03 - Namanya...

246 14 3
                                    




💍💍




Gabriel Padantya Benedict.

Nama yang begitu familiar dikalangan orang-orang yang tertarik dan berkecimpung didunia bisnis.

Keluarga Benedict memiliki perusahaan yang paling berpengaruh di negeri ini.
Dan Gabriel ikut serta mengambil alih memimpin perusahaan milik sang kakek tersebut. Namun dibalik itu semua, perusahaan startup yang Gabriel dirikan baru-baru ini menjadi topik terhangat dibicarakan.

Gabriel anak semata wayang, kedua orangtuanya sudah meninggal dunia saat dirinya baru berusia 1 tahun. Ia dibesarkan oleh sang kakek yang meski saat ini umurnya menginjak kepala 6, tapi pria itu tetap gagah dan tampan saat dibalut setelan jas.

Gabriel dulunya anak yang cukup pendiam, dan lebih banyak menyendiri. Terutama saat dirumah, ia lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakaan daripada bermain dengan anak-anak seumurannya. Bukan karena apa, hanya saja teman-temannya itu sering kali mengejeknya karena tak memiliki orangtua.

Saat duduk dibangku kelas 4 SD, Gabriel memutuskan untuk menerima ajakan sang kakek untuk tinggal di luar negeri. Setelah sebelumnya menolak keras ajakan tersebut dengan berdalih tak mau jauh dari makam kedua orangtuanya.

Namun setelah pertimbangan yang cukup dan beberapa kejadian yang membuatnya harus pergi menjauh. Gabriel pun pindah keluar negeri hingga ia lulus perguruan tinggi.

Beberapa kejadian yang dimaksud adalah salah satunya kejadian 17 tahun silam. Lebih tepatnya pada hari Sabtu dimana jam pelajaran ekstrakurikuler berlangsung.

Gabriel yang mengikuti club baca, saat itu tengah menelusuri lorong rak-rak buku di perpustakaan untuk mencari buku yang hendak  ia baca. Ditangannya sudah ada beberapa tumpukan buku yang siap untuk dibawa ke meja yang tersedia diruangan tersebut. Hingga, kejadian yang tak diinginkan terjadi.

Gabriel tak sengaja menubruk seorang siswi hingga menyebabkan tumpukan buku yang ia bawa menimpa siswi itu. Karena panik, Gabriel langsung melarikan diri. Meninggalkan siswi yang ditimpa beberapa buku tersebut.

Esoknya, Gabriel memberanikan diri untuk menjumpai siswi itu berniat meminta maaf. Setelah Gabriel cari tahu, ternyata siswi itu anak kelas 2 dan merupakan anak club tari dan piano. Terlebih lagi, siswi itu merupakan putri dari kepala sekolah.

Gabriel sudah berdiri diambang pintu kelas, namun karena terlalu takut ia mengurungkan niatnya untuk meminta maaf.

Hingga pada hari Sabtu, seorang siswi bergabung dengan club baca. Dan ternyata itu siswi yang Gabriel tabrak minggu lalu.

Gabriel yang melihat bekas pada kening siswi itu jadi merasa bersalah. Hingga pada saat semuanya sibuk dengan bukunya masing-masing. Gabriel dengan tekad yang bulat datang menghampiri siswi bernama Grey tersebut.

Gabriel berdiri dihadapan Grey yang duduk di lorong rak buku. Tak lama, Grey mendongak menatap Gabriel.

"Owh, maaf kak. Mau ngambil buku ya?"

"Ti-tidak," jawab Gabriel gugup.

"Terus? Kok dari tadi kakak berdiri disitu?"

"Hm, aku ingin minta maaf."

"Minta maaf?" heran Grey.

"Hmm, minggu lalu yang nabrak kamu itu aku."

Mata Grey langsung membulat, membuat Gabriel takut.

Grey berdiri dari duduknya, tangannya terlihat mengambil ancang-ancang. Gabriel yang sudah pasrah lantas menutup matanya rapat-rapat.

Lama tak merasakan apa-apa, Gabriel memutuskan untuk membuka matanya.

Dan...

Prukkk...

Auhhhh....

.
.

"Grey, minta maaf."

"Nggak mau," ngeyel Grey.

"Grey!"

"Nggak mau!"

"Sudah-sudah, tidak papa. Lagian impas kan, Gabriel juga salah sebelumnya." Michael, kakek dari Gabriel mencoba menengahi.

"Grey, aku minta maaf. Aku benar-benar nggak sengaja waktu itu." Ungkap Gabriel yang tengah duduk diranjang UKS dengan hidung yang disumpal kapas karena mimisan akibat dipukul oleh Grey tadi di perpustakaan.

"Grey, Kak Gabriel nya udah minta maaf itu. Maafin yaa," bujuk sang ayah yang selaku kepala sekolah.

Grey masih setia diam dengan bibir yang dimanyunkan dan tangan yang dilipat didada.

"Oke, Grey maafin. Tapi soal yang tadi, Grey nggak mau minta maaf." Setelah mengatakan itu Grey berlari keluar dari ruang UKS.

"Astaga, punya anak kok gini amat." Gumam kepala sekolah namun masih bisa didengar baik oleh yang lain.

Kepala sekolah menatap Gabriel, "Maafin Grey ya nak, dia emang suka gitu. Bapak juga heran darimana sifatnya itu berasal."

Gabriel tersenyum tipis lalu mengangguk, "iya pak saya sudah maafin Grey."

Dan semenjak hari itu, Gabriel mencoba untuk berteman dengan Grey tapi gadis itu kerap kali menjahili Gabriel. Namun, Gabriel tak mempermasalahkannya. Menurutnya, berteman dengan Grey memiliki kesenangan yang tersendiri.



💍💍



Mobil BMW 8 Series Coupé terparkir rapi di basement. Pintu terbuka, sepatu mengkilap yang dikenakan si pengemudi menapaki lantai basement.

Titt...

Dengan langkah lebar ia berjalan menuju lift yang akan membawanya menuju lantai kedua dari atas gedung tersebut.

Ting!

Pintu lift terbuka, Gabriel keluar dari sana dan langsung disambut oleh sang sekretaris. Keduanya menyusuri lorong sembari Viona~ sekretaris dari Gabriel tersebut membacakan beberapa jadwal hari ini.

"Oh ya, barang yang saya minta..."

"Sudah ada dimeja anda pak." Balas Viona, sekretaris Gabriel.

Gabriel mengangguk pelan lalu memasuki ruangannya. Sementara Viona langsung menuju mejanya yang berada tepat didepan ruangan sang CEO.



💍💍





Udah nggak penasaran kan, siapa 'pria itu'


Jangan lupa vote nya~



THANKS FOR READERS ❤️

Responsibilityजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें