New journey

1.2K 120 32
                                    

Awas ada typo.
















Perpisahaan selalu mengajarkan kita untuk menghargai, bahwa setiap detik bersama orang yang kita cintai adalah anugerah yang tidak boleh kita sia-siakan. Sadarkah kalau semua itu terhubung dengan takdir. Tak ada yang bisa mengatur takdir, jadi nikmatilah setiap detik yang kau punya untuk bersamanya. Tuhan, jangan ajarkan aku takut kehilangan. Ajarkan aku melepas tanpa penyesalan.

~LH.



























































5 years later

5 tahun, 5 tahun Sunghoon mencoba untuk mengikhlaskan kepergian Heeseung, nyatanya tidak semudah itu. Banyak hal-hal kecil yang membuatnya kembali mengingatkan pada Heeseung, hal-hal kecil yang membuatnya kembali menangis di malam hari, pelukan, belaian, kata-kata penenang dari Heeseung, Sunghoon merindukan itu semua.

Namun ketika Sunghoon memejamkan matanya, sesosok orang yang ia cintai selalu muncul di benaknya, memberi motivasi untuknya agar kembali melanjutkan hidup dengan baik, Sunghoon sampai tidak ingin bangkit dari mimpi. Ia ingin memutar waktu, kembali dimasa semua insiden ini terjadi dan menghentikanya.

Entah rasa penyesalan atau kesedihan yang selalu hinggap di hatinya, hampir semua kata kata penyemangat dari orang lain menjadi bumerang. Tidak mempan untuknya, segitu cintanya kah ia kepada sosok bernama Lee Heesung?

Sangat!

Tapi, Sunghoon harus tetap melanjutkan hidupnya demi Heeseung, dia tidak ingin perjuangan Heeseung sia-sia. Kini pemuda itu telah menyelesaikan studinya di kampus, dan telah bekerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit ternama di Seoul.

Sunghoon banyak belajar disini, perawat-perawat lain juga sangat ramah kepadanya, mereka yang sudah lebih senior membantu Sunghoon jika ada sesuatu yang tidak dimengerti olehnya.

Selepas bekerja, Sunghoon pasti akan menyempatkan diri untuk mengunjungi makam Heeseung, membawa setangkai bunga mawar putih lalu meletakkannya di atas makam Heeseung.

"Kak Heeseung, ini Sunghoon"

Sunghoon berjongkok di depan makam tersebut, mengelus batu nisan yang bertuliskan nama 'Lee Heeseung' mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah, dia tidak ingin membuat Heeseung sedih di atas sana.

"Kak, sekarang Sunghoon udah jadi perawat, kakak bangga nggak sama Sunghoon? Sebentar lagi Sunghoon bakal naik jabatan, kak Heeseung pasti bangga sama Sunghoon"

Sunghoon tidak kuat, air mata yang susah payah ia bendung kini tumpah juga, menetes ke makam Heeseung. Sunghoon tidak sanggup lagi, ia tidak kuat menahan segala rasa rindunya pada Heeseung, sudah cukup ia menahan semuanya, kini ia ingin mengeluarkan segala emosinya di atas makam Heeseung.

"Kakak, Sunghoon rindu kakak hiks, kenapa kakak harus ninggalin Sunghoon? Kenapa kakak nggak biarin Sunghoon pergi aja? Sekarang hiks, Sunghoon sendirian, Sunghoon kesepian kak hiks, Sunghoon kangen kakak. Sunghoon kangen dipeluk sama kakak lagi hiks, kangen ketika kakak elus rambut Sunghoon"

"Maafin Sunghoon, harusnya Sunghoon nggak nangis sekarang, tapi hiks Sunghoon rindu kakak, kakak pasti sedih ya sekarang. Sunghoon nggak bisa tepatin janji kak, Sunghoon nangis di makam kakak"

Menghapus sisa air matanya sendiri, Sunghoon bangkit lalu bersiap untuk pergi.

"Sunghoon pergi dulu ya kak, kapan-kapan Sunghoon datang lagi"

Mon garçon du village//HeehoonWhere stories live. Discover now