Fireflies Come To Me

37 11 5
                                    

PROMPT 6

Kamu adalah seorang vloger yang ingin melakukan jurik malam di salah satu bangunan yang terkenal sangat angker di wilayahmu.

***

"Kalian tahu? Sulit sekali berjalan di tempat lembap yang lantainya bahkan sangat licin akibat lumut. Ini semua aku lakukan karena kalian yang request." Cahaya lampu cincin mungilnya menyoroti bagian pintu masuk yang menganga terbuka.

Kameranya menyoroti wajah Hotaru sekarang. Ia sedikit tersentak menyadari bahwa di belakangnya gelap sekali setelah menekan kamera depan.

"Ya, kalian tidak bisa lihat aku saat ini. Tapi, yang pasti aku mau kalian tekan likenya sebagai bayaran buat aku, lho." Hotaru menunjuk dengan mata tajam menatap ponsel seakan mengancam yang melihatnya nanti. Tak lama ia terkekeh kecil sambil kembali mengaktifkan kamera belakang.

Hotaru menghela napas gugup. Ia menatap sendal yang sudah basah oleh kubangan air sebelum sampai ke bangunan besar. Ibunya sering memperingati untuk tidak menatap atau bahkan mendekatinya. Rasanya bukan hanya sang ibu, sampai satu kampung pun melarang keras anak-anaknya melakukan sesuatu dengan bangunan ini.

Hotaru sih, memang anak yang nakal. Selain itu, ia juga tidak begitu percaya akan sebuah keangkeran suatu tempat. Memang dasarnya belum pernah mengalami juga, jadi ia cukup berani untuk mengikuti permintaan pengikutnya akibat ia pancing bahwa di daerah neneknya tinggal ada hal menarik. Sesuatu yang horor.

"Oh iya, tenang saja ya teman-teman. Aku sudah membawa baterai cadangan juga kalau lampu ini mati," ucapnya seakan-akan sedang melakukan siaran langsung. Ia hanya tengah merekam untuk salah satu konten mendadaknya.

Permintaan pengikut terkadang sebuah hal yang mutlak.

Setelah cukup siap dengan pencahayaan, penataan kamera ponsel yang menunjuk ke dalam ruangan, dan dirinya, Hotaru siap masuk ke dalam ruangan pertama yang masih cukup dijangkau cahaya lampunya. Kini ia dihadapkan dengan luasnya tempat ini.

"Apa memang tempat yang sudah lama ditinggalkan itu punya hawa yang dingin, ya?" Hotaru mengeratkan sweaternya. Sebisa mungkin mencoba menghalau udara bersuhu rendah merasuk tubuhnya.

Sayang sekali itu tidak membantu.

"Maaf kalau kameranya tidak stabil. Aku memegang hanya dengan tangan kanan. Mohon maklum akibat permintaan mendadak, aku jadi tidak sempat siap-siap," sesal Hotaru. Mau bagaimana lagi, gadis berusia 19 tahun itu melakukan pemungutan suara di kanalnya, memilih melakukannya di malam hari atau siang hari. Tentunya kebanyakan penonton lebih suka suasana seram ketimbang terang yang tidak ada menantang-menantangnya.

Hotaru bisa apa? Besok sore ia pulang, maka hanya bisa dilakukan hari ini secara diam-diam. Ia bilang tadi sih, hanya ingin ke kafe.

Kamisama, mohon maafkan Hotaru yang bandel ini.

"Kalau kalian melihat sesuatu atau mendengar sesuatu selama aku menjelajah, jangan lupa komentar, ya. Aku tidak akan mengeditnya, langsung diunggah begitu pulang," katanya sepelan mungkin. Ia terbawa suasana sepi di sini. Hotaru berjalan menuju salah satu pintu besi yang terbuka sejengkal dari lima pintu yang ada.

"Kita masuk ke pintu ini saja, ya. Firasatku di sini kalian akan menemukan sesuatu."

Suara langkahnya menginjak kubangan air terdengar lebih jelas. Mendongak, ia terpaku. Atap ruangan ini bocor menampilkan langit berbintang dan bulan separuh.

Cantik sekali. "Ah, kamera ponsel tidak bisa menangkap cahaya bintang. Padahal aku mau menunjukkan bahwa di sini sangat indah. Langitnya bertabur cahaya, teman-teman."

Hotaru tidak peduli dengan lampu cincin yang dibawanya meredup ketika masuk ke ruangan lebih luas lagi. Ia fokus pada langit sembari berjalan ke tengah untuk mendapatkan lebih banyak pemandangan di atas sana.

Kakinya terhenti ketika merasakan ada sesuatu hinggap di hidungnya. Sebuah kunang-kunang dengan cahaya hijau kekuningan. Begitu indah.

"Kalian mau lihat kunang-kunang, tidak? Ini pasti tertangkap kamera." Sebisa mungkin Hotaru berbisik supaya hewan mungil ini tidak kabur.

Tangan yang semula mencengkeram sweaternya agar tetap rapat ia lepas untuk mengaktifkan kamera depan di ponselnya. Meski cukup terbuka, ternyata Hotaru tidak merasa terlalu kedinginan lagi.

"Lucu bukan? Untung aku bukan pemilik ketakutan hewan atau serangga."

Hotaru senang ia justru tidak mendapati sesuatu yang menakutkan. Walau begitu ia ingin tahu lebih dalam bangunan ini dan itu tidak bisa terealisasi karena ibunya sudah menelepon. Hotaru sudah pasti ketahuan mengunjungi tempat ini dari sosial media miliknya.

"Baiklah sepertinya segitu dulu hari ini. Terlalu singkat memang, tapi semoga kalian bisa ikut merasakan hawa bangunan ini yang suram dan gelap. Terima kasih sudah menonton, daaaah!" Dalam satu sentuhan, rekamannya berhenti.

***

Seperti yang sudah bisa Hotaru duga, seluruh keluarga besarnya yang kini tengah berkumpul di kediaman sang nenek seketika mengomelinya. Semua mata menyorotinya tajam. Hotaru sadar sudah membuat semua orang khawatir kemarin malam.

Berkali-kali ia berkata maaf, bahkan memeluk sepupu tertuanya sambil menangis meminta untuk jangan memusuhinya. Untung saja beberapa orang luluh, termasuk sang nenek.

"Lain kali dengarkan dan ikuti larangan yang ada." Meski sudah akan menyetir pulang, ibunya masih mengulang nasihat yang sama.

"Iya. Aku minta maaf Bu," mohonnya dengan wajah ingin menangis.

Tak tega, tangan Hotaru ia genggam sebelah. "Ya sudah. Ibu harap jangan pernah kamu ulangi. Di sana pasti banyak Youkai yang menempati, terutama Gin paling harus kamu jauhi. Beruntung kamu pulang dengan selamat," ujarnya lembut memperingati.

Hotaru terkejut menatap ibunya kaku. Ia tahu Gin, siluman berwujud manusia menggunakan topeng rubah yang tidak boleh disentuh karena kabarnya ia akan membawa manusia yang menyentuh Gin sebagai pengantin youkai tersebut dan lenyap. Menyadari anaknya ketakutan, sebagai pengalih perhatian ia meminta Hotaru menanggapi penggemarnya selama perjalanan.

Sebagai seorang vloger, Hotaru seakan selalu bersama dengan pengikutnya. Setidaknya sang anak sudah mengerti bagaimana membagi waktu dan membatasi privasi yang harusnya tidak ditampilkan di publik.

Hotaru menurut. Setelah pulang dan mengunggah video, ia tidak sempat memeriksa tanggapan di kanalnya.

Dari ribuan komentar, ia sadar bahwa banyak yang mencantumkan sebuah waktu yang sama. Hitungan 17 detik sebelum ia mematikan kamera.

Penasaran, jarinya memutar video pada waktu yang disebutkan.

"Apa yang aneh?" tanya Hotaru dalam hati. Layarnya menampilkan wajah Hotaru yang terkena cahaya kunang-kunang di hidungnya.

Justru kelihatan lucu. Ia terkekeh.

Sayang sekali rasa tergelitik itu lenyap ketika ada DM pada akun instagramnya dari penggemar yang menaikkan kontras cahaya video. Hotaru menegang.

Ada seseorang yang memeluknya dari belakang saat Hotaru menampilkan hidungnya yang dihinggapi kunang-kunang.

Menggunakan topeng putih serta rambut putih yang kontras dengan surai Hotaru.

Gin yang menyentuhnya.

Youkai Looking For A Bride ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang