1

13 5 0
                                    


Welcome to SMA Negeri 2 Budi Kasih

Yang Pernah Datang Tidak Pernah Kembali





Burung berkicau dan sinar matahari yang menembus gorden kamar Ardian, laki-laki kelas 11 yang akan segera mengikuti debat pemilihan calon ketua dan wakil OSIS, karena itu dia harus cepat pagi ini.

Ardian bangun dari tempat tidurnya lalu langsung mengambil handuk untuk mandi. Dirinya sudah tidak sabar ingin menyampaikan visi dan misi-nya ketika menjadi ketua OSIS kelak.

"Ciee, calon ketos semangat banget hari ini" Ucap Alvin, adiknya.

"Kalian berdua cepat habiskan makanannya, nanti terlambat" Ucap Mama Dina, Ibunda Ardian dan Alvin.
Jam telah menunjukkan pukul 06.45
Ardian dan Alvin perlu waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke sekolahnya, karena motor Ardian rusak terpaksa mereka berdua harus naik angkot.

"berangkat dulu ya Ma, Assalamu'alaikum, chup"
Ardian dan Alvin bergantian mencium tangan Mama Dina lalu berangkat ke sekolah.



~xXx~




Ditengah perjalanan Ardian duduk bersebelahan dengan seseorang menggunakan jaket hitam sedangkan adiknya duduk di depan dengki supir.

Orang itu membawa sebuah keranjang anyam besar yang biasanya digunakan untuk pergi ke pasar, didalam keranjang itu terdapat banyak sayuran, juga ada banyak buah kemang didalamnya dan sedikit bau anyir.


Karena tidak tahan dengan bau kemang yang menusuk Ardian pindah posisi ke tempat duduk yang dekat dengan pintu keluar.










"Wahh..... Parah banget deh masa tadi di angkot ada orang yang bawak buah kemang kayak mau bikin pesta"
Ucap Ardian yang telah sampai di sekolah, lebih tepatnya kelas XI IPS 2 sedangkan adiknya ada di X MIPA 1.

"Wahh seriusan? Ahahaha kenapa gk lo mintak satu?" Ucap Rifki yang yang memang suka dengan sambal kemang.
"Kamu aja yang mintak satu kalo berani, liatnya orangnya aja udah bikin senam jantung"

"Hahaha, iya iya. Wey An lo udah selesaiin pr blm"
Ucap Rifki dengan wajah seperti mintak baku hantam.
"Nih" Tanpa perlu ditanya lagi Ardian sudah tau apa maksud teman laknatnya ini.
"Wiih makasih An, tau aja hehe"


'Tapi bukan cuma bau kemang tadi, ada bau lain'

"Wey, wey, Buk Ririn datang"
Ucap seseorang yang biasanya menjaga pintu untuk mengawasi pergerakan dan langkah kaki guru serta apa yang mereka bawak.

"Ish, mana masih panjang lagi ini" Catatan pr yang ada di buku Ardian di foto oleh Rifki sebelum Ibuk guru masuk.

Keadaan kelas hening seketika, kecuali Rifki yang sedang menulis.

"Ehm Ibuk ada kabar duka untuk kalian, jadi ibu dapat panggilan dari Ibunya Arif, kalau Arif sudah meninggal"

Semuanya terdiam dengan jantung yang berdegup kencang, semua pasang mata mengarah kepada seorang guru yang berada di depan.


"Innalilahi wa innailaihi roji'un"
Ucap Serina, lalu diikuti dengan yang lain kecuali Ardian.

Seorang siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan sakit itu sekarang sudah tidak bisa datang ke sekolah lagi untuk selamanya.
Seorang siswa yang menjadi calon wakil OSIS dari Ardian itu sudah tidak bisa lagi mengikuti pemilihan OSIS.

"Arif meninggal pukul 9 malam tadi, jadi Ibu harap kalian semua bersiap-siap karena kita akan membantu keluarga Alm. Arif mempersiapkan pemakaman"

Semua anak-anak mulai menyandang tas mereka dan bersiap-siap untuk pergi, kabar duka yang tiba-tiba ini membuat mereka syok terutama Eka, pacarnya Arif.
Ketika semua anak sudah keluar semua hanya tersisa Ardian di sana, entah apa yang dipikirkannya tapi tampak wajahnya kelihatan pucat.


"Woy An? An?"

Ardian tersadar kala Rifki menepuk pundaknya, pikirannya sangat kacau sekarang kala mengingat pertemuannya dengan Arif, Arif mengatakan bahwa ia akan masuk sekolah hari ini.
Sekarang Ardian tidak mau memikirkan itu dlu, ia harus bersiap-siap untuk pergi ke pemakamannya.




~XxX~



"Kami turut berdukacita ya Buk, semoga keluarga yang ditinggal di berikan ketabahan"

'Dan Uang'

"Oh iya Buk, ini sedikit rezeki untuk Ibuk, memang gak seberapa tapi mudah-mudahan cukup untuk biaya pemakamannya"
Buk Ririn memberikan sebuah amplop coklat kepada Ibunda Arif.
Itu adalah uang hasil sumbangan yang sempat dikumpulkan oleh Serina dan Rio.

"Makasih banyak ya Buk, pasti akan saya pakai sebaik mungkin"

Setelah pemakamannya selesai semua orang kembali kerumahnya masing-masing, anak-anak kelas XI IPS 2 memutuskan untuk kerumah Ibunda Arif, sekarang yang tinggal disana hanyalah kakaknya dan Ibundanya.

Ketika masuk ke rumahnya tercium aroma kapur barus yang menyengat ditambah rumahnya yang bisa dibilang sempit dan hanya ada satu kipas angin saja.
Dirumahnya banyak sekali penghargaan-penghargaan yang pernah diraih Arif mulai dari SMP hingga sekarang, mulai dari lomba silat, turnamen catur, dan piagam penghargaan juara nasional jurusan IPS kategori ekonomi.

Wajar saja SMA Budi Kasih menerima murid berprestasi seperti Arif. Arif mendaftar melalui jalur prestasi, karena jika ia memilih jalur zonasi pasti ia tidak akan diterima.

Ardian tanpa sadar mengelilingi rumah Arif, entah mengapa seperti ada dorongan untuknya menelusuri lebih dalam lagi.
Baru saja ia akan membuka pintu yang bertuliskan Abang Arif, Ardian dikagetkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya.

"Cuu, kalian mau kemana?"

"Hwaaa...."
Ardian dibuat melompat oleh nenek-nenek yang  memegang tongkat kayu di tangan kirinya. Ardian belum pernah melihat nenek ini sebelumnya, apakah dia neneknya Arif.

"Astaghfirullah, Ibuk disini"
Ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja datang, ia langsung menuntut nenek itu untuk berjalan.
"Maaf ya nak, makasih udah jagain nenek"

Ardian hanya tersenyum kikuk menanggapi perkataan Ibuk itu. Sudah dipastikan bahwa nenek itu pasti adalah orang tua dari Ibuk tadi, hampir saja dikira setan oleh Ardian.
Ardian teringat Arif pernah mengatakan bahwa ia mempunyai saudara jauh di Palembang. Mungkin saja itu neneknya, pikir Ardian.

Setelah anak perempuan membantu Ibunda Arif beberes rumah, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah karena hari mulai gelap.













XxX....


Ketika sampai dirumahnya Ardian langsung mandi karena badannya sudah bau kapur barus, selain itu di pernah mendengar jika tidak mandi setelah pulang dari pemakaman akan mendatangkan penyakit.

"Hahh, kenapa bisa? Padahal semuanya sudah kami kembalikan"
Ucap Ardian sembari menatap air di dalam bak.




Tes....

Tes,

Tanpa Ardian sadari ada air menetes dari makhluk yang ada di atasnya.





TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Budi kasihWhere stories live. Discover now