ingin menyelamatkan Kageyama terakhir itu dari naungan Oikawa daripada bayaran yang Bokuto tawarkan. Setidaknya kalau Tobio dibawa ke pecahan surga ini, di tempat Bokuto, omega itu tidak tertekan lagi. Hal itu bisa menebus sedikit dari besar rasa bersalahnya.
"Kita akan mendarat di dalam area"
Mereka mengangguk menyusun strategi.
.
.
.Menyeberangi jalur laut, benda besar berbaling-baling itu tiba di Sendai. Mendarat pada debuah puncak gedung pencakar langit yang memiliki helipad.
Dengan stelan hitam bak agen swat, lengkap dengan jubah anti peluru, sarung tangan, amunisi cadangan, dan senapan AK di masing-masing tangan mereka, Wolf Shadow siap bergerak.
Dibawah komando Atsumu semuanya turun dan berdiri di pinggir gedung. Menggunakan teropong jarak jauh Osamu melihat gedung lain yang menyala dengan lampu berwarna-warni. "Orang itu mengadakan pesta."
Suna menerbangkan drone guna melihat situasi sekitar dibawah dan berapa jarak tempuh menuju gedung bekas pusat pemerintahan yang kini dirubah Oikawa menjadi markasnya.
"Beberapa lampu jalanan mati dan beberapa orang rabies berkerumun di sudut-sudut jalan. Selebihnya kurasa aman. Jarak perkiraan 3 kilometer dari sini sampai ke markas."
Penuturannya mendapat anggukan dari Atsumu. Selagi Suna menginformasikan, Sakusa, Korai, dan Sachi sudah memasang tiga tali sebagai sarana mereka turun dari puncak gedung.
"Dapatkan omega itu dan segera kembali kemari. Sebisa mungkin hindari pertarungan yang tidak perlu."
Mereka turun dengan tali begitu cepat dan setibanya di bawah, terasalah nuansa suam dan dingin dari kota mati itu. Ditambah langit yang mulai bergemuruh dan merintikan tetes hujan kecil, makin lengkaplah citra terkutuk dari tempat yang sudah minim kehidupan.
"Oi, ada sebuah mobil yang bisa digunakan disini!" Teriak Sachi. Mereka yang sebelumnya sempat berpencar kembali berkumpul. Suna sang ahli navigasi duduk di depan bersama Komori spesialis supir.
Menstater mobil yang tak kunjung nyala. "Sial, berapa lama benda ini tidak digunakan.." Motoya mengumpat masih sambil berusaha menyalakan mobil.
"Oi, ada manusia berlari kemari.." Ujar Korai yang duduk di bangku paling belakang bersama Sachi. "Apa itu yang disebut manusia rabies??" Tanya si rambut coklat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere We Call Home (END)
Fanfiction(Omegaverse, criminal au) Disaat kehadiran omega sudah menjadi langka dan diperebutkan para alpha. Pair: AtsuKage, BokuKage, Oikage No hate on any chara this is fanfiction only. Charas and arts aren't mine, but storylines is. Do not copy nor remake...