Beban

283 59 8
                                    

Tok tok tok..

"Bar...bukain pintu Bar".

Tetra nampak lemas seraya mengetuk pintu kos. Ia baru saja kembali dari luar.

"Hoahmmm~~ bentar".

Dengan nyawa yang masih terkumpul setengah Bara membukakan pintu untuk Tetra. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.

Ketika pintu dibuka, Tetra nyaris limbung. Beruntung Bara dengan sigap menahan tubuh Tetra agar tidak jatuh.

"Buset badan lu panas amat bro, lu demam???!".

Tetra hanya menggeleng , tubuhnya sangat lemas sekarang.

Dengan hati-hati Bara membawa Tetra menuju kamarnya , lalu mencari kaos bersih untuk digunakan sebagai kompres.

"Lu udah makan kan?? nih minum paracetamol dulu biar panas lu cepet turun".

Tetra segera meminum obat tersebut lalu kembali berbaring.

"Lu ada apa sebenarnya? pulang-pulang malah demam, kena santet lu???".

"Gak tau, gue gak pernah kayak gini sebelumnya".

"Sebelum lu demam emang lu ngapain?? ".

"Gue??? Gue ke kelas ngambil charger ".

"Itu doang??? mustahil banget lu demam gegara ngambil charger doang".

"Abis itu gue meluk Hepta buat nenangin dia".

"oh - WHAT THE FUCK MAN GUE GAK SALAH DENGER KAN?????".

Tetra hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban.

"Ngapain lu meluk anak orang?? jan bilang lu demam karena digebukin Kala"

"Ceritanya panjang, besok aja gue ceritain dikampus , gue pusing banget".

Tetra membalik tubuhnya untuk memunggungi Bara, jika tidak begitu Bara tidak akan keluar dari kamar dan memaksa Tetra untuk menceritakan yang sebenarnya terjadi.

"Yodah gue tagih cerita lu besok, cepet sembuh ya bro".

***




Kala segera berlari menuju kamar Hepta begitu sampai dirumah. Ia takut, sangat takut.

Pasalnya ia tidak dapat menemukan Hepta disekeliling kampus. Hepta juga tidak dapat dihubungi . Rasa khawatirnya benar-benar memuncak saat ini.

"Hepta...Hepta lu dirumah kan????"

Tidak ada jawaban.

"Dek...dek lu dirumah kan????".

Kala sudah memasuki beberapa ruangan dirumah mereka dan tidak ada tanda-tanda Hepta disana.

"Oh God...semoga gak terjadi apapun sama Hepta".

Kala melangkah naik ke atas, sisa 1 ruangan terakhir yang belum ia datangi. Kamar.

Kala membuka pintu kamar itu dengan hati-hati. Berharap Hepta ada didalam dan dalam kondisi yang baik-baik saja.

Ckiiiieetttt...

Hati Kala pun lega. Hepta ternyata sudah tidur , jantungnya serasa kembali ke tempat semula.

Kala masuk dan duduk ditepian ranjang . Melihat lemat-lemat adik bungsunya yang baru saja mengalami bagaimana rasanya patah hati.

Matanya jelas terlihat sembab, anak gadis itu mustahil tidak menangis.

"Gak kerasa lu udah gede aja ya, udah punya pengalaman jatuh cinta sama sakit hati.. rasanya baru kemaren kita rebutan permen pas ayah masih hidup".

Kala perlahan merapikan anak rambut Hepta yang sedikit menutupi wajahnya.

Tetra, Hepta dan FISIKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang