Bab 8

149 13 0
                                    

Dan setelah lama tak terjadi obrolan, Alvaro pun membuka kata dengan sebuah pujian, pujian yang memecah sunyi malam itu. Alvaro berkata pada Rossa.

"Rossa, aku tahu kita telah duduk disini begitu lama, setelah melewati kegiatan hari ini yang cukup menguras energi, pikiran maupun hati. Namun dengan melihat wajahmu yang suka cita seakan menyambutku disini dengan sedikit make up yang telah luntur itu cukup mengembalikan semangatku untuk menghabiskan malam ini. Ya malam yang sangat berkesan dan ditemani seorang yang akan membuat sejarah dan mengukir kisah hidupku nanti."

"Rossa, kau begitu mempesona. Bukan hanya untuk hari ini melainkan setiap waktu kau begitu mempesona."

Rossa pun tersipu dan seakan terbang menuju angkasa mendengarkan pujian sang kekasih. Tak ada kata yang dapat dia ucapkan lagi. Hanya rasa syukur kepada pemilik hidup karena telah mempertemukannya kepada sosok pria bernama Alvaro.

Alvaro pun berkata pada Rossa.

"Rossa, ingatkah beberapa tahun yang lalu diawal kita bertemu."

"Ya, gedung sekolah itu seolah menjadi saksi bisu pertama kali aku memandang gadis yang ada di depanku saat ini."

"Gadis yang terus aku cintai dan doakan sepenuh hati, agar kelak diberi sebuah kesehatan dan umur panjang untuk dapat terus menua bersamaku."

"Beberapa tahun yang lalu kita adalah remaja yang masih mencari jati diri, mereka-reka apa itu arti cinta."

"Rossa, beberapa tahun yang lalu disaat kita bertemu, aku hanya seorang remaja pria yang tak memiliki pengalaman jatuh cinta."

"Bahkan aku tak tahu bagaimana cara memulai obrolan denganmu, ya obrolan yang tak ingin cepat diakhiri."

"Saat itu seolah aku hanya bisa titip pesan melalui dinding dan meja di kelas kita, walaupun aku tahu itu mustahil tapi aku tetap mencoba."

"SMA itu menjadi saksi bisu akan sorang pria remaja yang jatuh hati pertama kalinya."

"Rossa, saat itu aku hanya bisa diam mengagumimu, ya mengagumi salah satu makhluk Tuhan yang paling indah."

"Aku mulai mencari tahu tentang dirimu, aku berselancar di sosial media kala itu. Bahkan bodohnya aku saat itu belum mengenal siapa namamu."

"Yang aku tahu, kau bagaikan putri dari ujung pulau yang sengaja dihadirkan untukku kala itu."

"Rossa, tahukah kamu kala itu aku tak bisa merangkai kata yang indah namun aku ingin sekali menyapamu."

"Menyapamu untuk pertama kalinya dikala itu dan berharap kau tahu aku mengagumimu."

"Rossa, aku terus mencari siapa nama gadis berparas menawan yang kini duduk di hadapanku."

"Akhirnya kala itu aku beranikan mengikuti audisi untuk masuk ke hatimu, ya aku sebut itu audisi. Aku tahu kau berada di dalam lingkaran para penganggumu, dan aku putuskan untuk menjadi salah satu dari mereka."

"Rossa, tahukah kamu. Jika saat itu ada kursus untuk menaklukkan hatimu, aku adalah orang pertama yang akan mendaftar. Aku akan menulis semua rumus cara menaklukan hatimu kala itu. Tapi aku tahu itu hanya halusinasi."

"Sebagai remaja yang baru kelas 1 SMA dan tak pernah memiliki pengalaman menaklukkan wanita aku hanya bisa berharap semua usahaku langsung dapat menusuk tepat di hatimu."

"Bahkan aku berkata pada diriku saat itu."

"Ya, berkata dalam hati perlombaan ini bukan tentang siapa menang dan kalah tetapi siapa yang akan menjaga hati seorang pujaan untuk seterusnya."

"Ya, dalam mendapatkanmu saat itu aku tak peduli seberapa besar peluangku, tapi aku berkata pada diriku untuk menjadi nomer satu dan satu-satunya."

"Ya, menjadi nomer satu di hati gadis pujaan yang datang dari seberang pulau nan jauh disana."

"Setiap malam dikala itu aku terus memikirkan tentangmu, bagaimana cara menaklukkan hatimu? Bahkan siapa sainganku nanti untuk mendapatkan hatimu."

"Maafkan aku, Rossa. Mungkin kala itu caraku memperhatikanmu membuat dirimu menjadi risih, bahkan agak terkesan norak."

"Tapi semua upaya untuk memenangkan hatimu, menjadi yang terbaik dari semua remaja baik yang mendekatimu kala itu."

"Aku ingat pertama kali aku mendapatkan kontakmu, saat itu juga aku berpikir hingga larut malam hanya untuk merangkai kata, ya merangkai kata untuk menyapamu dan pesan itu akhirnya terkirim dua hari setelah itu."

"Sialnya aku hanya dapat merangkai kata "Hai" setelah berpikir sekeras itu, dan saat itu aku mencaci cara berkomunikasiku yang tiba tiba menjadi hilang begitu saja."

"Namun memang saat itu Tuhan baik padaku, kata "Hai" yang kukirim bersambut darimu."

"Namun untuk seorang remaja seperti aku dikala itu, aku hanya bisa tersenyum dan bersuka ria hingga membayangkan hal indah akan terjadi dengan cepat sehingga aku lupa membalas sapaanmu kala itu."

"Ya, sapaan yang membuat aku berhalusinasi seakan aku telah memenangkan audisi masuk ke hatimu."

"Walaupun itu terlihat sangat norak, tapi aku begitu bersuka cita."

"Rossa, pada akhirnya kala itu hari berganti dan waktu berlalu. Keberanianku pun bertambah, aku sangat percaya diri akan memenangkan hatimu kala itu."

"Aku selalu mencuri pandang untuk melihatmu, aku coret-coret meja sebagai media belajar cara mendapatkan cintamu."

"Mungkin jika meja itu dapat berbicara dia akan mengumpat, ya mem-bully ku yang sangat tak punya nyali saat itu."

"Namun kala itu fokusku selain sekolah juga mendapatkanmu, bukan berarti aku membagi kewajibanku tapi kamu salah satu ujian hidup kala itu adalah mendapatkan hatimu."

"Pada akhirnya tepat hari kemerdekaan negara kita 17 Agustus 2015 kala itu aku berhasil mengajakmu keluar. Ya, keluar dengan dompet anak SMA yang ala kadarnya saat itu."

"Setelah sekian lama hanya berani berbicara padamu lewat telepon akhirnya aku berusaha memerdekakan hatiku juga kala itu."

"Aku ingat aku menjemputmu di kos kala itu, sebagai anak SMA yang pada umumnya aku hanya bisa mengajakmu makan es krim."

"Ya es krim itulah yang membantuku mencairkan hatimu juga pada saat itu."

"Dengan bantuan es krim saat itu, aku juga dapat berbicara padamu dengan cair."

"Rossa, aku ingin memilikimu, menjagamu dan mencintaimu." kenang Alvaro.

"Ya, tepat 17 Agustus 2015 hatiku yang terjajah akhirnya merdeka, Rossa."

"Kau menjadi yang pertama mengisi hidupku dan aku berharap yang terakhir."

***

CERAI [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang